Reses Dr. Mangku Pastika, M.M.: Pengusaha Kerajinan Krisis Tenaga Kerja

(Baliekbis.com), Tenaga tukang dan seniman yang bekerja di bidang kerajinan aneka patung kayu kini makin sedikit. Banyak tenaga kerajinan beralih profesi ketika Covid-19 dimana saat itu industri kerajinan mengalami penurunan pasar yang sangat tajam.

“Dulu kami kesulitan bahan baku kayu, sekarang sulit tenaga perajin. Karena banyak yang beralih ke bangunan dan sudah tua-tua. Anak muda memilih ke tempat lain dan mereka gengsi sebagai perajin,” ujar Owner CV Ari Bali Ni Made Rai Sukmawati didampingi suami Wayan Gede Arsania saat menerima kunjungan Reses Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M., Senin (15/4) di Mas Gianyar.

Reses mengangkat tema “Keberadaan Ekspor Produk Kerajinan Rakyat” dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara dihadiri pula sejumlah pelaku usaha.

Menurut Arsania, permintaan produk kerajinan patung kayu masih cukup tinggi terutama dari  Amerika, Jerman, Rusia dan Amerika Selatan seperti Brazil. Namun yang justru menjadi kekhawatirannya adalah ketersediaan tenaga perajin yang makin menyusut.

Padahal pasar ekspor masih bagus. “Ekspor masih cukup tinggi terutama produk yang natural dan olahan dari bahan-bahan recycle,” ujar Rai Sukmawati yang merintis usaha tahun 1988 silam ini.

Menanggapi kondisi yang ada, Mangku Pastika mengatakan perlu ada terobosan untuk menarik minat anak muda mau bekerja di sektor kerajinan ini. “Perlu ada pelatihan-pelatihan dan kreativitas agar produk yang dihasilkan masih tetap diminati pasar,” jelasnya.

Mantan Gubernur Bali dua periode ini memuji potensi Gianyar yang dinilainya luar biasa. Kalau kayu di tempat lain tidak seberapa harganya, di tangan perajin Gianyar jadi bernilai tinggi. Ini harus bisa dipertahankan terus.

Mangku Pastika menambahkan  masalah SDM juga harus mendapat perhatian serius. Sebab kalau tidak diantisipasi, lama-lama bisa terjadi krisis sumber daya manusia.

“Kita bisa krisis tukang dan seniman. Lama-lama akan kehabisan karena tarikan sektor lain yang semakin kuat seperti bekerja di pariwisata yang dianggap lebih bergengsi. Dan ketersediaan lapangan kerja yang semakin luas serta masuknya teknologi (mesin),” ujarnya.

Padahal sesungguhnya nilai pekerjaan di bidang seni dan kerajinan ini lebih tinggi. Cuma masalahnya gengsi seperti kerja di hotel.  Meski demikian, melihat potensi pasar ekspor yang begitu bagus, diharapkan pengusaha bisa menjaga SDM dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang disesuaikan pula dengan kondisi (selera) pasar.

“Jadi pelajari trend pasar. Sebab sekarang ini konsumen cenderung butuh produk yang relatif kecil. Kan ruang mereka sekarang kecil-kecil, jadi perlu benda yang kecil pula,” tambahnya. (bas)