FGD “Meneguhkan Komitmen dan Kepedulian Lingkungan Alam Bali”, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Pemimpin Harus Mengerti Manajemen

(Baliekbis.com), Sebagai pemimpin, seorang gubernur/bupati/walikota juga harus memiliki kemampuan manajemen untuk mengelola potensi dan masalah yang ada. Perlu pemimpin yang cerdas, berani dan punya nyali untuk memajukan daerahnya.

“Memilih pemimpin yang punya kemampuan itu tidak gampang. Yang mau jadi pemimpin memang banyak, tapi mereka kerap lahir begitu saja tanpa persiapan sehingga tidak siap,” ujar Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. pada acara FGD (Fokus Group Discussion), Senin (29/4) di Puri Agung Blahbatuh, Gianyar.

Diskusi yang dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja mengangkat tema “Meneguhkan Komitmen dan Kepedulian terhadap Lingkungan Alam Bali” dihadiri Panglingsir Puri Blahbatuh Gianyar A.A. Ngurah Kakarsana,S.E., pakar lingkungan Prof. Dr. Ir. KG Dharma Putra, MSc. dan sejumlah tokoh di Gianyar.

Pada diskusi mengemuka sejumlah masalah penting yang kini dihadapi Bali di antaranya kemacetan, sampah, krisis air dan pemimpin Bali ke depan. Juga dampak pariwisata yang menyebabkan makin tingginya alih fungsi lahan. Peserta menilai pariwisata bisa menjadi predator lingkungan kalau tidak diantisipasi.

Menurut Mangku Pastika, pemimpin itu sangat strategis karena punya SDM yang banyak, anggaran besar dan kekuasaan yang luar biasa. “Pemimpin itu harus dibentuk. Kalau ujug-ujug jadi pemimpin tanpa menjalani tahapan-tahapan yang jelas, apa jadinya,” ujar Mangku Pastika.

Bali dengan filosofi Tri Hita Karana, sebenarnya sejak dulu sangat konsen dengan lingkungan. “Kita memuliakan air, menghormati alam dan lingkungan. Kita mestinya bersyukur dianugerahi tanah yang subur. Persoalannya, kita ingin sejahtera dengan pariwisata yang juga menggerus alam,” jelas mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Sebagian masyarakat yang cenderung ke pariwisata akhirnya acuh tak acuh dengan alam, banyak tanah dibiarkan dan ditelantarkan. Kondisi ini harus bisa dicegah. “Saya melihat Gianyar ini lengkap SDM dan kekayaan alamnya serta warisan budaya. Mari apa yang masih ada dan baik ini dijaga. Jadi bagaimana mengelola anugerah Tuhan yang melimpah ini. Penting SDM dan sudah tentu pemimpin yang peduli dan kompeten,” tegasnya.

Tokoh Puri Blahbatuh AA Ngurah Kakarsana dalam sambutannya mengatakan Blahbatuh sejak beberapa tahun belakangan sudah melakukan banyak upaya untuk menjaga lingkungannya. Seperti gerakan kampanye sampah plastik. Ia mengingatkan kembali pentingnya pemanfaatan palemahan (teba) untuk mengelola sampah seperti yang dilakukan para orangtua zaman dulu.

Sementara itu narasumber Prof. Dr. Ir. KG Dharma Putra, MSc. mengatakan terjadi perubahan yang sangat cepat di era sekarang. “Kita bersaing dengan kecepatan (digitalisasi). Dalam waktu singkat peradaban berubah cepat dengan hadirnya industri jasa yang membawa masalah baru seperti kemacetan, sampah dan limbah,” jelasnya.

Ia menyebutkan penyebab kemacetan lalu lintas di satu tempat karena penyebarannya, terutama di daerah yang berkembang. Manajemen pengaturan merupakan salah satu penyelesaiannya. Demikian pula masalah sampah dan krisis air. “Bagaimana memanfaatkan air secara maksimal sebelum terbuang percuma ke laut,” ujarnya memberikan solusi.

Terkait pemimpin Bali ke depan, akademisi Unud ini berharap lahir pemimpin-pemimpin seperti Mangku Pastika yang bisa membawa kemajuan sekaligus memecahkan masalah yang terjadi. “Kita beruntung Bali punya pemimpin bagus seperti itu, semoga ke depan Bali bisa melahirkan pemimpin yang cakap,” harapnya.

Akademisi Dr. Diah yang merupakan pakar tanaman bambu mengatakan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dengan akademisi untuk menjaga lingkungan. Kalau pemimpin dan akademisi bisa bekerja sama, maka rakyat akan mengikutinya.

Ia menyebutkan pentingnya tanaman bambu karena memiliki banyak fungsi baik sisi sosial, budaya, ekonomi dan sebagai konservasi. “Bambu sepertinya terabaikan. Padahal tanaman ini bisa tumbuh di berbagai kondisi dan mampu memegang air,” jelasnya.

Peserta diskusi minta ada langkah-langkah nyata menjaga palemahan yang kini banyak tergerus karena alih fungsi lahan sebagai dampak pariwisata.
Bali perlu pemimpin yang cerdas, paham dan peduli dengan masalah yang terjadi di masyarakat.
“Pemimpin sekarang tahunya hanya manajemen rugi-laba. Mereka bukan tak mampu, hanya tak ada kemauan, seperti dalam penanganan sampah,” ujar tokoh dari Tegallalang. (bas)