Boikot Berlanjut, Puluhan Guru SMPN 5 Denpasar ‘Mangkir’ Mengajar

(Baliekbis.com), Kasus di SMPN 5 Denpasar yang terjadi sekitar 7 bulan lalu terus berlanjut. Bahkan kembali terjadi pemboikotan tahap II sejak 19 April, dimana puluhan guru mangkir mengajar secara tatap muka.

Akibatnya ratusan siswa di sekolah tersebut hanya menerima pembelajaran berupa tugas dari guru yang bersangkutan melalui WA.

“Dari sekitar 37 guru hanya lima yang hadir langsung, sisanya mengirim tugas melalui WA. Para guru itu telah mangkir dari kewajibannya mengajar. Padahal ini kondisi normal mestinya pembelajaran bisa tatap muka, bukan daring,” ujar kuasa hukum Kepala SMPN 5 Denpasar Dr. Togar Situmorang,S.H., M.H., Rabu (9/5) di Denpasar.

Togar berharap aparat terkait tidak membiarkannya berlarut-larut. Sebab kondisi ini akan berakibat fatal bagi pendidikan siswa. “Saya berharap pihak berwenang segera turun tangan. Apalagi terjadi ‘pemalsuan’ absen puluhan guru tersebut. Bagaimana mereka tak masuk lantas bisa absen hadir, ada apa ini,” tanya Togar.

Mestinya dalam dunia pendidikan tidak terjadi hal semacam itu dan saat ini terkesan terjadi pembiaran. “Ini sudah sepuluh hari mereka tidak masuk dan menjalankan kewajibannya dengan mengajar secara tatap muka. Inspektorat harus turun tangan apa dibenarkan mereka tidak mengajar lantas menerima gaji. Ini bisa diindikasi korupsi sebab tak kerja tapi dapat gaji utuh. Jadi harus ada sanksi,” tegasnya.

Kepala dinas terkait juga diminta jangan pro kiri pro kanan dan terombang ambing dalam kasus ini. “Harus tegas, jangan ini dibiarkan,” tambah Togar. Pemboikotan dan sistem mengajar lewat WA ini jelas melanggar kode etik dan tanggung jawab.

Pihaknya akan mengambil langkah kongkrit bila pembiaran ini berlarut-larut. Sebab, Dr. Putu Eka Juliana Jaya,S.E.,M.Si. masih sah sebagai Kepala SMPN 5 Denpasar dan ini mengganggu psikis kliennya.

Kepala SMPN 5 Denpasar Dr. Juliana Jaya mengatakan kasus ini merebak kembali saat ada rencana penyelenggaraan workshop yang sudah disiapkan dengan baik. Namun pada hari H tanggal 19 April hanya sedikit yang hadir. “Saya sudah hubungi para guru tapi gak bisa bahkan sudah didatangi,” ujar Juliana yang akrab disapa Wawa.

Terkait pelaksanaan proses belajar siswa, sejauh ini bisa berjalan meski dengan keterbatasan yang ada. “Kami dibantu lima guru, beberapa tenaga administrasi termasuk dari dinas,” ujarnya. Dijelaskan SMPN 5 Denpasar seluruhnya memiliki 37 guru yang mengasuh 900-an siswa. Dalam kasus ini, 32 guru secara de facto tidak hadir ke sekolah. (bas)