Webinar NCPI, Dr. Mangku Pastika: Pulihkan Pariwisata Harus Bisa Yakinkan Bali Aman dan Sehat

“Harapan dan dukungan masyarakat Bali khususnya dalam upaya pemulihan dunia pariwisata sangat besar. Meski kondisi pandemi Covid-19 belum pulih benar”.

(Baliekbis.com), Dewan Penasihat NCPI (Nawa Cita Pariwisata Indonesia) Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. mengatakan Bali masih memiliki peluang besar memulihkan pariwisata karena berwisata merupakan salah satu kebutuhan manusia selain Bali sendiri memiliki daya tarik yang unik.

Namun di tengah pandemi Covid-19 ini tantangannya cukup berat terutama menyangkut masalah keamanan dan kesehatan (keselamatan). “Sebab tidak mudah menumbuhkan keyakinan dan membangun kepercayaan yang dapat menjamin kenyamanan wisatawan,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini pada acara Webinar, Selasa (28/7) di Kantor NCPI Bali, Renon Denpasar.

Webinar yang digelar NCPI Bali mengangkat topik: “Strategi Pembangunan Pariwisata dalam Tatanan Kehidupan Era Baru: Tantangan dan Peluang”, menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya
Dr. AAGN Ari Dwipayana, Nyoman Nuarta dan akademisi Unud Prof. Dr. IB Wyasa Putra,S.H. dan Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha.

Menurut Mangku Pastika sejatinya potensi daya tarik Bali sangat besar. “Keinginan orang berwisata ke Bali begitu tinggi karena memiliki keunikan dan ciri khas sendiri seperti budaya dan alamnya. Asalkan Bali tetap aman, nyaman dan sehat tentunya,” ujar mantan Kapolda Bali ini.

Mangku Pastika yang juga Anggota DPD RI dapil Bali ini bahkan mengingatkan pernah ada jargon “jangan mati sebelum ke Bali” atau “rela mati di Bali”. Jadi sesungguhnyalah pernyataan itu tetap tidak lepas dari konteks “mati dalam keadaan senang dan bahagia”, bukan mati konyol dalam cengkraman Covid-19 yang menjadi momok saat ini.

Jangan-jangan sekarang orang mulai berpikir lebih baik tidak kemana-mana, “termasuk tidak ke Bali” daripada menyetor nyawa sia-sia. “Jadi ini menjadi tugas berat untuk menumbuhkan kepercayaan mereka yang mau ke Bali,” ujar Mangku Pastika.

Dalam konteks tersebut, berbagai upaya nyata harus bisa dilakukan. Bahkan Mangku Pastika menegaskan peran media jangan sampai diabaikan. Sebab produk bagus perlu marketing dan marketing ini perlu media. “Jadi saya minta NCPI agar menggalang kekuatan media untuk meyakinkan orang,” tambahnya.

Di sisi lain Mangku Pastika mengakui meski sudah ada Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 3355 Tahun 2020 tentang Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru, namun ini baru standar yang perlu diimplementasikan secara konsisten agar dapat dipercaya dan mampu menjamin kenyamanan wisatawan.

Diingatkan pariwisata tetap rawan terhadap isu kesehatan ini (Covid-19). “Taruhlah semua protokol kesehatan sudah dijalankan, bukan berarti wisatawan akan berbondong-bondong ke Bali. Apalagi tidak konsisten dan masih ada yang maboya dengan pandemi Covid-19 ini,” jelasnya.

Biaya operasional juga pasti akan semakin tinggi untuk memenuhi standar protokol kesehatan. Bali mungkin mengatakan siap menerima, tetapi bagaimana dengan wisatawan, apa sudah siap berkunjung. Kesalahan dan kelalaian sedikit saja bisa kembali berakibat fatal.

Buktikan bahwa Bali sudah mampu meredam covid-19 dan bukan sekadar jargon.
Bali harus mampu menunjukkan dirinya sehat. Karena pariwisata adalah mengharapkan adanya kunjungan fisik wisatawan, maka sebesar apapun peluang yang ada dan potensi yang dimiliki Bali, pasti tidak akan ada artinya kalau tidak ada keyakinan dan kepercayaan dari calon wisatawan bahwa Bali aman, sehat, dan nyaman untuk dikunjungi.

Dengan demikian, Bali harus mampu menunjukkan dirinya sehat dalam arti bebas dari cengkraman Covid-19. Dan bukan saja Bali yang sehat, di sana (calon wisatawan) juga harus sehat. Kalau salah satu tidak sehat gagal semuanya.

Mangku Pastika juga melihat kondisi saat ini dapat dijadikan pembelajaran dan momentum perubahan.
Pandemi Covid-19 adalah fakta dengan segala dampaknya. “Ini timing bagus untuk berubah. Hentikan mengeluh dan harus bangkit bersama. Pertahankan sikap mental yang masih cocok dan ubah yang tidak sesuai dengan Tatanan Kehidupan Era Baru. Sesungguhnya masih banyak pekerjaan rumah yang harus diperhatikan, karena di saat puncak kejayaan pariwisata pun masih tersisa berbagai persoalan yang perlu mendapatkan perhatian.

Masalah sehat dan aman ini juga disampaikan Ari Dwipayana dan Nuarta. Bali harus bisa menunjukkan hal ini secara nyata kepada calon wisatawan. Nuarta menyontohkan Cina yang bisa memamerkan masalah kesehatan itu. “Lalu model apa yang bisa kita tunjukkan kepada turis, apa kamar itu steril dari virus ini. Gak bisa kita hanya bilang aman-aman saja,” jelasnya.

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah NCPI Prov. Bali Agus Maha Usadha didampingi pengurus Ketut Ngastawa, dkk mengatakan pihaknya sebelumnya telah mengadakan webinar dengan topik “Expert Talk” secara berkesinambungan dari 1-8. “Dan Webinar
ke-9 (Nawa) ini sebagai pamungkas,” jelasnya. Ia pun optimis pariwisata Bali bisa segera bangkit dengan berbagai upaya yang telah dilakukan. (bas)