Dr. Mangku Pastika, M.M.: TPST3R Abianseka Bisa Jadi ‘Role Model’ Penanganan Sampah di Gianyar

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M.M. memuji semangat dan kekompakan warga Banjar Abianseka, Desa Mas Gianyar dalam menangani sampah. Bahkan melalui TPST3R yang dikembangkan, sampah yang ada di wilayah ini bisa dikelola.

“Inovasi dan kekompakan warga mengelola sampah hingga menjadikan wilayahnya bersih dari sampah patut ditiru. Meski masih perlu ditingkatkan lagi, namun apa yang dilakukan warga di sini bisa jadi ‘role model’ untuk dikembangkan di tingkat yang lebih tinggi lagi,” ujar Mangku Pastika saat reses di TPST3R Abianseka, Mas Gianyar, Selasa (12/12).

Reses dengan tema “Keberadaan TPST3R Abianseka, Mas, Ubud dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber” yang dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmana tampak hadir Perbekel Desa Mas Wayan Gede Darmayuda, Bandesa Nyoman Wardana, Klian Dusun serta pengurus TPST3R.

Mangku Pastika mengatakan upaya penanganan sampah dari hulu dengan membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, Recycle (TPST3R) ini merupakan langkah yang tepat dan memang harus dilakukan.

Sebab sampah akan ada setiap saat. “Selama hidup kita hasilkan sampah. Jadi ini tidak akan pernah berakhir. Terlebih di tengah kehidupan masyarakat modern dan semakin banyaknya pertambahan penduduk,” jelas mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Karenanya harus ada solusi. Tumbuhnya kesadaran masyarakat menjaga lingkungan dan kebersihan ini menjadi sangat penting dan ini tentu mahal nilainya.

Diingatkan Bali masih bertumpu pada pariwisata. Pariwisata budaya itu harus ramah lingkungan. Sebab ini yang sustainable dan menjadi daya tarik. “Jadi saya gembira dengan terobosan warga Abianseka Mas terkait penanganan masalah sampah ini. Apalagi Pj. Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya salah satu program prioritasnya adalah sampah,” tegas Mangku Pastika.

Di sisi lain, Mangku Pastika mengatakan sampah memiliki nilai ekonomi yang besar kalau dikelola dengan baik. “Sampah ini bisnis, bisa datangkan uang. Jadi perlu cara berpikir entrepreneurship untuk menanganinya,” jelasnya.

Perbekel Mas Gede Darmayuda mengatakan pihaknya bahu membahu dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam penanganan sampah. Meski dana dan tenaga terbatas, hampir seluruh sampah organik berhasil ditangani. “Kami masih terbentur alat angkut untuk sampah dari hotel dan restoran,” jelasnya. Karena itu di 2024 nanti pihaknya melalui APBDes sudah menganggarkan Rp196 juta untuk operasional penanganan sampah ini.

Bandesa Adat Made Wardana mengatakan TPST3R ini menggunakan tanah desa adat. Pihaknya siap mendukung upaya desa dalam penanganan sampah.
Setiap hari TPST3R ini menangani hampir satu ton sampah organik. Sedangkan untuk sampah residu langsung dikirim ke TPA Temesi.

Karena keterbatasan tempat dan tenaga, dari 2000 KK di Desa Mas, TPST3R hanya menampung sampah dari sebagian warga saja, selebihnya ditangani swasta. (bas)