Dampak Covid-19, Trisno Nugroho: Pertumbuhan Ekonomi NTT Positif, Bali dan NTB Minus

(Baliekbis.com), Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan tekanan mendalam pada perekonomian Indonesia khususnya di Balinusra. Meskipun mengalami perbaikan, perekonomian wilayah Balinusra masih mengalami kontraksi terdalam dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia.

“Pada triwulan I 2021 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar -5,16% (yoy), sementara perekonomian nasional hanya terkontraksi sebesar -0,74% (yoy). Kondisi ini mendorong para pemangku kepentingan, pelaku usaha, didukung oleh Bank Indonesia untuk mencari terobosan agar Wilayah Balinusra dapat tumbuh kembali sejajar dengan wilayah lain di Indonesia,” ujar Kepala KPw BI Provinsi Bali Trisno Nugroho saat webinar yang dihadiri narasumber antara lain Prof. Ari Kuncoro dan juga tiga kepala daerah yaitu Gubernur Bali Dr. Wayan Koster, Gubernur NTB Zulkieflimansyah, PhD dan Gubernur NTT Dr. Viktor Laiskodat, Rabu (9/6).

Webinar kali ini merupakan topik series Transformasi yang kedua. Adapun series webinar Transformasi yang pertama diselenggarakan pada 28 April 2021, dengan tema “Transformasi Ekonomi Bali”.

“Kami mengkaji pemulihan berbeda antar provinsi di Balinusra. Pada triwulan I 2021, Bali dan NTB masih terkonstraksi masing-masing -9,85% dan -1,13% (yoy). Sedangkan NTT sudah mulai tumbuh positif 0,12% (yoy). Masih terkontraksinya ekonomi Bali disebabkan oleh masih berlangsungnya penyebaran Covid-19 yang menyebabkan sejumlah negara melakukan kebijakan travel restriction, termasuk Indonesia, selanjutnya berdampak pada menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali.

Sementara NTB terkontraksi seiring dengan perlambatan target produksi konsentrat akibat penurunan kandungan logam yang dibarengi dengan penurunan permintaan domestik. Di sisi lain, NTT dapat tumbuh didukung oleh sektor pertanian yang meningkat sebesar 8,32% (yoy).

Peningkatan sektor ini didorong oleh pelaksanaan program pemerintah seperti Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS), Pembangunan Lumbung Pangan, dan didukung pembangunan infrastruktur pertanian.

Ke depan, prospek perbaikan kinerja ekonomi Balinusra 2021 diperkirakan dalam tren meningkat seiring pelaksanaan vaksinasi yang mendorong confident to travel dan meningkatnya optimisme pelaku usaha. Sementara itu, kinerja ekspor barang diprakirakan juga akan terdorong oleh penambahan kapasitas penambangan dan seiring dengan meningkatnya kuota ekspor tembaga serta kenaikan eskpor kerajinan dan produk2 pertanian ke LN.

Trisno menambahkan dengan perbaikan di awal tahun 2021 tersebut, untuk keseluruhan tahun 2021 perekonomian Balinusra diprakirakan tumbuh positif sekitar 2,8 – 3,8% (yoy). Secara perlahan, ekonomi Balinusra sudah mulai mengalami pergeseran dari sektor primer kepada sektor sekunder selama 10 tahun terakhir.

Pada tahun 2010 sektor primer pangsa 32,37% (terbesar Lapangan Usaha Pertanian) sementara sektor sekunder pangsa 14,14% (terbesar LU Konstruksi). Pada tahun 2020 sektor primer pangsa 25,89% (LU Pertanian), sementara sektor sekunder pangsa 15,33% (LU Perdagangan). Adapun bentuk transformasi ekonomi dapat terjadi secara struktural (between sectors) maupun secara sektoral (within sector).

Di sisi lain, Trisno mengatakan terdampaknya ekonomi Bali secara signifikan akibat pandemi COVID-19 tidak terlepas dari ekonomi Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata. Pada tahun 2019, pariwisata diperkirakan berkontribusi sebesar 52% pada ekonomi (PDRB) Bali.

Kontribusi sektor pariwisata ini tidak terlepas dari penerimaan devisa pariwisata yang pada tahun 2019 yang menurun secara signifikan (-82%) pada tahun 2020. Penurunan penerimaan devisa pariwisata ini akibat penurunan kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dari sekitar 6,28 juta tahun 2019 menjadi hanya 1,05 juta wisman tahun 2020.

Diperlukan sumber pertumbuhan baru (new growth engine) untuk menopang pertumbuhan yang sustainable dan resilience, antara lain melalui digitalisasi sektor pertanian, ekonomi kreatif, dan sektor pendidikan. (ist)