Trisno Nugroho: Tingginya Curah Hujan Beresiko Rendahnya Pasokan Komoditas Pangan

(Baliekbis.com), Pada Januari 2023, sesuai dengan pola historisnya, tekanan inflasi di Provinsi Bali perlu diwaspadai seiring dengan risiko rendahnya pasokan komoditas pangan akibat tingginya curah hujan dan gelombang laut yang masih tinggi.

Di sisi lain kedatangan hari raya Galungan dan Kuningan pada Januari 2023 juga berpotensi menyebabkan kenaikan permintaan untuk komoditas canang sari, daging babi, daging ayam, dan buah-buahan. Kemudian peningkatan cukai rokok sebesar 10% untuk tahun 2023 berpotensi
ditransmisikan pada harga rokok.

TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota telah melakukan rapat koordinasi persiapan pengendalian pasokan dan harga menjelang HKBN Galungan dan Kuningan, yaitu melalui kegiatan operasi pasar yang lebih sering dengan skala yang lebih luas, kemudian pemberian subsidi ongkos angkut komoditas pangan, peningkatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) untuk memenuhi kebutuhan pasokan pangan, dan pemanfaatan anggaran dari Biaya Tak Terduga (BTT) APBD untuk program pengendalian inflasi di Provinsi
Bali.

“Untuk memperkuat pelaksanaan operasi pasar, seluruh perusda pangan se-Bali melakukan kerja sama untuk saling melakukan jual beli komoditas pangan sesuai keunggulan tiap daerah,” ujar Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Trisno Nugroho, Jumat (6/1) di Denpasar.

Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali pada Desember 2022, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar
0,48% (mtm) atau 6,20% (yoy). Secara bulanan, inflasi Desember 2022 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (0,28%, mtm), namun lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi Desember selama 5 tahun terakhir (0,80%, mtm).

Terkendalinya inflasi Desember 2022 tidak terlepas dari upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam menjaga kecukupan pasokan dan stabilitas harga di Bali.

“Secara disagregasi, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,10% (mtm), meningkat
dibandingkan November sebesar 0,26% (mtm). Inflasi volatile food terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras, cabai rawit, tomat, dan telur ayam ras,” ujar Trisno.

Dikatakan, kenaikan harga beras sesuai dengan pola musiman seiring dengan berakhirnya musim panen. Kenaikan harga cabai dan tomat disebabkan oleh menurunnya produktivitas akibat tingginya curah hujan, dan kenaikan harga telur ayam ras terjadi akibat peningkatan permintaan.

Kelompok core inflation mengalami inflasi 0,18% (mtm) melambat dibandingkan bulan November sebesar 0,42% (mtm). Tekanan inflasi pada kelompok core inflation terutama bersumber dari kenaikan harga emas seiring kenaikan harga emas dunia, kenaikan harga canang sari seiring dengan kenaikan permintaan untuk upacara keagamaan. “Dan kenaikan harga nasi beserta lauk akibat kenaikan harga beras dan telur ayam,” tambah Trisno.

Sementara itu, kelompok administered prices (AP) mengalami inflasi sebesar 0,17% (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,22% (mtm).

Inflasi pada administered prices terutama disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara pada periode high season libur sekolah akhir tahun dan perayaan hari libur Natal dan Tahun Baru, serta kenaikan harga rokok putih yang masih dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan cukai rokok. (ist)