Terkait Tersumbatnya Tukad Loloan Pemogan, Gus Adhi: Normalisasi Harus Segera Dilakukan

(Baliekbis.com), Keluhan warga Pemogan terkait tersumbatnya aliran Tukad Loloan yang melintasi areal hutan mangrove harus segera diatasi. Sebab kondisi tersebut bukan saja menyebabkan lingkungan kumuh dan banjir, juga mengganggu aktivitas warga dalam melaksanakan upacara agama.

“Saya akan mendorong KLHK untuk segera mewujudkan pembukaan kanal sebelum Nyepi tahun depan mengingat aliran Tukad Loloan dipakai sebagai ritual keagamaan yaitu “ngelarung abu” dan prosesi Melasti yang merupakan agenda keagamaan,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI AA Bagus Adhi Mahedra Putra yang akrab disapa Gus Adhi, Sabtu (6/10) saat pertemuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan kelompok nelayan Simbar Segara di wantilan setempat.

Menurut Gus Adhi dengan pembukaan kanal diharapkan tidak ada lagi masyarakat dari tiga banjar setempat terkena banjir setiap tahunnya dan bisa memanfaatkannya untuk kegiatan adat budaya. Gus Adhi yang kini nyaleg ke DPR RI Dapil Bali dari Partai Golkar menambahkan perlu adanya peningkatan kualitas lingkungan melalui kepedulian dan keterlibatan semua pihak bukan hanya masyarakat dalam melestarikan hutan mangrove. Apalagi hutan mangrove ini akan dijadikan laboratorium yang sudah tentu akan memberikan dampak yang positif baik dari sisi ekonomi dan sosial budaya.

Kepala Desa Pemogan I Nyoman Gede Wiryanata mengatakan ribuan botol bekas air mineral bercampur dengan tanaman liar dan sampah lainnya menumpuk di sungai Loloan Pengrarungan, Banjar Sekah, Pemogan, Denpasar Selatan. Sampah yang menumpuk sepanjang kurang lebih satu kilometer tersebut membuat air sungai keruh dan terjadi pendangkalan. Kondisi tersebut sudah berlangsung sejak empat tahun. Selain menutupi sungai, sampah-sampah juga meluber hingga di hutan mangrove. Berbagai upaya sudah dilakukan namun karena keterbatasan pihaknya belum mampu membersihkan sampah yang menutupi aliran sungai.

“Jujur saja kami yang berada di sisi selatan Denpasar merasa sangat menderita dengan kondisi ini. Wilayah kami selalu kena banjir akibat sungai meluap karena tumpukan sampah. Upaya sudah kami lakukan seperti dengan gotong royong membersihkan sampah bersama masyarakat,” ucapnya dalam pertemua itu. Selain wilayahnya sering kebanjiran, kondisi air sungai yang kotor dan jorok dirasa sangat mengganggu masyarakat yang hendak melakukan kegiatan upacara adat.

Ia berharap dengan kunjungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bisa segera dilakukan normalisai sungai yang proyek penataannya sudah dilakukan pada tahun 2014. “Desa kami sebenarnya masuk dalam wilayah Tahura. Namun kami sendiri tidak berani menebang pohon mangrove karena satu pohon sangat berharga. Kami berharap apa yang sudah kami sampaikan dapat ditindaklanjuti dengan melakukan normalisasi sungai,” harapnya.

Atas laporan warga, Direktur Kementetian Lingkungan Hidup Ir. Tandya Tjahjana,MSi. mengatakan dalam waktu dekat akan dilakukan kajian serta pemetaan terkait dengan tersumbatnya aliran Tukad Loloan yang melalui kawasan hutan mangrove. Hal ini dimaksudkan agar tidak timbul persoalan baru.

“Sebenarnya bisa saja langsung dilakukan pengerukan tapi bisa berakibat timbulnya timbunan pasir dan mangrove yang sudah ada akan tertutup penangkarannya. Kita tidak mau seperti itu. Mangrove yang ada di Bali itu kan spesifik karena terkait dengan adat budaya, apalagi aliran Tukad Loloan digunakan sebagai bagian dari kegiatan keagamaan,” tegasnya.(bas)