“Nyakan di Wang” Tradisi Ngembak Gni di Banjar Bolangan Buleleng

(Baliekbis.com), Ngembak gni sebagai rangkaian Hari Raya Nyepi umumnya dijadikan sebagian besar masyarakat Hindu di Bali untuk kembali melakukan aktivitas, setelah sehari sebelumnya melakukan catur Brata penyepian. Masyarakat beralih pada kehidupan yang “baru”, selepas menyongsong tahun baru Caka 1943.

Nuansa berbeda nampak di Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar. Masyarakat, salah satunya di Banjar Bolangan mengisi Ngembak gni dengan “nyakan diwang”, yaitu memasak di luar rumah, tepatnya di depan pintu masuk ke pekarangan. Tradisi ini sudah ada dari turun temurun yang masih terpelihara dengan baik oleh masyarakat di tengah zaman yang semakin modern.

Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan tradisi ini muncul. Masyarakat menerima begitu saja dan menganggap ini sebagai keunikan karena tidak semua desa di Bali memilikinya. Pelaksanaan “nyakan diwang” hampir sama dengan aktivitas masak-memasak di dapur yang berada dalam rumah. Yang membedakan adalah seluruhnya menggunakan “jalikan” atau tungku dapur dengan api dari kayu bakar.

Kepulan asap dengan bau yang khas sudah mulai nampak dari pukul 03.00 WITA. Waktu yang masih terbilang pagi untuk melakukan aktivitas memasak. Tetapi, momen inilah yang menjadi keseruan warga dan sangat ditunggu-tunggu setiap tahun. Anak-anak pun tak ingin melewatkannya. Mereka turut menikmati suasana yang diselingi canda gurau bersama orangtua.

Jenis masakan yang dibuat warga beragam. Ada sate, nasi goreng, dan sebagainya. Ada pula yang menanak nasi, dilanjutkan dengan merebus pisang maupun jajan Bali. Rasanya sangat mantap saat disantap ditemani dengan segelas kopi hitam.

Kehadiran pandemi Covid-19 memunculkan suasana yang berbeda pada pelaksanaan tradisi ini. Warga, Putu Dedi Lastika menuturkan saat ini terasa lebih sepi dari tahun sebelumnya. “Sekarang yang ‘nyakan diwang’ lebih banyak yang muda. Yang tua memilih untuk diam di rumah,” ungkapnya.

Namun demikian, pria 36 tahun ini menyatakan hal tersebut tidak mengurasi kesan. “Kesan tetap senang bisa melaksanakan tradisi ini meski dalam situasi pandemi,” ucapnya.

Warga lain, Putu Sosiawan mengatakan tradisi ini juga sekaligus dijadikan momen untuk silaturahmi dan menjaga kebersamaan, baik dengan keluarga maupun antarwarga. “Tentu ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu setiap tahun,” katanya.
Ia mengharapkan pandemi Covid-19 segera berakhir, sehingga pelaksanaan tradisi ini dapat semakin semarak dan semakin berkesan. “Semoga Hari Raya Nyepi tahun depan sudah bebas dari pandemi,” pungkasnya. (PSA)