Museum Saka: Menyajikan Berbagai Benda yang Memiliki Makna Budaya dan Sejarah

Museum ini didedikasikan untuk mendukung kemajuan ekspresi seni dan budaya Bali. Salah satu koleksinya 10 ogoh-ogoh buatan seniman lokal. Kami berencana untuk menambah lebih banyak mahakarya Bali seperti patung kayu dan batu serta berbagai benda yang memiliki makna budaya dan sejarah.

(Baliekbis.com), Museum Saka yang berada di kawasan Ayana Estate Jimbaran tidak hanya sekadar tempat menyimpan ogoh ogoh atau barang antik dari Bali. Namun juga menampilkan bagian dari kehidupan dan identitas Bali.

“Sehingga pengunjung dapat lebih memahami makna dan keunikan budaya Bali, serta makna Nyepi,” ungkap Owner Ayana Resort Jimbaran Rudy Suliawan pada acara “Upcoming Cultural Center and Event Destination at Ayana Estate”, di Ayana Estate Jimbaran, Jumat (29/9) malam yang dipadati ratusan pengunjung.

“Menurut saya, Nyepi di malam hari adalah saat yang indah ketika kita bisa memandangi ribuan bintang di langit dan menikmati ketenangan Bali tanpa kenyamanan modern seperti TV, internet, mobil, pesawat terbang, dan lainnya,” tambahnya.

Rudy menjelaskan, Nyepi juga dikenal sebagai Hari Raya Nyepi, adalah hari penting di Bali, seperti yang terlihat dalam video yang ditampilkan di auditorium di bawah ini. “Berangkat dari hal tersebut, tim kami memulai dengan ide untuk membangun sebuah wadah yang dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat umum, khususnya wisatawan, tentang Nyepi, Ogoh Ogoh, dan Pecalang,” ungkapnya.

Menurut Rudy, sejak pembukaan Hotel Ayana 27 tahun yang lalu, pihaknya mengetahui bahwa banyak tamu Ayana yang belum mengenal Nyepi dan Ogoh Ogoh. Ogoh Ogoh adalah bagian penting dari perayaan Nyepi yang diperingati setiap tahun dalam kalender Bali.

Museum Saka ini juga bertujuan untuk berperan dalam mengedukasi generasi muda tentang keberlanjutan melalui subak. Subak adalah warisan dunia UNESCO dari Bali dan merupakan sistem irigasi air tradisional.

“Kami berencana untuk menambah lebih banyak mahakarya Bali seperti patung kayu dan batu serta berbagai benda yang memiliki makna budaya dan sejarah,” jelasnya.

Diakui, karena berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi, pembangunan museum terganggu sehingga mengakibatkan penundaan. Namun berkat kerja keras dan komitmen tim, akhirnya bisa
menyelesaikan pembangunannya dan dengan bangga mempersembahkan museum megah ini kepada publik.

Pengerjaan proyek ini melibatkan beberapa konsultan dan desainer yang berlokasi di Tokyo, Hong Kong, Jakarta, dan Bali. Pekerjaan konstruksi, termasuk persiapan lahan, dimulai pada tahun 2019, beberapa bulan sebelum pandemi Covid-19 dimulai.

Sistem pencahayaan yang anda lihat saat memasuki ruangan mewakili bintang-bintang pada malam Nyepi, serta 0goh Ogoh yang ditampilkan saat Anda memasuki lantai dua, merupakan hasil ide yang dimulai sekitar 8 tahun lalu pada tahun 2015.
Sejumlah ogoh-ogoh yang telah diarak pada malam Pengerupukan tahun 2023 akan menyapa pengunjung ketika memasuki museum dengan luas bangunan 5.000 persegi ini.

Museum Saka ini menjadi ruang yang dipilih dengan cermat untuk menampilkan ekspresi seni yang mencerminkan interaksi indah antara budaya, mistik, dan agama Bali – pada Maret 2023.

Menurut Komite Ahli Museum Saka, Marlowe Bandem menghadirkan ogoh-ogoh dalam ekspresinya yang kontemporer namun sebagai pembawa pesan yang mengakar kuat dalam budaya Bali, akan membuat pengunjung larut dalam perasaan dan semangat prosesi Nyepi.

“Ogoh-ogoh dibuat secara komunal oleh para pemuda Bali. Sebuah kegiatan berseni dan berkreasi yang menampilkan semangat pemuda untuk melestarikan seni dan budaya Bali,” kata Marlowe.

Marlowe adalah bagian dari komite ahli museum yang bertanggung jawab atas kurasi karya seni yang akan dipamerkan. Kurator lainnya adalah Profesor I Made Bandem, Bruce Carpenter, James Bennett dan Farah Wardani.

Nyepi dianggap sebagai salah satu malam paling damai dan indah di Bali di mana tingkat polusi turun dan langit sangat jernih sehingga Bima Sakti dapat dilihat dengan mata telanjang. Ini telah menjadi inspirasi bagi museum untuk menjadi ruang meditasi dengan langit-langit bertabur bintang dan suasana yang menenangkan.

Terletak di jantung Ayana Estate di Jimbaran, museum seluas 5.000 meter persegi ini memiliki delapan galeri berbeda, ruang arsip dan perpustakaan, ruang pemutaran film, kafe, dan toko merchandise pilihan. Koleksi utama museum berupa sepuluh Ogoh-ogoh dari seniman lokal terkemuka, termasuk karya Kedux dan Gusman Surya.

Kata ‘Saka’ yang berarti pilar dalam bahasa Bali dan menunjukkan cita-cita museum sebagai landasan yang kuat untuk mendukung kemajuan ekspresi seni dan budaya Bali. Saka juga mengacu pada kalender Saka Bali, dan peran museum yang akan berfungsi untuk menghubungkan Bali masa lalu dan masa kini dan memberi pengunjung pengalaman yang melampaui ruang dan waktu.

Museum Saka merupakan bagian intrinsik dari Ayana Estate yang mewah dan terintegrasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengalaman para tamu dengan menawarkan pengalaman seni dan budaya Bali yang unik. Ini mendukung identitas Ayana Estate sebagai mikrokosmos yang memberikan wawasan tentang mistisisme Bali serta destinasi yang wajib dikunjungi.

Museum Saka ini gratis untuk tamu dan terbuka untuk umum, menawarkan kepada para tamu ruang meditasi yang tak tertandingi sepanjang tahun, membenamkan indra dalam keajaiban artistik, lanskap, dan arsitektur yang indah. Museum Saka juga dapat digunakan untuk menyelenggarakan acara dan resepsi di area dalam dan luar ruangannya serta menyediakan acara, pertunjukan, lokakarya, dan program kreatif lainnya yang menarik untuk anak-anak dan orang dewasa. (bas)