Kunjungi Simantri, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Plasma Nutfah Sapi Bali Jangan Sampai Punah

Plasma nutfah merupakan substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta jasad renik. Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(Baliekbis.com), Kehadiran Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi) dengan ribuan ekor sapinya sebenarnya sangat penting dalam usaha pelestarian plasma nutfah sapi Bali yang dikenal dengan banyak keunggulannya selain manfaat ekonomi bagi petani dan pertanian itu sendiri.

“Kalau sapi Bali ini tidak dikembangkan apalagi diabaikan maka lama-lama bisa punah. Sekarang sapi Bali banyak justru banyak dikembangkan di luar seperti Gorontalo dan beberapa daerah lainnya,” ujar Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat Reses di Simantri 096 Blangsinga, Desa Saba Gianyar, Rabu (21/2).

Reses mengangkat tema “Keberadaan Simantri Ds. Saba dalam Menggerakkan Ekonomi Rakyat” dihadiri Pengelola Simantri, Kepala Desa Saba Ketut Redhana,SP dan anggota kelompok Simantri dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

Mangku Pastika membawa laporan kondisi Simantri 096 dari pengurus didampingi Kepala Desa Saba.

Dikatakan Mangku Pastika dibentuknya Simantri adalah bagian dari upaya penyelamatan sapi Bali serta lingkungannya (pertanian). Jadi dosa besar kalau sampai membiarkan hal ini terbengkalai. Kondisi ini tidak terlepas dari kebijakan publik yang tidak berpihak petani.

“Simantri dibangun dengan uang negara, jadi jangan ditelantarkan. Saya harap ini bisa dikembalikan sebab menguntungkan petani. Simantri bisa jadi tempat edukasi untuk cinta pertanian dan peternakan, bukan semata cari uang tapi bisa lestarikan alam dan pemberdayaan SDM,” tegas Gubernur Bali 2008-2018 ini.

Kepada Mangku Pastika, pengelola Simantri Wayan Suastika menjelaskan Simantri 096 yang berdiri tahun 2011silam sempat berjaya. Produksi pupuk dan biourine sapi terjual sampai ke Lombok. Petani merasa sangat diuntungkan dengan Simantri ini.

Bahkan tambah Suatika, Simantri 096 bersama tiga Simantri lainnya yakni Simantri 356 Desa Antapan, Tabanan, Simantri 366 Desa Mambal, Badung dan Simantri 376 Desa Takmung, Kabupaten Klungkung menjadi percontohan sekaligus binaan dari Pemerintah Kota Osaki, Jepang.

Namun belakangan ini kelompok beranggotakan 20 petani dengan 20 ekor sapinya itu nyaris tidak berjalan. Sebab lahan seluas 15 are yang selama ini dipakai ditagih pemiliknya.

“Kami tidak bisa melanjutkan. Padahal petani masih sangat bergairah dan desa juga sangat mendukung. Padahal fasilitas yang ada termasuk kandang sapi masih sangat bagus,” tambah Suastika.

Karena ditagihnya lahan hak guna pakai tersebut, kondisi kandang dan bangunan yang ada kurang terurus. Bahkan lahan yang cukup luas itu banyak ditumbuhi semak belukar.

Sebagaimana diketahui pada 25 Januari 2017, Walikota Osaki didampingi perwakilan JICA Kaiya Kazuki sebagai penyandang meninjau langsung proses pengolahan pupuk di Simantri
096. Pengolahan pupuk dengan fermentasi secara alami tanpa menggunakan bahan fermentor ini menghasilkan pupuk yang tidak berbau kotoran.
Hasil pupuk organik sistem osaki tersebut telah diaplikasikan terhadap tanaman jagung, sayuran hijau (pokcay) dan padi dengan hasil memuaskan. (bas)