Tingkatkan Pertanian, Mangku Pastika Pantau Langsung Perkembangan Simantri

(Baliekbis.com), Tidak mau hanya mendengar masukan soal keberadaan program Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi), Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. terjun langsung ke lapangan, Minggu (26/12).

Didampingi Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja, mantan Gubernur Bali dua periode dalam resesnya ini mengunjungi Simantri 174 Gapoktan Dharma Pertiwi di Kelurahan Lukluk, Kabupaten Badung untuk mencari fakta lapangan perkembangan program Simantri yang diluncurkannya saat menjadi gubernur.

“Saya harus lihat langsung kondisinya di lapangan. Faktanya seperti apa, datanya dan perkembangannya,” kata Mangku Pastika. Program Simantri yang kini dinamakan Sistem Pertanian Terpadu (Sipadu) menjadi salah satu program unggulan Made Mangku Pastika saat menjabat sebagai Gubernur Bali (2008-2018).

Sejak diluncurkan pada 2009 telah terbentuk sebanyak 800 unit Simantri yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Bali.

“Tetapi, saya dengar, ada yang masih hidup, setengah hidup, setengah mati dan ada yang mati. Ini yang perlu saya lihat satu-satu, kira-kira masalahnya apa,” ucap Anggota Komite II DPD itu.

Setelah terkumpul fakta lapangan perkembangan Simantri, selanjutnya Pastika akan membicarakan kepada bupati setempat, ataupun Gubernur Bali dan bahkan Menteri Pertanian untuk dicarikan solusinya.

“Menteri Pertanian kita (Syahrul Yasin Limpo-red) yang juga mantan gubernur, teman saya. Jadi, saya bisa ngomong langsung dengan dia. Saya juga akan mengajaknya untuk mengunjungi Simantri yang bagus, seperti dulu juga sudah dikunjungi Bapak Wakil Presiden,” ucapnya.

Dalam kesempatan berbincang dengan para pengurus Simantri 174 tersebut, Pastika juga kembali menceritakan sejarah lahirnya program Simantri, yang cikal bakalnya dari program Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di daerah Sepang, Kabupaten Buleleng.

“Dulu, Simantri struktur organisasinya sudah luar biasa dan memiliki sumber daya yang luar biasa. Bayangkan, kalau setiap unit Simantri ada 20 petani dengan istri dan anaknya,” ujar mantan Kapolda Bali ini.

Melalui pengembangan unit Simantri juga dapat meningkatkan pendapatan petani sedikitnya dua kali lipat bahkan kalau optimal hingga lima kali lipat.

Hal itu dapat diperoleh dengan pemeliharaan 20 ekor sapi betina, pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik dan urine sapi menjadi biourine.

Terlebih, kata Pastika, jika dapat terbentuk lebih dari 1.000 unit, maka sekian persen dari kebutuhan pupuk organik bisa terpenuhi dan lama-lama Bali bisa menjadi Pulau Organik.

“Cita-cita besarnya ya ingin mewujudkan Bali sebagai Pulau Organik dan Pulau yang Sehat. Tidak banyak yang bisa seperti itu. Apalagi kita yang beragama Hindu percaya bumi pertiwi, ternak, dan sapi memang harus dimuliakan,” katanya.

Bahkan, kata Pastika, ada salah satu profesor dari Oxford University yang mengadakan penelitian tentang Simantri mengatakan bahwa Simantri itu tidak lain merupakan Vedic Agriculture System atau Sistem Pertanian Berdasarkan Weda.

Sementara itu, sejumlah pengurus Simantri 174 Gapoktan Dharma Pertiwi dalam kesempatan tersebut mengatakan persyaratan izin edar menjadi salah satu kendala yang dihadapi untuk pemasaran pupuk organik yang dihasilkan.

Tahun 2020, sebagai penyalur pupuk organik di wilayah zona tengah, pihaknya mendapatkan kuota hingga 500 ton. Namun untuk 2021 ini mengalami kendala penyerapan karena ketidakjelasan kuota dan persoalan izin edar. (ist)