Tambah PAD, Dr. Mangku Pastika, M.M. Dorong Badung Berinvestasi di Luar Pariwisata

(Baliekbis.com), Ekonomi Bali khususnya Kabupaten Badung selama ini banyak bergantung dari sektor pariwisata. Padahal banyak potensi ekonomi lainnya yang tak kalah strategis bisa menjadi tambahan PAD (Pendapatan Asli Daerah).

“Dengan kekuatan modal yang dimiliki Badung sebenarnya bisa menggali pendapatan dari sisi investasi sektor strategis lainnya seperti bisnis pengolahan sampah, mendukung permodalan di Jamkrida Bali Mandara dan usaha lainnya yang menguntungkan,” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat reses, Jumat (22/12) di Kantor DPD RI Renon Denpasar.

Reses dengan tema “Pengawasan atas Pelaksanaan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025” yang dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja dengan narasumber Kepala Bappeda Provinsi Bali diwakili Kabid PPEPD I Made Satya Cadriantara dan I Made Wira Dharma Jaya, S.H., M.M. selaku Kepala Bappeda Kabupaten Badung.

Menurut Mangku Pastika, Badung memiliki banyak uang sehingga bisa memanfaatkannya sebagian untuk berinvestasi. Seperti Brunei, Arab Saudi dan beberapa negara lain berinvestasi bahkan sampai ke luar negeri untuk menambah pendapatan negaranya. “Contohnya Brunei yang sudah kaya, berinvestasi sampai ke London bahkan Bali. Arab Saudi juga invest dimana-mana. Sehingga suatu saat ketika minyaknya menurun, negara tak bangkrut,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Di Bali, Badung bisa mendukung permodalan Jamkrida. Juga bisnis sampah yang menguntungkan sekaligus menyelamatkan lingkungan. Dengan mengenakan tipping fee setiap ton sampah, maka bisa menghasilkan pendapatan yang luar biasa. “Dulu waktu saya Gubernur, ada 52 perusahaan yang mau invest di sampah. Nah sekarang ini kesempatan. Intinya kalau Badung mau terus kaya maka harus berinvestasi,” dorong Mangku Pastika.

Di sisi lain, Mangku Pastika mengingatkan pentingnya menjaga ketahanan pangan. Saat ini banyak lahan tidak diolah karena petani yang makin sedikit dan modal terbatas. Ini bisa jadi ancaman kalau tidak ada penanganan.

Apalagi perkembangan penduduk Bali yang begitu cepat. Kondisi ini berimbas pada alih fungsi lahan untuk perumahan dan industri. “Harus ada perhatian soal penduduk ini. Mungkin perlu kajian untuk ketinggian bangunan di kawasan tertentu agar lahan tak makin tersedot,” ungkap Mangku Pastika.

Di awal sambutannya Mangku Pastika mengemukakan, perencanaan pembangunan baik di pusat maupun di daerah harus dirancang lebih baik. Di era kehidupan global saat ini ada tiga hal mendasar yang selalu terjadi yaitu speed (perubahan cepat), surprises (penuh kejutan dan tak terduga) dan sudden shift yang bermakna tiba-tiba berubah menjadi tidak ada atau tidak berguna.

Contohnya pada teknologi komunikasi handphone, ojek pangkalan yang digantikan ojek online dan sebagainya. Keadaan 3S ini melahirkan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity) atau kondisi bergejolak dan tidak menentu dunia.

“Itulah sebabnya, ke depan, perencanaan pembangunan itu harus disusun dengan lebih baik oleh Bappeda untuk mengantisipasi cirri-ciri kehidupan global tersebut. Sebab keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan. Keberhasilan perencanaan sebagai pertanda bahwa pembangunan sudah selesai 50%,” jelas Mangku Pastika.

Sementara itu Kabid PPEPD I Made Satya Cadriantara menjelaskan capaian Sasaran Pokok Pembangunan Bali 2005 – 2025 sudah baik. Sesuai hasil evaluasi tingkat capaian implementasi sasaran pokok pembangunan daerah Bali sebagaimana disusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 yang dituangkan dalam RPJPD Provinsi Bali Tahun 2005 – 2025, terdapat 11 indikator dengan kategori capaian sangat tinggi, 3 indikator dengan kategori capaian tinggi, 4 indikator dengan capaian sedang, 1 indikator dengan kategori capaian rendah, dan 1 indikator dengan kategori capaian sangat rendah.

“Itu berarti, tingkat capaian dalam implementasi sasaran pokok pembangunan dalam RPJPD Provinsi Bali Tahun 2005-2025 yang bersifat kuantitatif, sudah baik. Tujuh puluh persen indikatornya sudah dalam klasifikasi capaian sangat tinggi dan tinggi,” jelas Cadriantara.

Dijelaskan ekonomi Bali tumbuh 5,3 persen. Tapi kemiskinan masih ada akibat banyak yang kehilangan lapangan kerja ketika pandemi Covid. Hingga Maret 2023 kemiskinan Bali 4,25 persen, terbanyak di Karangasem. Sedangkan kesenjangan ekonomi Bali tertinggi terjadi di perkotaan. Bali juga mengalami pertambahan penduduk sangat cepat akibat perkembangan pariwisata.

Ketua Bappeda Badung Made Wira Dharmajaya mengatakan PDRB Badung dalam 2 tahun ini terus meningkat sejalan dengan tumbuhnya pariwisata. Banyak warga yang bekerja di sektor ini.

Ditambahkan Badung yang juga memiliki keunggulan di sektor pertanian namun produknya masih banyak belum terserap di pariwisata. Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, angka kemiskinan Badung sangat rendah. (bas)