Seminar Desa Wisata, Bali Salah Satu Prioritas Pembangunan Desa Wisata

(Baliekbis.com), Untuk dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang inklusif dan berkesinambungan maka dibutuhkan inovasi untuk dapat mendorong perkembangan industri pariwisata Bali yang belakangan ini menunjukkan indikasi kejenuhan. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah pengembangan desa wisata. Mengingat budaya merupakan daya tarik utama wisata Bali, maka dirasa tepat menjadikan desa wisata berbasis budaya sebagai inovasi pengembangan pariwisata di daerah ini. Demikian diungkapkan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali Causa Imam Karana dalam seminar Desa Wisata yang berlangsung Kamis (27/4/2017) di Kantor Bank Indonesia Denpasar. Dalam seminar tersebut tampil sebagai nara sumber Prof. Dr. Darma Putra, I Ketut Budarma, Phd., Bagus Sudibya, I Gusti Agung Prana.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali Causa Imam Karana.

Dikatakan Imam dengan desa wisata yang berbasis pariwisata budaya, pengembangan desa wisata sendiri bertumpu pada lembaga tradisional Bali, khususnya desa adat. Dukungan dan partisipasi dari desa adat dalam upaya pengembangan desa wisata tersebut diharapkan dapat menjadikan sumber pertumbuhan baru perekonomian baru khususnya dari industri pariwisata yang berasal dari desa serta dapat membangun kemandirian desa untuk dapat mengembangkan wilayahnya. Diakui pertumbuhan ekonomi Bali menghadapi beberapa tantangan seperti di bidang pariwisata, belum adanya sinergi yang kuat antara pelaku usaha dengan pemangku kepentingan terkait dengan konsep pengembangan pariwisata yang bersifat integrasi dan holistik.

Selain itu, pariwisata Bali juga menghadapi tantangan yaitu menurunnya kualitas wisman, dimana  terkonfirmasi adanya penurunan tingkat pengeluaran wisman pada tahun 2016 sebesar 143,35 dolar/hari per orang dari 143,92 dolar/hari per orang pada tahun 2015. “Kondisi tersebut mengindikasikan akan tendensi penurunan daya saing pariwisata Bali,  mengingat berdasarkan hasil survei dan liaison, beberapa pelaku usaha pariwisata mengkonfirmasi mulai berkembangnya destinasi wisata lainnya yang menjadi alternatif wisatawan,” tambahnya. Di samping itu, fokus pengembangan pariwisata yang berlokasi di Bali bagian selatan telah memberikan dampak pada masalah kemacetan dan sampah. Perkembangan pariwisata juga menghadapi tantangan oleh semakin meningkatnya transaksi online booking. Di sisi lain seperti bidang pertanian yang menjadiu salah satu daya dukung sector pariwisata juga terjadi alih fungsi lahan pertanian di Bali setiap tahun (sawah maupun ladang) sekitar 350 ha/tahun. Kondisi ini akan semakin berat karena terbatasnya jumlah SDM di bidang pertanian serta minimnya pemanfaatan teknologi pertanian.

Sementara pihak Kementerian Pariwisata dalam sambutannya mengatakan pengembangan desa wisata di Indonesia dilakukan dengan prinsip pariwisata global yaitu pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dimana pariwisata harus menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam setiap pengambilan kebijakan maupun rencana pembangunan. Yaitu tanggap terhadap minat wisatawan, melibatkan masyarakat setempat dan tetap mengupayakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam maupun manusia serta beroritentasi jangka panjang. Program desa wisata atau homestay merupakan komitmen Menteri Pariwisata Arief Yahya yang menjadikan pariwisata sebagai satu darti lima program prioritas nasional. Prioritas pertama pembangunan desa wisata akan dilakukan di tiga destinasi utama yaitu Bali, Jakarta dan Kepri. Keuntungan di wilayah tersebut karena sudah memiliki 90% wisman masuk ke Tanah Air dimana  Bali (40%), Jakarta (30%) dan Kepri 20%. Dalam tiga tahun ke depan Kempar menargetkan membangun 20 ribu unit di tahun 2017, 30.000 unit sebagai salah satu program Quick win dan pada triwulan 1 akan dibangun 1.000 unit. (ist)