Reses Dr. Mangku Pastika, M.M.: Subsidi Petani harus Ditingkatkan agar Bisa Sejahtera

(Baliekbis.com), Alih fungsi lahan pertanian yang tinggi jangan sampai mengurangi produksi pangan. Karena itu harus ada upaya nyata mempertahankan lahan pertanian untuk menjaga ketahanan pangan.

“Penting ada upaya konservasi lahan-lahan pertanian termasuk jalur hijau. Jadi jalur hijau ini jangan sampai dirubah fungsinya,” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat kegiatan reses, Rabu (26/7) yang berlangsung di Sekretariat Pos Banjar Kawasan Subak Angantaka Badung.

Reses dengan tema “Keberadaan Subak sebagai Penyangga Pertanian” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan narasumber Ketua Pos Banjar dr. IGN. Rai Sutha Negara dan sejumlah pelaku pertanian.

Selain upaya menjaga lahan pertanian, petani juga harus disubsidi. “Subsidi yang ada sekarang harus ditingkatkan sehingga usaha tani bisa menguntungkan petani. Di banyak negara pengekspor pertanian seperti Jepang, Taiwan petaninya disubsidi sehingga hasil meningkat dan petani sejahtera,” jelas Mangku Pastika.

Di Bali, tambah Mangku Pastika subsidi sudah dilakukan ketika ia menjadi Gubernur 2008-2018. “Pupuk organik disubsidi sehingga petani hanya membayar seratus rupiah per kilo pupuk,” tambahnya.

Dengan subsidi ini maka minat masyarakat bertani akan meningkat karena bertani jadi menjanjikan. Mangku Pastika menjelaskan sebenarnya potensi pertanian di Bali sangat besar dan menguntungkan. Dicontohkan dengan adanya 3.000 lebih subak kalau petaninya diberdayakan dengan memelihara sapi seperti yang yang diterapkan dengan pola Simantri, maka selain pupuk organik yang dihasilkan juga sapi Bali akan berkembang luar biasa.

“Saat saya kembangkan program Simantri tiap kelompok dibantu 20 ekor sapi betina. Kalau tiap subak bisa ada Simantri maka Bali bisa menghasilkan pupuk organik sangat besar dan ternak sapi yang banyak,” tambahnya. 

Potensi pengembangan pertanian saat ini menurut Mangku Pastika semakin besar dengan masuknya subak dalam UU Provinsi Bali. Oleh karena itu harus ada pemikiran baru sejalan dengan adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi khususnya pertambahan penduduk yang memerlukan lahan (permukiman) di satu sisi dan pangan di sisi lain.

Ke depan perlu ada pemikiran agar di beberapa kawasan boleh didirikan bangunan bertingkat melebihi yang ada sekarang. “Jadi bisa naik atau turun. Sekarang ini karena tak bisa naik, satu-satunya melebar. Ini akan memakan lahan banyak. Apalagi kalau tiap KK punya anak 4, lantas mau tinggal dimana,” pungkas Mangku Pastika.

Di sisi lain, Mangku Pastika mendorong agar ada kepedulian intelektual dan tokoh untuk berjuang membantu petani secara tulus. Sebab untuk membangun pertanian harus dilakukan melalui gerakan bersama. Petani jangan dilepas berjalan sendiri-sendiri. 

Subak ke depannya juga diharapkan bukan hanya urus air, tapi ada kegiatan lain yang bisa meningkatkan daya dukung pertanian. Keberadaan jalur hijau harus dikonservasi. Fungsi jalur hijau jangan sampai hilang. Dalam diskusi, petani mengeluhkan makin minimnya subsidi (pupuk). “Sawah sekarang ini ibaratnya manusia tinggal tulang saja, karen tanah makin kurus dan banyak yang tidak terurus,” ungkap petani Gusti Buda. (bas)