Reses Dr. Mangku Pastika, M.M., Petani Kusamba Keluhkan Garam Oplosan

(Baliekbis.com), Petani garam tradisional di Desa Kusamba Klungkung mengakui musim hujan yang panjang serta tingginya abrasi yang menyebabkan penyusutan lahan usaha menjadi kendala produksi. Akibatnya makin sedikit warga khususnya generasi muda yang terjun ke usaha garam ini.

“Sebelumnya ada sekitar seratus warga yang melakukan usaha garam, sekarang tinggal belasan,” ujar Ketua Kelompok Tani Garam Sarining Segara Kusamba Jro Mangku Rena saat acara reses Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M., Kamis (24/2).

Reses yang dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara mengangkat tema “Keberadaan Petani Garam”. Dalam reses yang dihadiri 18 petani garam itu juga terungkap banyak beredarnya garam oplosan yang memakai nama Garam Kusamba. Garam oplosan ini didatangkan dari luar, kemudian diproses kembali dan dijual lebih murah di pasaran.

Kepada Mangku Pastika, petani garam juga mengaku mengalami kendala pemasaran. “Memang Pemkab Klungkung melalui koperasi membantu membeli 1 ton per bulannya, namun adanya garam oplosan yang harganya jauh lebih rendah itu menghambat pemasaran garam (asli) yang dihasilkan petani garam,” ujar Mangku Rena yang sudah puluhan tahun menekuni usaha garam ini.

Tim Ahli Ketut Ngastawa menyerahkan bantuan paket sembako kepada petani garam Kusamba

Ia khawatir kalau petani garam tidak dilindungi, usaha yang menjadi budaya warga ini akan makin surut. “Saya dan teman-teman ini bertahan karena ingin melestarikan budaya usaha garam di sini,” tambahnya.

Mangku Rena juga menjelaskan selain dibantu Pemkab Klungkung, garam Kusamba juga dikirim ke Surabaya selain pasar lokal. “Sempat ada pesanan dari Jepang, namun terkendala pandemi sehingga belum bisa terealisasi sampai sekarang,” tambahnya. Dijelaskan dalam kondisi normal, petani garam setempat mampu berproduksi rata-rata 6 ton/bulan.

Masih terkait pemasaran garam Kusamba, dikatakan Mangku Rena pihaknya dihadapkan pada aturan BBPOM yakni kandungan yodium yang minimal harus 30 ppm. Sementara garam yang diproduksi petani kandungannya masih di bawah itu.

Mangku Pastika pada kesempatan tersebut mengatakan sejatinya garam Kusamba ini sudah terkenal, bahkan sampai di Jepang dan Amerika. Jadi potensi pasarnya sangat besar. “Saya ketika ke Jepang, ternyata teman saya orang Jepang yang datang dari Bali bawa oleh-oleh garam Kusamba ini,” ucap mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Terkait garam oplosan, tambah Mangku Pastika ini bisa dipersoalkan karena sudah melanggar dan merugikan petani. Apalagi garam Kusamba sudah memiliki sertifikat IG (Indikasi Geografis). Demikian pula soal kandungan yodium, pihaknya akan mengkomunikasikan dengan yang terkait sehingga ada titik temu. (bas)