Reses Dr. Mangku Pastika, M.M.: Konsep ‘Crowdfunding’ Alternatif Berdayakan Petani Kecil

(Baliekbis.com), Kepemilikan lahan yang sempit -sekitar 20 are membuat petani sulit meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sehingga tak mengherankan jumlah petani semakin sedikit dan anak muda jarang mau bertani.

“Jadi untuk menggairahkan agar generasi muda mau bertani maka harus ada dukungan nyata dari berbagai pihak khususnya pemerintah agar ke depannya bertani bisa memberi harapan hidup lebih baik,” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat reses di Simantri 027 Gapoktan Timan Agung Ds. Kelating Kerambitan Tabanan,
Kamis (21/12).

Reses dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja dengan tema “Pemanfaatan Teknologi Bionano untuk Pengembangan Pertanian” menghadirkan narasumber dari Kelompok Simantri A.A.N. Wijaya, dkk.

Mangku Pastika mengatakan tantangan petani ke depan cukup kompleks selain keterbatasan lahan usaha tani, air, pupuk yang mahal juga makin sedikitnya tenaga kerja. Belum lagi soal harga yang kerap anjlok saat panen sehingga NTP (Nilai Tukar Petani) jadi rendah sehingga usaha jadi tidak menguntungkan. Juga masuknya produk impor.

“Dengan berbagai keterbatasan tersebut, ke depan pertanian yang akan terjadi bukan yang banyak tenaga, tapi teknologi. Juga komoditinya lebih berumur panjang seperti tanaman perkebunan yang cukup sekali tanam,” ujar Mangku Pastika.

Pola pengusahaan lahan juga perlu dilakukan lebih profesional. “Sekarang ini ada konsep ‘Crowdfunding’ dimana lahan sempit sejumlah petani bisa nantinya dikelola dengan sebuah pendanaan untuk komoditi tertentu sehingg hasilnya lebih menguntungkan,” jelas mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Dengan penggabungan lahan dan penerapan mekanisasi pertanian maka pengembangan lahan akan bisa lebih efektif. “Saya kira crowdfunding ini bisa menjadi alternatif bagi para petani yang terbatas lahan dan modal. Apalagi sekarang tenaga kerja petani makin sedikit karena yang muda-muda memilih ke industri pariwisata yang lebih menjanjikan,” ujar Mangku Pastika.

Dicontohkan di Jepang, dalam sebuah keluarga yang memiliki tiga anak, hanya 1 yang jadi petani. Sehingga lahannya tidak terbagi dan pemanfaatannya akan lebih maksimal. Mangku Pastika mengingatkan keberlangsungan pertanian harus bisa tetap dijaga.

Sebab kalau lahan (alam) tidak dirawat maka akan terjadi kerusakan lingkungan. “Jadi jangan sampai lahan dibiarkan terbengkalai akibat tidak ada yang mau jadi petani. Harus ada political will untuk membantu petani, apa melalui subsidi pupuk maupun pada pascapanen,” tambahnya.

Dalam pertemuan dengan kelompok Simantri terungkap mereka kesulitan air serta pupuk. “Ketika mau tanam, pupuk (subsidi) tidak ada. Kalau pun ada di pasaran harganya mahal.

Sementara itu Ketua Simantri 027 yang juga pengurus HKTI Tabanan A.A. Wijana yang aktif mengembangkan pupuk bio nano dan kompos menjelaskan pupuk organik tersebut sangat bagus untuk menyuburkan lahan sehingga hasil meningkat.

Menurutnya, hampir semua kebutuhan tanaman sudah ada di alam. Tinggal mengembangkannya sesuai kebutuhan. “Seperti penggunaan pupuk organik yang diproduksi Simantri mampu memberikan hasil berlipat,” ujarnya. (bas)