Reses Dr. Mangku Pastika, M.M. di Sanggar Bona Alit, Jangan Berhenti Berinovasi agar Bali Memiliki Daya Tahan di Tengah Persaingan Global

Kita tidak semata-mata sebagai seniman pewaris tetapi apa yang bisa diwariskan untuk memperkaya khasanah Bali dengan tetap menjaga adat dan budayanya.

(Baliekbis.com), Pendiri Sanggar Bona Alit
I Gusti Ngurah Adi Putra yang akrab disapa Agung Alit mengingatkan seniman jangan berhenti berinovasi agar Bali memiliki daya tahan di tengah persaingan global.

“Tetap kita harus mempertahankan dan mengembangkan tradisi (seni) yang sudah diwariskan,” pesan Agung Alit didampingi istri Ni Gusti Made Rai Sumadi yang juga pengelola sanggar
saat menerima kunjungan (Reses) Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. di sanggarnya Desa Bona Gianyar.

Reses dengan tema: “Seniman sebagai Penjaga Budaya Bali” yang dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja, Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara juga dihadiri sejumlah tokoh seni dan mahasiswa dari ISI Denpasar.

Ia menjelaskan banyak karyanya yang diklaim orang dan berharap bisa kembali ke tempatnya. Ia juga mendorong mahasiswa dan generasi muda untuk terus berinovasi dan berproduksi. “Produktif itu bukan tanpa alasan. Tetapi bagaimana daya tahan Bali kalau tidak mau menumbuhkembangkan kesenian itu sendiri. Kita memang harus berhitung, dimana kita ‘ngayah’, dan dimana melakukan aksi sosial,” ujar seniman yang 15 tabun mengajar Hong Kong University, NSW Australia dan sebagai
Pembina di Pascasarjana ISI Denpasar ini.

Dalam kiprahnya, Agung Alit juga bergerak di bidang sosial dengan terapi lewat seni di Rumah Sakit Jiwa dengan khusus datang menghibur pasien di Bangli, Semarang dan Jakarta.

Sementara itu Mangku Pastika menjelaskan banyak karya seni musik, seni ukir dan seni rupa yang tidak terlindungi secara hukum karena memang secara turun-temurun seniman sangat terikat dengan hak komunal. Jadi kalau menciptakan sesuatu, sulit sekali untuk mengakui itu dia yang punya.

Seniman menyerahkan hasil karyanya kepada masyarakat dan bangga kalau ada yang meniru. Padahal ini bisa jadi masalah hukum ketika karyanya didaftarkan pihak lain dan kemudian si pencipta dituduh sebagai pemalsu.

Untuk melindungi ciptaan para seniman ini, Mangku Pastika mengimbau para ahli hukum bisa berkontribusi, memberi sumbangsihnya. “Jangan biarkan seniman berjuang sendiri karena mereka tidak mengerti. Bukannya mereka tidak mau tetapi merasa sudah senang dengan menciptakan sesuatu dan apalagi kalau banyak orang jadi senang,” tambah mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Sanggar Bona Alit yang dirintis tahun 1996 silam bukan hanya komunitas musik tradisional Bali, akan tetapi warisan budaya Bali yang memiliki nilai artistik dan historis yang tinggi. Sanggar ini menjadi tempat beberapa karya seni seperti tarian dan musik tradisional maupun kontemporer Bali diciptakan dan dijaga kelestariannya.

Bona Alit juga merupakan wadah pengembangan seni dan budaya bagi generasi muda dalam berkreasi dan berekspresi dengan tatanan yang tidak lepas dari unsur tradisi, tidak hanya tradisi lokal akan tetapi juga menggabungkan dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara.

Jati diri Bona Alit yang universal memberikan Bona Alit kesempatan untuk memperkenalkan seni dan budaya Bali ke berbagai negara, serta berkolaborasi dengan para seniman lokal, nusantara dan mancanegara. Dalam bidang pendidikan Bona Alit juga menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga pendidikan baik di Bali dan berbagai negara seperti Hongkong, Jepang, China dan Australia dalam usaha pengembangan seni dan budaya, penciptaan seni musikal dan tarian kontemporer serta alat-alat musik.

Pendirian Sanggar Bona Alit adalah modal dasar yang dapat membantu usaha pelestarian dan pengembangan seni tradisional. Keragaman kesenian tradisional yang hidup dan berkembang saat ini sangat beragam dapat dijadikan modal untuk usaha peningkatan kualitas seni tradisional dan kontemporer tersebut yang merupakan modal yang sangat berharga dalam usaha pelestariannya. (bas)