PPDB, Gung Widiada: Siswa Miskin Wajib Diprioritaskan

(Baliekbis.com), Jalur zonasi yang berbasis NEM untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dirasakan banyak masyarakat belum memahaminya. Karena masyarakat hanya mengetahui zonasi itu adalah wilayah yang terdekat dari tempat tinggal dengan sekolah yang diinginkan. Padahal ada rentetannya yakni menggunakan NEM tertinggi dan masyarakat tidak memahaminya. “Hal ini yang mesti kembali disosialisasikan oleh dinas terkait agar masyarakat memahami betul proses PPDB terutamanya lewat jalur zonasi,” ujar Wakil Ketua DPW Partai Nasdem yang juga anggota DPRD Kota Denpasar A.A. Ngurah Gede Widiada, Sabtu (7/7).

Dikatakan, pandangan masyarakat mengenai jalur zonasi yang dikaitkan dengan NEM dikiranya hanya diberlakukan untuk reguler saja, dan ternyata tidak. Begitupula dengan jalur prestasi juga mendadak menggunakan NEM yang dikarenakan keterbatasan rombongan belajar (rombel). Untuk jalur prestasi sendiri selain prestasi di olahraga yang diutamakan juga prestasi di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB). “Jika semua jalur dikaitkan dengan tingginya nilai NEM, maka untuk apa ada jalur yang membuat masyarakat banyak yang kecewa,” terangnya. Munculnya kebijakan untuk per kelasnya yang disesuaikan 32 orang siswa, kini ditambah 4 orang siswa lagi yakni siswa yang tergolong miskin. Namun siswa tergolong miskin sudah telanjur mendaftar di sekolah swasta. Pastinya tidak mungkin orangtua siswa tersebut menarik kembali pendaftarannya. “PPDB sekarang selain rancu dengan aturan juga sosialisasinya ke masyarakat kurang, dan ini yang mesti dikaji ulang agar tidak terjadi pro-kontra di masyarakat,” ucapnya.

Gung Widiada mengaku sebenarnya ia sangat setuju kalau masyarakat miskin lebih diutamakan untuk bisa bersekolah di negeri, sebab siswa miskin juga banyak yang pintar. Namun mengalami kendala biaya sekolah terbatas. Oleh karena itu mereka ini yang harus diutamakan. Terkait di SMAN 8 Denpasar ada rumor menggunakan jalur prestasi PKB yang diduga bodong, hal ini menurutnya harus menjadi persolan serius dalam dunia pendidikan. “Apakah prestasi seperti itu untuk mendapat sekolah negeri dengan mudahnya bisa didapat. Sementara yang benar-benar memiliki prestsi justru tidak dapat dikarenakan nilai NEM-nya kurang,” imbuhya. Jika terus seperti ini, maka lambat laun kemajuan dunia pendidikan akan terhambat hanya gara-gara persoalan PPDB. “Katanya ingin menjadikan Indonesia pintar. Kalau tetap seperti ini, kapan pendidikan kita bisa maju dan berkembang,” tambahnya. (sus)