Minikino Film Week ke-9 Kembali Digelar, Tampilkan 275 Film Pendek dari 69 Negara

Tahun ini MFW9 menampilkan total lebih dari 275 film pendek baik dari Indonesia maupun luar negeri dari total 69 negara akan ditayangkan selama 9 hari penuh di 13 lokasi yang tersebar di berbagai titik di Pulau Bali.

(Baliekbis.com), Bali International Short Film Festival akan digelar pada tanggal 15-23 September 2023 mendatang di Bali. Rangkaian acara MFW9 tahun ini akan diselenggarakan dalam format hybrid secara luring dan daring.

Seluruh pemutaran film dan diskusi diselenggarakan secara luring, sedangkan beberapa forum dalam Short Film Market akan diselenggarakan secara daring untuk memberi akses lebih luas terhadap penonton publik, serta partisipan filmmaker dan pembicara yang tidak bisa hadir secara langsung.

“MFW tahun ini, sudah cukup stabil dibanding tahun-tahun lalu saat Covid-19. Sehingga akan lebih banyak stakeholder industri film pendek, mulai dari lokal, nasional hingga mancanegara, turut terlibat tahun ini,” ujar Edo Wulia selaku Direktur Festival MFW9, saat jumpa pers, Selasa (5/9) di Warung Kubukopi Denpasar. Pada acara tersebut juga hadir Fransiska Prihadi selalu Direktur Program MFW9 dan Direktur Traveling Cinema I Made Suarbawa.

MFW9 dapat terselenggara berkat dukungan dari berbagai pihak. Festival tahun ini didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan melalui Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan Tahun 2023.

Sedangkan organisasi serta entitas swasta lain yang turut berkontribusi mewujudkan festival tahun ini berasal dari dalam dan luar negeri, di antaranya PT Kino Media Nusantara (Minikino Studio), The Raoul Wallenberg Institute of Human Rights and Humanitarian Law Regional Asia Pacific, Lumix Indonesia, Grab, Rangkai dan beragam kolaborasi dengan berbagai media, festival film internasional, universitas, venue, perusahaan dan juga komunitas lokal di Bali.

Dari 1111 judul film pendek yang didaftarkan masuk melalui kanal online Short Film Depot dan Filmfreeway dan terbuka untuk filmmaker dari seluruh dunia, ada 187 film yang lolos seleksi, termasuk film-film dari Indonesia.

Sementara itu kolaborasi nasional dan internasional Minikino juga menampilkan program film pendek tamu serta program film di Market Screening. Tahun ini MFW9 menampilkan total lebih dari 275 film pendek baik dari Indonesia maupun luar negeri dari total 69 negara akan ditayangkan selama 9 hari penuh di 13 lokasi yang tersebar di berbagai titik di Pulau Bali.

Pusparagam Pemutaran

Program film pendek di MFW9 meliputi 33 program internasional, 3 Program Inclusive Cinema, 6 program S-Express 2023 Asia Tenggara, 6 program Indonesia Raja 2023, 4 VR Films, 5 Program Tamu, 7 Market Screening, 1 program Pool Cinema dan Begadang 2023 Official Selection. Seluruh film dalam program tersebut dilengkapi dengan panduan rekomendasi batas usia, dan takarir Indonesia.

Beberapa program film juga akan didampingi oleh relawan profesional sebagai active listener dari Ikatan Psikologi Klinis HIMPSI Wilayah Bali. “Meskipun MFW9 sudah memberikan panduan rekomendasi batas usia, kita tidak pernah sepenuhnya tahu kondisi psikologis para penonton. Di beberapa film yang memiliki konten eksplisit seperti trauma, kehadiran profesional sebagai active listener diperlukan untuk memberikan ruang aman. Sehingga kita semua bisa menikmati film, berdiskusi, dan berpikir kritis dalam ekosistem yang sehat,” ungkap Fransiska Prihadi, Direktur Program MFW9.

MFW9 Inclusive Programs juga kembali hadir sebagai upaya mewujudkan festival yang inklusif. Program ini adalah rangkaian pemutaran dan lokakarya untuk semua penonton, terutama untuk penyandang disabilitas. Semua film dalam program ini dilengkapi dengan Closed Caption (CC)/Subtitles for the Deaf and Hard -of -Hearing (SDH) Bahasa Indonesia, jenis subtitle untuk Tuli dan kurang dengar.

Ada juga Audio Description (AD) Bahasa Indonesia yang ditambahkan ke dalam film untuk penonton dengan disabilitas netra. Hal yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, program AD sepenuhnya diisi oleh relawan disabilitas netra dari Bali.

Edo Wulia mengharapkan keterlibatan orang dengan disabilitas netra dalam produksi AD bersama Minikino Studio ini bisa membuka kesempatan baru bagi komunitas tersebut. “Kita berupaya mengenalkan AD di ekosistem festival di Indonesia, dan semoga saja ini menjadi tren positif dan membuka lapangan baru pengisi suara tunanetra,” harap Edo Wulia.

Karena gerakan inklusif ini semakin kuat, dan kesadaran atas aksesibilitas semakin gencar digaungkan. Salah satu program baru yang hadir adalah MFW9 Market Screenings sebagai langkah untuk menyediakan platform pertukaran film pendek bagi para instansi perfilman Internasional.

Berbeda dengan program pemutaran biasa, Market Screening dikelola secara langsung oleh instansi yang terlibat, dan MFW9 berlaku sebagai fasilitator. Instansi yang mengikuti program ini di antaranya SAE Media Academy (Indonesia), Doha Film Institute (Qatar), Institut Seni Indonesia Denpasar (Indonesia), Universitas Pelita Harapan (Indonesia), Universitas Multimedia Nusantara (Indonesia), Rangkai (Indonesia), dan Festival Film Purbalingga (Indonesia).

Market Screening merupakan bagian dari Short Film Market MFW9 dan langkah membangun jembatan penghubung keterlibatan profesional di skala nasional dan internasional. Juga mempromosikan pertemuan dan pertukaran langsung, untuk kemudian membuka lebih banyak peluang untuk keterlibatan lebih lanjut dalam industri film. “Wadah (pasar) ini titik beratnya adalah pertukaran nilai budaya, sosial-kapital, dan showcase untuk para stakeholder perfilman,” jelas Edo Wulia.

Program film pendek dalam jaringan regional Asia Tenggara melalui S-Express 2023 Networks dan regional Indonesia melalui jaringan programer Indonesia Raja 2023 juga akan ditampilkan pada festival tahun ini. Di samping itu, MFW9 akan menayangkan program film pendek dari kolaborator festival internasional yaitu yaitu Alcine Film Festival (Spanyol), Kaohsiung Film Festival (Taiwan), Toronto Reel Asian (Kanada), Image Forum Festival (Jepang) dan Show Me Short Film Festival (Selandia Baru).

Upaya Menguatkan Perfilman Bali

Tahun ini MFW, Bali International Short Film Festival hadir di 13 titik yang tersebar di hampir seluruh Bali. Festival Lounge atau tempat titik temu festival berada di MASH Denpasar. Selebihnya lokasi tersebar di Denpasar (Alliance Française Bali, Café Teduh, CushCush Gallery, Irama Indah Mini Hall, Tegeh Sari, The Room Apartments), Kabupaten Badung (Geo Open Space, Pantai Karang, Uma Seminyak), Kabupaten Buleleng (Community Screening).

Layar tancap (Pop Up Cinema) tahun ini akan diadakan di Desa Adat Pagi, Tabanan. Selama 9 tahun MFW, Pop-Up Cinema terus digelar untuk tetap mempertahankan keterhubungan dengan desa, I Made Suarbawa, Direktur Traveling Cinema menjelaskan selain mempertimbangkan kesiapan infrastruktur, MFW9 selalu mencari rekanan desa yang aktif dan kerjasama berkelanjutan.

“Ini adalah tahun kedua Desa Adat Pagi menjadi lokasi Pop-Up Cinema. Pasalnya, di sana terdapat komunitas lokal yang mau bergerak dan tertarik dengan program yang MFW sediakan. Dengan ini kami berharap terbentuknya sebuah sedaran budaya menonton dan pemutaran mandiri di Desa,” tambahnya.

Senafas dengan Pop-Up Cinema, semangat memberdayakan komunitas di Bali juga hadir dalam bentuk program baru yaitu Community Screening. Di MFW9 kali ini, komunitas yang terlibat adalah Singaraja Menonton dan Salam Natahrare untuk mengelola pemutaran mandiri di komunitasnya.

Program film yang akan ditayangkan di Singaraja Menonton salah satunya adalah program tamu Unsung Voices 11 dari Toronto Reel Asian, sebuah program yang berisi film pendek karya anak muda diaspora Asia di Kanada. Film-film pendek yang merespons isu yang dekat dengan keseharian mereka.

Program ini menjadi cocok karena delegasi filmmaker dan programmer dari Toronto Reel Asian, Kanada, akan menghadiri festival dan akan bertukar pengalaman dengan komunitas lokal di Bali.

Fransiska Prihadi, mengungkapkan bahwa Community Screening ini juga menjadi usaha dari MFW9 untuk melibatkan komunitas pemutar dan pembuat film yang sepanjang tahun aktif menggunakan medium film pendek untuk diskusi dan merepons isu di sekitarnya.

Pada MFW9 kali ini, Edo Wulia menekankan jika Minikino sadar betul tentang budaya film pendek di Indonesia itu datangnya dari komunitas, bukan industri. Oleh karenanya program untuk edukasi dan integrasi lintas komunitas menjadi perhatian MFW9.

Misalnya, melalui forum 100% Dari Bali, sebuah forum yang mempertemukan para pegiat komunitas film di Bali untuk sama-sama membicarakan gerakan akar rumput di daerah.

Ada juga, program Melali ke Desa, MFW9 bekerja sama dengan Balebengong & Melali.id untuk melaksanakan perjalanan sambil belajar kearifan, pengetahuan lokal ke Desa Les dan Desa Penatahan di Bali Utara.

Semangat ini terbangun sejak awal bulan Mei hingga akhir bulan Agustus ini di dalam agenda Pre-Events MFW9. Mulai dari Kolaborasi bersama Tatkala dalam acara May May May 2023 Membaca Film Merangkai Kata di Singaraja. Lalu ada Workshop One Shot Filmmaking bersama remaja Tegeh Sari, pada 26 – 27 Mei 2023.

Perhatian Minikino terhadap generasi muda juga terjuwud dalam bentuk workshop bersama anak- anak, Stop Motion Kolaborasi Tiga Negara: Indonesia, Korea Selatan, dan Kolombia!

“Film pendek bisa menjadi medium untuk menjangkau berbagai segmen dan wacana, sehingga ia bisa menjangkau banyak komunitas,” jelas I Made Suarbawa.

Pasar Film Pendek Internasional

Di samping lebih dari 275 judul film yang akan diputar, MFW9 kembali menghadirkan Short Film Market, atau Pasar Film Pendek sebagai bagian dari sub-event MFW9. Short Film Market di MFW9 menjadi ruang yang ideal untuk melakukan berbagai bentuk edukasi, promosi dan membangun jejaring. Nilai-nilai ekonomi akan terdorong melalui interaksi yang profesional antara pelaku dalam ranah produksi dan distribusi film pendek.

Rangkaian Short Film Market telah dimulai sejak pre-event melalui program Minikino Hybrid Internship for Film Festival Writers edis tahun ke-3 yang berlangsung selama 6 bulan mulai Mei 2023. Selanjutnya, Begadang 7 Tahun Filmmaking Competition yang berlangsung pada 15-16 Juli lalu.

Kompetisi ini diikuti oleh 67 tim produksi dari berbagai daerah di Indonesia, namun hanya 56 tim yang berhasil menyelesaikan produksi sesuai batas waktu 34 jam.

Selanjutnya, tim program MFW9 memilih 10 film yang akan ditayangkan selama festival.
Dari 10 film pilihan tersebut, 4 (empat) film adalah nominasi yang akan melalui proses penjurian dan memperebutkan gelar pemenang, yakni, Mira Sudah Tidur (Kura-Kura Terbang, Jawa Tengah), Papo (GURU, Kalimantan Selatan), Pisang Robot Satu Kata (Produksi Dari Hati, Banten), dan Trashtalk (Acah-Acah Films, Jawa Tengah).

Selanjutnya saat festival berlangsung, Short Film Library akan digelar. Di sana para pengunjung dapat mengakses ratusan film yang pernah tayang di Minikino Film Week. Tidak ketinggalan, beberapa workshop yang masih menjadi rangkaian dari Short Film Market juga akan dilaksanakan. Salah satu workshop yang akan diselenggarakan adalah Workshop Bersama Lumix – Panasonic. Workshop ini merupakan ajang diskusi dan belajar yang tepat bagi filmmaker dan content creator muda dari Indonesia agar dapat menghasilkan dan menunjukan karya terbaiknya dalam medium audio-visual ke masyarakat yang lebih luas.

Selain workshop, saat festival berlangsung juga akan diadakan beberapa forum. Diantaranya: Excavation & Confession, forum yang akan dipandu oleh Mary Stephen, seorang film editor berpengalaman yang bekerja bersama punggawa French New Wave, Eric Rohmer.

Short Film Conference (SFC) roundtable di MFW9 akan menyajikan topik unik tentang Decolonizing Short Film Ethics. Pertemuan ini akan mempertemukan para ahli dari berbagai latar belakang untuk membahas pentingnya etika dalam berbagai nilai budaya.

Mereka di antaranya Tammy ko Robinson (seniman-peneliti, Korea Selatan); Eric Sasono (kritikus film, Indonesia); Gina Dellabarca (Dewan Direksi SFC, Selandia Baru), Rita Tsang (Eye Catcher, Hong Kong), dan masih banyak lagi.

Lalu ada juga forum Toast Your Short sebuah forum yang akan membedah empat film pendek terpilih untuk menemukan ide-ide segar dan kemungkinan distribusi filmnya. Forum lainnya, Titik Temu Programmer Indonesia yang akan mendiskusikan bersama tentang praktik programming film pendek di Indonesia.

Selanjutnya, forum Human Rights Short Films bersama Raoul Wallenberg Institute Asia Pacific, yang akan menjadi ruang diskusi tentang isu hak asasi manusia termasuk lingkungan hidup dan potensi film pendek untuk membawa perubahan.

Penganugerahan Penghargaan Internasional

Tahun 2023 ini, MFW9 kembali memberikan penghargaan untuk film-film pendek terbaik yang terbagi dalam beberapa kategori, antara lain; National Competition Award, Best Short Film Of The Year, Best Animation Short, Best Audio Visual Experimental Short, Best Children Short, Best Documentary Short, Best Fiction Short, Programmer’s Choice, Youth Jury Award, Begadang Filmmaking Competition, Rangkai Award, dan RWI Asia Pacific Award.

Juri untuk penghargaan kompetisi internasional tahun ini adalah Clarissa Jacobson (Penulis dan produser, Amerika Serikat), Gita Fara (Produser Film dan Tim Komite Festival Film Indonesia, Indonesia), dan Sébastien Simon (Sutradara dan Programmer Film Busan International Short Film Festival, Korea/Perancis). Sedangkan Dewan Juri Nasional Minikino Film Week 9 terdiri dari seniman, sastrawan dan filmmaker, dari beragam kebangsaan, disiplin ilmu dan gender.

Mereka diundang untuk melihat film-film yang telah melewati seleksi resmi 2023 dan memenuhi persyaratan untuk MFW9 National Competition Award. Satu pemenang utama kompetisi nasional akan mendapatkan hadiah tunai Rp 2,500,000. Dewan Juri Nasional tahun ini juga akan menentukan pemenang Begadang Filmmaking Competition 2023 yang memperebutkan hadiah tunai senilai Rp 5,000,000.

Para dewan juri ini adalah, Made Adyana Ole (Sastrawan dan Jurnalis, Indonesia), Kelly Lui (Programmer Toronto Reel Asian International Film Festival, Kanada), dan Pedro Toro (Direktur Artistik, Programmer, dan Kurator Comunidad de Madrid Film Festival, Spanyol).

Berikut ini adalah nominasi film pendek Indonesia dalam MFW9 National Competition:
● Accidentally Intentional | [d][w] Kevin Rahardjo / Indonesia / 2023
● Akedah (The Binding) | [d][w] Alessandro Manuel Rustanto / Indonesia, Republik Ceko
/ 2022
● Akhirnya (By and By) | [d][w] Adi Dwianto / Indonesia / 2023
● Alkisah Si Dewa (The Myth of Dewa) | [d][w] Brahmma Putra Wijaya / Indonesia / 2023
● Almighty (Mahakuasa) | [d] Kenneth Lisungan, Itqon Askary / [w] Itqon Askary, Kenneth
Lisungan / Indonesia
● Attack On Cholesterol | [d][w] Anjas Artha Putra / Indonesia / 2022
● Berdoa, Mulai // [d][w] Tanzilal Azizie / Indonesia, Cirebon / 2022
● Bising (Chorus of The Wounded Birds) | [d] Amar Haikal / [w] Amar Haikal, Bintang
Panglima / Indonesia / 2023
● Blue Poetry | [d][w] Muhammad Heri Fadli / Indonesia / 2023
● Burning Blue | [d] Ezra Cecio / [w] Ezra Cecio, Garry Christian / Indonesia / 2023
● How Does It Sound? | [d][w] Medy Mahasena / Indonesia / 2023
● I Saw A Ghost, And It Was Beautiful | [d][w] Bobby Fernando / Indonesia / 2022
● Iya Iya Iya Iya | [d] Winner Wijaya / [w] Winner Wijaya, Rayner Wijaya, Adit MKM /
Indonesia / 2023
● Memori Dia | [d][w] Asarela Orchidia Dewi / Indonesia / 2022
● Remembering The Serenade | [d] Muhammad Exsell Rabbani / [w] Muhammad Exsell
Rabbani, Agnes Monica Hernadi, Ernest Lesmana // Indonesia / 2022
● Senandung Senyap (A Sonorous Melody) | [d] Riani Singgih / Indonesia / 2022.

Tak hanya hadiah dari penyelenggara festival, tahun ini nominasi kompetisi nasional MFW9 seluruhnya juga dipertimbangkan untuk menerima Rangkai Award at MFW9 untuk mendapatkan hadiah tunai Rp 2,500,000.

Tahun ini Lumix Indonesia juga mendukung hadiah kamera Lumix G90 K Kit untuk film produksi Indonesia yang akan diumumkan pada malam penganugerahan tanggal 23 September 2023 mendatang. Selain dukungan dari perusahaan berbasis di Indonesia, sejak 2021 Minikino Film Week juga bekerjasama dengan The Raoul Wallenberg Institute Humanitarian Rights and Law yang berbasis di Lund, Swedia, untuk memberikan perhatian pada film-film pendek produksi regional Asia Pasifik yang berfokus pada isu kesetaraan, kemanusiaan, dan lingkungan.

Tiga film pendek akan mendapatkan RWI Asia Pacific Award di MFW9 dengan total hadiah uang tunai sebesar Rp. 30.000.000. Film-film yang masuk nominasi untuk memperebutkan penghargaan tersebut adalah Acung Memilih Bersuara (Amelia Hapsari, Indonesia, 2023), Blue Poetry (Muhammad Heri Fadli, Indonesia, 2023), One Day In Lim Chu Kang (Michael Kam, Singapura, 2022), Senandung Senyap (Riani Singgih, Indonesia, 2021), dan The Wedding Ring (Robin Narciso, Kamboja, 2022).

Melalui penghargaan-penghargaan ini, Edo Wulia selaku Direktur Festival mengharapkan agar film pendek mulai dilirik dan diapresiasi lebih jauh oleh masyarakat. “Festival film pendek seperti Minikino Film Week yang mengedepankan pertemuan fisik saya harap bisa berumur panjang dan terus didukung oleh berbagai pihak. Karena festival seperti ini merupakan tempat terjadi pertemuan ide, pemahaman, dan pertukaran antarpelaku industri film pendek,” pungkasnya. (ist)