Launching Buku Prosa Gerilya ‘Mengurai Kisah Ngurah Rai’, Sejarah Tidak Hanya untuk Masa Lalu tapi Juga Masa Mendatang

Di balik keindahan Bali, ada sejarah berkabut yang telah tersamar oleh zaman. Buku ini mencoba mengurai kisah itu, kisah masa lalu Bali dalam perspektif masa kini. I Gusti Ngurah Rai ditempatkan sebagai figur sentral dalam buku ini. Bukan sebuah biografi, tapi suatu interpretasi milenial tentang cerita di era kolonial.

(Baliekbis.com), Buku “Prosa Gerilya” Mengurai Kisah Ngurah Rai karya Andre Syahreza dilaunching, Kamis (17/8) di The Apurva Kempinski Sawangan Nusa Dua.

Launching buku setebal 208 halaman yang bertepatan dengan HUT ke-78 Kemerdekaan RI ini dihadiri pula cucu Pahlawan I Gusti Ngurah Rai yakni IGA Inda Trimafo Yudha (Gung Inda) dan Gung Nanik. Pada acara launching juga diisi Pembacaan Puisi oleh Gung In.

“Buku ini tadinya ingin saya tulis dengan gaya biografi. Tapi dalam perjalanan, saya melihat banyak relevansi historis yang bisa ditulis mengiringi kisah I Gusti Ngurah Rai. Relevansi itu berkaitan dengan Bali hari ini. Karena itu, buku ini bukan saja bercerita tentang Ngurah Rai, tapi juga tentang masa lalu Bali yang jarang dikenali di masa kini. Kisah Ngurah Rai saya tempatkan sebagai mainstream untuk merangkai keseluruhan cerita. Buku ini bisa menjadi penyambung lidah tentang perjalanan pahlawan Ngurah Rai,” ujar Andre.

Penulis buku Prosa Gerilya Andre menyerahkan buku kepada GM Apurva Kempinski Vincent Guironnet

Sementara Vincent Guironnet selaku General Manager The Apurva Kempinski mengatakan
kontribusi I Gusti Ngurah Rai menjadi pahlawan tidak hanya untuk Bali tapi juga seluruh bangsa, menjadi jati diri Indonesia.

Hari ini, hari Kemerdekaan Indonesia merupakan saat yang tepat untuk meluncurkan buku Andre tentang I Gusti Ngurah Rai. “Saya tahu tentang I Gusti Ngurah Rai bahwa ia adalah pahlawan untuk Bali dan Indonesia,” ujar Vincent.

“Menurut saya sejarah itu tidak hanya untuk masa lalu tapi juga untuk masa mendatang. apa yang telah ia perjuangkan merupakan apa yang kita dapat miliki sekarang,” tambahnya.

Terkait buku Prosa Gerilya yang mengisahkan tentang Pahlawan I Gusti Ngurah Rai, baik Gung In dan Gung Nanik mengatakan sangat mengapresiasi buku tersebut termasuk pihak Apurva Kempinski yang memberi ruang bagi launching buku tersebut.

“Ini sebuah buku yang inovatif dan humanis. Kami apresiasi buku ini. Ini juga berkat gerilya penulis sehingga bisa menghasilkan buku yang sangat penting bagi generasi mendatang,” ungkap Gung In yang juga Anggota DPRD Badung ini.

Gung In (kanan) dan Gung Nanik cucu Pahlawan I Gusti Ngurah Rai saat launching Buku Prosa Gerilya

“Kalau dulu musuh kita jelas yakni melawan penjajah, sekarang beda musuh kita melawan kemiskinan, dll. Ngurah Rai punya leadership yang kuat, berani menghadapi resiko (mati). Berjuang meninggalkan keluarga. Jadi bagaimana ketauladanan itu bisa dilanjutkan generasi mendatang. Kita berharap pemimpin sekarang bisa seperti itu,” ungkap Gung Nanik.

Sastrawan Seno Gumira Ajidarma menyebutkan buku karya Andre ini “Sebuah prosa yang ditulis dengan cara berbeda. Masa lalu dan masa kini dipadu menjadi seru, membaurkan batasan-batasan antara deskripsi, narasi dan argumentasi. Bukan saja sebuah referensi unik tentang sejarah, tapi juga sebuah alternatif penting untuk Sastra Indonesia”.

Prosa Gerilya adalah buku keempat yang ditulis Andre setelah 13 tahun menulis buku. Sebelum menulis prosa tentang Brigjen (Anumerta) I Gusti Ngurah Rai, ia juga menulis biografi Panglima TNI Jenderal (Purn.) Andika Perkasa dan biografi Panglima Kodam Siliwangi Mayjen (Purn.) Nugroho Budi Wiryanto. Ja juga dikenal sebapai praktisi digital media dan pegiat brand journalism.

Andre Syahreza adalah penulis Indonesia yang pernah diundang ke Belanda sebagai fellow researcher di The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies untuk meneliti sejumlah karya sastra Indonesia. Penulis kelahiran Jakarta ini pernah kuliah di Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali, sambil bekerja paruh waktu sebagai jurnalis.

Di Jakarta, ia mengawali karier sebagai Editor majalah Djakarta. Kumpulan tulisannya di majalah diterbitkan dalam buku bertajuk The Innocent Rebel (2006), Black Interview (2008) dan Ciry of Fiction (2010). Ia kemudian berkiprah di sejumlah majalah lifestyle dan pariwisata. Pada tahun 2018 dan 2019 ia menerima penghargaan Anugerah Pewarta Wisata Indonesia (APWI) dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk artikelnya di majalah Colours (Garuda Indonesia) dan Mutiara Biru (Bluebird Group). (bas)