Kunjungi Warga Miskin di Gianyar, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Perlu Dukung Pelatihan dan Permodalan

Sebagai tindak lanjut giat reses yang bertajuk: “Ngerombo: Upaya Pengentasan Kemiskinan Ekstrem: Tantangan dan Solusinya”, Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. bersama Tim datang langsung mengunjungi krama yang miskin dan yang masuk kualifikasi kemiskinan ekstrem di Gianyar. Gianyar dipilih dengan pertimbangan, daerah ini yang terbanyak warganya mengalami kemiskinan ekstrem yakni ada 48 KK sekitar 190 jiwa.

(Baliekbis.com), Upaya pengentasan warga miskin perlu dilakukan secara komprehensif sehingga bisa produktif dan tidak ketergantungan pada bantuan.

“Jadi warga miskin ini perlu diberi pelatihan keterampilan dan pendidikan agar bisa berusaha. Juga permodalan,” ujar Anggota DPD RI Komite IV Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat reses mengunjungi warga miskin (ekstrem) di Blahbatuh Gianyar, Jumat (13/10).

Dalam kunjungan tersebut, Mangku Pastika yang didampingi Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja serta Ketua NCP Bali yang juga Pengurus Kadin Bali Agus Maha Usadha bertemu dengan empat KK miskin yang kondisinya cukup memprihatinkan.

Selain banyak warga miskin yang sakit-sakitan, mereka juga tidak bekerja. Ini yang membuat ekonomi warga tersebut terpuruk. “Padahal sebelum sakit mereka ada yang masih bisa bekerja dan mendatangkan penghasilan,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Karena itu, selain pemberian bantuan makanan (sembako), warga miskin ini juga perlu diberi keterampilan dan permodalan sehingga bisa berusaha agar menjadi mandiri.

“Di sini berkembang pembuatan jajan Bali. Tapi karena tak punya modal jadi tidak bisa usaha,” ujar Made Kariasih dari Banjar Pokas Blahbatuh kepada Mangku Pastika.

Kondisi ibu dua anak ini bersama suaminya yang buruh bangunan cukup menprihatinkan. Ia berharap ada bantuan modal agar bisa berusaha kecil-kecilan, membuat jajan Bali.

Hal senada juga disampaikan Wayan Resi, istri Wayan Sumantra asal Banjar Tusan, Blahbatuh. Karena suaminya stroke, ia terpaksa berhenti jualan. Kondisi keluarga ini juga sangat memprihatinkan. Selain atap rumahnya rusak, penghasilannya terputus karena sudah tidak bekerja. “Sebelumnya selain jualan, saya juga bantu mencuci pakaian warga di saluran got dekat rumah. Sekarang karena sakit jadi tidak bisa,” jelas Resi yang hanya tinggal bersama suaminya yang sakit.

Kelian Dinas Banjar Tusan Wayan Selamet menjelaskan dari 205 KK, ada 12 KK tergolong miskin. Pihaknya berusaha bisa membantu warga miskin yang ada.

Nasib keluarga miskin tak jauh berbeda juga dialami Wayan Mastra dan Komang Sudarma di Pering, Blahbatuh. Mastra kini sendiri menanggung anaknya yang disabilitas. “Anak saya yang satunya (disabilitas) juga sudah meninggal,” ujarnya sedih. Apalagi istrinya juga meninggal.

Keluarga miskin lainnya Komang Sudarma yang tidak pernah mengenyam pendidikan ini juga hidup hanya mengandalkan dari hasil kerja serabutan bersih sampah dan jadi tukang sapu. Ia bersama keluarga serta saudaranya yang keterbelakangan mental tinggal dalam satu rumah kecil dari program bedah rumah saat Mangku Pastika menjabat Gubernur Bali. (bas)