Kisah Inspiratif I Komang Sukarma, Membangun TARUNIRA Bersama Petani Lontar di Karangasem Bali 

(Baliekbis.com), Karangasem, tempat kelahiran Komang, ternyata menjadi satu-satunya daerah penghasil pohon lontar terbesar di Bali. Namun, sayangnya masih banyak masyarakat lokal yang belum mampu mengoptimalkannya dengan bijak; bahkan tidak sedikit di antara mereka yang beralih ke perkotaan dan meninggalkan kampung halaman untuk merantau. Hal ini disebabkan oleh kurangnya akses pembinaan dan inovasi pengembangan potensi pedesaan, serta pandangan bahwa bekerja di kota dinilai lebih menjanjikan. Padahal, jika melihat kekayaan alam pedesaannya, terdapat potensi yang luar biasa untuk dikembangkan.

Berdasarkan masalah ini, I Komang Sukarma bersama timnya, yang telah memiliki pengalaman selama kurang lebih 12 tahun dalam produksi gula lontar organik, menginisiasikan solusi baru bernama TARUNIRA. Sebelumnya dikenal sebagai Cilota Bali dan Palmira Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 2018, mereka melakukan perubahan merek pada tahun 2021. Mereka mengambil potensi alam pedesaan dari pohon lontar (Palmyra palm tree/Borassus flabellifer lin) ini untuk menghasilkan gula lontar organik (organic palmyra sugar) berkualitas premium. Dalam inovasinya, mereka menciptakan gula semut berkualitas premium yang sehat, sambil memberdayakan para petani, ibu-ibu, dan pemuda-pemudi di empat desa di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Keempat desa tersebut adalah Desa Tianyar Barat, Desa Tianyar Tengah, Desa Tianyar Timur, dan Desa Ban. Saat ini, TARUNIRA telah memberdayakan dan mempekerjakan lebih dari 90 warga desa, termasuk petani lontar, dengan pendapatan yang layak setiap bulannya, serta memberikan akses pembinaan dan pengembangan keterampilan berkelanjutan.

I Komang Sukarma

Produk utama yang menjadi andalan TARUNIRA (linktr.ee/tarunira) adalah gula lontar organik dalam bentuk bubuk (granulated/powder) dan cair (vegan honey), yang dikemas dalam berbagai wadah ‘food grade‘, mulai dari jar kaca, kotak wadah, hingga pouch dengan berbagai ukuran dan variasi harga. Keunikan produk TARUNIRA terletak pada indeks glikemiknya yang sangat rendah, dibandingkan dengan jenis gula lain seperti gula aren, gula kelapa, dan gula putih (berdasarkan penelitian IPB tahun 2017). Ini berarti bahwa gula lontar, saat dikonsumsi, jauh lebih aman dan sehat dibandingkan gula lainnya karena kandungan nutrisi utamanya, terutama karbohidrat, memiliki nilai yang rendah, yaitu 54, menurut acuan BPOM. Di sisi lain, gula kelapa, gula aren, dan gula putih masing-masing memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi, yaitu 67, 63, dan 65. Selain itu, produk ini dinyatakan sebagai organik dan alami karena TARUNIRA menggunakan 100% air nira lontar dan bahan alami lainnya, tanpa bahan kimia apapun, yang merupakan resep turun-temurun yang tidak mudah ditiru. Aroma produknya khas dan gurih, serta kemasan gulanya 100% terbuat dari anyaman daun lontar, bahan ramah lingkungan, sebagai salah satu bentuk kontribusi mereka dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

TARUNIRA menghadirkan produknya untuk konsumen individu atau Business to Customer (B2C), seperti ibu-ibu rumah tangga, pecinta kopi dan teh, individu yang mengutamakan gaya hidup sehat, serta wisatawan lokal dan mancanegara. Selain itu, mereka juga menargetkan segmen pasar Business to Business (B2B), yang mencakup perusahaan makanan dan minuman berbasis sehat dan organik, seperti hotel, restoran, kafe (horeka), perusahaan coklat, layanan katering vegan dan organik, toko ritel online & offline, toko organik, serta Usaha Kecil Menengah (UKM) kuliner. Pasar mereka meliputi wilayah Bali dan di luar Bali, seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Padang, dan bahkan hingga Kalimantan. Produk gula lontar organik TARUNIRA dapat ditemukan di berbagai tempat, termasuk Hypermart Bali dan Jabodetabek, Ranch Market, Papaya, Tiara Dewata (Freshindo), Bintang Supermarket, Satvika Bhoga, Mbloc Market, dan masih banyak lagi. Mereka juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa restoran terkenal yang berfokus pada makanan sehat dan vegan, seperti Burgreens dan Betty Bake. Saat ini, TARUNIRA juga bekerja sama dengan beberapa mitra dan institusi, seperti Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana dan Institut Pertanian Bogor (IPB), untuk penelitian dan pengembangan produk sejak Mei 2022.

TARUNIRA meraih kesempatan luar biasa dalam program ‘Australia Awards Indonesia Short Course’. Berkat dedikasi dan ketekunan Komang beserta timnya, TARUNIRA terpilih sebagai salah satu peserta dari ribuan pendaftar di seluruh Indonesia Timur dalam program Australia Awards Indonesia Short Course dengan tema “Meningkatkan Integrasi Pasar dengan Australia bagi Pemimpin Bisnis UMKM di Industri Kreatif dan Budaya”. Program Australia Awards Indonesia Short Course (SC) merupakan pelengkap dari Australia Awards Scholarships (AAS), yang telah berjalan selama lebih dari 70 tahun. Short Course ini diikuti oleh Komang sebagai perwakilan dan pendiri TARUNIRA, dimulai sejak Mei 2023 di Sanur (post-course), diikuti dengan lokakarya di Melbourne, Australia selama 2 minggu dari 9 hingga 25 Juni 2023 (in-due course), dan akan dilanjutkan pada tanggal 3 hingga 5 Oktober di Makassar (post-course).

“Ini merupakan peluang luar biasa bagi saya untuk memperluas jaringan, mendapatkan wawasan baru, strategi dan manajemen bisnis, serta membuka peluang kolaborasi dan sinergi potensial dengan Australia. Ini akan sangat mendukung kemajuan TARUNIRA di masa depan, terutama dalam memasuki pasar Australia. Saya juga belajar banyak dari rekan-rekan hebat lainnya, dan kami memiliki kesempatan untuk bekerja sama dan saling menginspirasi. Terima kasih Australia Awards Indonesia, semoga program ini terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi UMKM di Indonesia!” ungkap Komang.

Dalam program ini, Komang juga berkesempatan untuk bertemu dan berbagi pengalaman dengan berbagai pelaku bisnis industri kreatif di Australia, termasuk kunjungan ke ACMI, Museum Melbourne, Margaret Kartomi Gallery, Craft Victoria, Queen Victoria Market, Heide Museum, Collingwood Yards, Monash University, dan lainnya. Tak ketinggalan, Komang bersama peserta lainnya juga melakukan observasi dan survei di berbagai supermarket dan perusahaan yang potensial untuk bekerja sama, termasuk Laguna Supermarket yang ternyata menjual produk-produk dari negara Asia, termasuk Indonesia.

Dalam program AAI ini, Komang dan para peserta lainnya juga mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan KBRI, Atase Perdagangan Canberra, Indonesia Diaspora Network, Indonesia Business Council, serta pelaku ekspor dan impor dari Indonesia, dan masih banyak lagi. “Saya optimis bahwa produk asli karya petani lontar dan warga desa kami di Karangasem, Bali, bisa menjadi solusi bagi konsumen dan dikenal lebih luas lagi. Bahkan, kami berharap dapat memasuki pasar internasional suatu saat nanti. Semua dukungan dan doa sangat kami butuhkan,” ujar Komang dengan penuh semangat. Dia memiliki visi mengajak lebih dari 500 petani lontar dan warga desa pada tahun 2035 di kampung halaman tercintanya, Karangasem, Bali untuk besar bersama TARUNIRA. (ist)