Dr. Mangku Pastika: Bali Butuh Anak Muda Kompeten dan Pemberani untuk Lakukan Perubahan

Dr. Mangku Pastika: Bali ini ibarat permata, kalau salah mengasahnya maka permata itu bisa jadi air mata. Jadi perlu dikawal oleh orang-orang cerdik pandai, cerdas dan berani!

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M.M. mendorong anak muda, mahasiswa yang potensinya sangat besar untuk tetap semangat dan optimis dalam membangun Bali menuju lebih baik ke depannya.

“Dengan komposisi anak muda hingga 40 persen lebih ini akan menjadi kekuatan besar untuk memajukan Bali ke arah lebih baik lagi. Jangan ada merasa skeptis dan pesimis, kalau bisa bergerak kompak tentu bisa melakukan perubahan yang signifikan,” ujar Mangku Pastika pada acara Dialog yang digelar Yayasan Tamiang Bali, Jumat (26/5) di Agro Learning Center (ALC) Cekomaria Denpasar.

Dialog yang mengangkat tema “Menjaring Calon Legislstif Provinsi Bali 2024-2029” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja dihadiri narasumber dari kalangan mahasiswa dan tokoh masyarakat juga sejumlah politisi di antaranya DNB -Dewa Nyoman Budiasa, AA Ariawan, ST serta akademisi Dr. Dewa Palguna, Dr. Ras Amanda dan Dr. Gede Suardana.

Di awal paparannya, Mangku Pastika sempat mempertanyakan kenapa sedikit orang Bali yang berkiprah di level nasional. Seperti di dunia lawyer dan pakar hukum. “Apakah orang Bali kurang bermutu. Bali belakangan ini juga semakin banyak menghadapi masalah yang belum terpecahkan,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Padahal, ada legislatif yang punya fungsi pengawasan. Juga ada pers yang berfungsi sebagai alat kontrol. “Jadi kita harus cari orang-orang yang punya kompetensi dan berani serta bekerja dengan tulus. Sehingga bisa memecahkan masalah yang dihadapi,” ujar Mangku Pastika.

Dan dalam konteks itu, peran anak muda, mahasiswa sangat penting. “Di tangan anak muda inilah perubahan secara signifikan itu bisa terjadi. Perubahan itu terjadi oleh orang-orang pemberani,” tambah mantan Kapolda Bali ini.

Di sisi lain, Mangku Pastika mengakui kalau kondisi yang ada sekarang ini juga tidak terlepas dari peran orang tua, para tokoh. Kewajiban orang tua harus memberikan koreksi, memberi jalan dan peluang bagi generasi muda. Jadi jangan salahkan anak muda kalau mereka jadi apatis, skeptis dalam pembangunan, ini bukan sesuatu yang tidak disengaja.

“Saya melihat Bali ini ibarat permata, kalau salah maka permata bisa jadi air mata. Kalau dikawal oleh orang-orang pandai, cerdas dan sudah tentu berani maka ini bisa jadi lebih baik. Saya berharap para cerdik pandai, profesor agar mau berbagi memberikan kontribusi ilmunya bagi generasi muda,” harap Mangku Pastika.

Sebelumnya sejumlah mahasiswa mengaku pesimis ada perbaikan dengan perpolitikan yang berkembang belakangan ini. Harapan mereka terhadap wakil rakyat (anggota dewan) tidak sesuai. “Kita minta perbaikan jalan, malah yang datang bansos, itu pun masih tebang pilih. Mereka bukan lagi mewakili rakyat banyak, tapi terkesan sebagai petugas partai,” ujar mahasiswa.

Sementara pakar hukum yang juga akademisi Dr. Dewa Palguna menegaskan perubahan itu terjadi oleh orang-orang pemberani. Memang dalam gerakan ini ada pengorbanan seperti para tokoh yang siap dibui.

Mantan Hakim MK itu mengatakan suara parpol mencerminkan suara rakyat, jika itu hilang maka tergantung ke personal. Yang penting siapa figur anggota dewan yang memahami persoalan Bali. Siapa orang yang cukup pintar untuk menyelesaikan dan yang tulus untuk melaksanakan.

“Ketika pemilu soal uang akan menentukan maka pemilu akan tetap membuat pilu. Bagi mereka yang berpolitik hanya mengandalkan bansos nanti bisa ditinggalkan,” ujarnya seraya berharap generasi muda mau tampil berani sebagai penggerak perubahan.

Akademisi Dr. Amanda menyadari kondisi yang terjadi dan tak bisa sepenuhnya menyalahkan para wakil rakyat itu. Sebab di satu sisi, warga juga menghendaki kondisi seperti itu. Kerap muncul pertanyaan sebagian warga, caleg datang mau kasih apa. Karena itu caleg akhirnya datang ke komunitas dengan menggelontor sejumlah bantuan agar dipilih.

Namun dengan pemilih (milenial) yang makin cerdas politik, ia optimis akan ada perubahan. “Kuncinya ada keberanian anak muda menentukan sikap, jangan tergoda money politics atau sejenisnya. Jangan sampai ada anggapan rakyat itu lemah sehingga gampang diolah,” harap Amanda. Ia juga mengajak milenial yang jumlahnya sangat besar dan beragam bidang (Ilmu) ini kompak, punya komitmen dan saling berkolaborasi.

Dosen Fisipol Warmadewa Nyoman Wiratmaja melihat pentingnya orang yang mau peduli dengan demokrasi. Kalau sudah peduli maka demokrasi bisa jalan. Peran media juga penting sebagai salah satu pilar demokrasi. Ia melihat dalam pesta demokrasi kerapa yang dipilih orang yang banyak pendukungnya, bukan orang baik atau pintar. “Jadi di sinilah mahasiswa harus jadi pemilih yang kritis,” ujarnya.

Politisi yang akrab disapa DNB melihat sikap apatis generasi muda ini terjadi karena mereka kurang pendampingan termasuk dalam hal politik. Sehingga mereka jadi apatis dengan demokrasi. DNB yang lama di luar negeri ini mencontohkan di negara maju yang terbuka demokrasinya, pejabat dipilih langsung oleh rakyat. Kalau figur itu dinilai cacat, apapun alasannya tak akan dipilih. “Ketika pemimpinnya tulus maka pemilihnya akan tulus pula,” ungkap mantan pekerja kapal pesiar ini.

Politisi Gung Ariawan yang kerap menyoroti soal pendidikan ini mendorong anak muda berani tampil, jangan hanya ngedumel dan bisa protes. Gede Suardana melihat potensi generasi muda yang besar ini perlu diarahkan agar bisa maksimal berperan dalam perubahan. “Anak muda harus berani mendobrak agar ada perubahan,” tegas calon DPD RI ini. (bas)