Diskusi Terbatas Insentif Investasi KEK, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Perlu Transparansi Manfaat dan Dampak KEK bagi Daerah

KEK yang kini dibangun di Bali khususnya di daerah pariwisata Denpasar dinilai perlu lebih disosialisasikan agar masyarakat luas tahu seperti apa KEK ini dan apa manfaat bagi daerah dan masyarakat termasuk dampaknya. Sebab Denpasar sebagai ibukota Bali sudah sangat padat dan cukup pesat pengembangannya.

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M.M. mengatakan KEK merupakan barang baru di Bali dan banyak yang belum tahu seperti apa modelnya dan kontribusinya bagi daerah dan masyarakat. Karena itu KEK ini perlu diperluas sosialisasinya agar warga tahu, apa keuntungan dan dampaknya.

“Banyak yang bertanya, apa sih KEK ini dan kenapa harus ada. Ini punya siapa, apa dampak dan manfaatnya. Ini harus dijelaskan agar warga tahu,” ujar Mangku Pastika saat hadir dalam diskusi terbatas Jumat (8/12) di Kantor RAH (Rumah Ahli Hukum)
Jln. Tk. Musi IV No. 7A Panjer, Denpasar.

Diskusi dengan tema “Insentif Investasi Kawasan Ekonomi Khusus: the Good, the Bad and the Ugly” yang digelar RAH dihadiri sejumlah pengamat dan akademisi.

Menurut Riani Kartika Sari dari Bagian Hukum Pemkot Denpasar, dua KEK yang ada di Bali semuanya berada di Denpasar. Yakni KEK di Sanur yang bergerak di bidang kesehatan dan Kura Kura Bali di Serangan di bidang usaha pariwisata.

Dr. Made Mangku Pastika, M.M.

Untuk mendukung KEK, ada peluang insentif pajak daerah yang diberikan. “Pemkot sudah rancang perdanya yang kini dalam proses. Adapun insentif yang bisa diberikan di antaranya PBB dan BPHTB,” jelasnya.

Hadirnya 2 KEK yang numplek di Sanur Denpasar ini menjadi sorotan karena dinilai kurang memperhatikan aspek pemerataan pembangunan ekonomi. “Mestinya model ini dikembangkan ke wilayah Bali Timur atau Bali Utara agar terjadi keseimbangan pertumbuhan ekonomi yang saat ini timpang antara utara dan selatan,” tambah pengamat Nyoman Baskara,M.M.

Dalam pandangan Baskara, KEK ini salah satunya bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi sekitar. “Kalau dilihat dari penyebaran ekonomi mestinya diarahkan ke kabupaten lain yang masih perlu perhatian seperti Karangasem atau Buleleng,” jelasnya.

Namun karena ‘produk’ ini sudah dibangun dan menjelang selesai, menurutnya yang perlu mendapat perhatian adalah manfaat dan dampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. “Jangan sampai warga sekitar jadi penonton dan tidak mendapat manfaat dari proyek besar ini. Denpasar ini juga sudah padat dan macet, perlu ada kajian dengan munculnya proyek-proyek besar yang membawa berbagai dampak khususnya lingkungan dan lapangan kerja,” tambahnya.

Baskara juga mengingatkan sebenarnya lokasi berdirinya KEK ini merupakan kawasan premium, strategis yang memiliki nilai jual tinggi. Mestinya tak perlu diberi insentif dalam jumlah banyak.

Mangku Pastika menegaskan KEK ini dibangun untuk menarik investor (besar) sehingga ada sejumlah insentif seperti kemudahan pajak yang diberikan. Namun diingatkan insentif ini jangan hanya menguntungkan investor yang besar, namun UMKM yang ada juga harus bisa tumbuh.

“Insentif mestinya juga diberikan bagi investor yang mau berusaha di daerah-daerah yang belum berkembang. Perlu juga diperhatikan masalah keamanan, lingkungan termasuk limbahnya mengingat KEK Sanur ini ada rumah sakitnya,” ujar Gubernur Bali 2008-2018 ini.

Ditegaskan pula penting dalam pengembang ke depan diarahkan ke daerah lainnya yang juga memiliki potensi besar. Selain meningkatkan pendapatan daerah, juga pembukaan lapangan kerja sehingga bisa mencegah urbanisasi.

Sudirga dari Unmas mengatakan dua KEK ini posisinya sangat berdekatan sehingga beresiko menambah kepadatan. Jadi perlu dipikirkan ke depannya termasuk pemberdayaan kearifan lokal dengan adanya proyek besar ini.

Pengamat lainnya mengatakan sejauh ini tidak terlihat ada style Bali dalam pembangunan KEK baik yang di Sanur maupun Kura Kura Bali. Sinatrya dari
Hukumonline mengatakan pentingnya transparansi insentif bagi investor. (bas)