Diskusi Dampak Tragedi Pembatalan Piala Dunia U20 di Bali, dr. Rai Putra Wiguna: Banyak Yang Batal Bahagia

(Baliekbis.com), Pembatalan Piala Dunia U20 di Bali masih terus menimbulkan kegaduhan. Berbagai dampak telah terjadi dan dikhawatirkan akan berkepanjangan sehingga harus diantisipasi.

“Kesehatan mental itu hiburan, nilai sepak bola itu hiburan yang sangat menarik apalagi setelah pandemi (dimana sebelumnya orang harus tinggal di rumah). Kalau jadi digelar, ajang ini hiburan yang menarik,” ujar dr. I Gusti Rai Putra Wiguna,SpKJ saat diskusi “Menelisik Dampak Tragedi Pembatalan Piala Dunia U20 di Bali”, pada Kamis (6/4) bertempat Warung Kubukopi, Denpasar.

Diskusi yang digelar Forum Peduli Bali dipandu Kadek Surya Kencana juga menghadirkan pembicara Hery Angligan (Praktisi Pariwisata – Mahasiswa S3 Pariwisata Unud) dan Kambali Zutas selaku wartawan dan pengamat sepakbola Bali. Juga hadir Ketua Forum Peduli Bali Nyoman Mardika.

Menurut dr. Rai Putra secara psikologis apa yang terlewatkan dari momen Piala Dunia U-20 itu sangat penting. Sebab acara ini bukan sekadar permainan 2×45 menit, tapi banyak yang menarik sekaligus menjadi kebanggaan.

Dalam pandangannya, kalau U-20 ini terlaksana dampaknya jauh lebih besar dari G20. “Jadi ini menjadi hiburan dan kebanggaan yang sangat penting. Banyak orang yang hidupnya pas-pasan, tapi karena cukup hiburan, dia justru terhindar dari gangguan (jiwa),” tegas Rai Putra yang juga pecinta sepak bola sejak kecil ini.

Ia turut prihatin dengan terlewatkannya momen yang sangat menarik ini. “Berapa banyak yang batal bahagia karena batalnya ajang ini,” tambahnya.

Dari sisi psikologi massa, bahayanya adalah rumornya, karena dianggap tidak sungguh-sungguh. Dampaknya pula muncul ketidakpastian yang akan berpengaruh secara psikologis.

Sementara Praktisi Pariwisata – Mahasiswa S3 Pariwisata Unud Hery Angligan menyoroti tantangan pariwisata Bali ke depan.
Memang ada dampak ekonomi (oppurtunity loss) akibat pembatalan U20 senilai sekitar Rp3,7 triliun dan kesedihan masyarakat.

Sejatinya menurut Hery, pariwisata itu bonus dari kebudayaan yang ada di Bali. Karena itu pariwisata jangan dijadikan segala-galanya. “Harusnya ada sistem yang kuat dan law enforcement yang dibangun. Contohnya di beberapa negara tidak ada yang berani merokok sambil jalan di tempat umum. Ini karena kuatnya penegakan hukum di negara bersangkutan,” ujarnya mencontohkan.

Wartawan sekaligus pengamat sepakbola Kambali juga mengaku kaget dengan batalnya U-20 itu karena sebenarnya sudah tinggal menghitung hari. Pemain juga sudah mimpi bisa bertanding namun akhirnya sangat kecewa.

Dia menceritakan sebenarnya Indonesia sempat kena sanksi FIFA di tahun 2015. Tragedi Kanjuruhan juga mesti jadi pelajaran. Namun Kambali mengatakan secara umum dampak pembatalan itu bagi Bali tidak sebesar di luar Bali. (bas)