Bisnis Furniture Bambu Cerah, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Pengusaha Jangan Ragu Tambah Modal

(Baliekbis.com), Salah satu kelemahan pengusaha lokal umumnya takut pinjam uang (bank) untuk menambah modal usaha. Padahal modal dibutuhkan untuk memperkuat usaha dan memenuhi kebutuhan pasar.

“Kalau memang butuh modal untuk menambah produk dan memperluas pasar yang sudah pasti, jangan ragu pinjam (bank),” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat Reses di usaha kerajinan bambu Khalis Bali Bamboo Banjar Kebon Kaja Desa Belega Gianyar, Rabu (10/4).

Reses mengangkat tema “Kerajinan Bambu: Upaya Peningkatkan Ekonomi Rakyat” yang dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja, Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara.

Dalam penyerapan aspirasi, Owner Khalis Bali Bamboo Ni Made Dadi didampingi Manajer Yogi Anjasmara menyampaikan kendala saat ini adalah pengadaan mesin untuk pengolahan bambu menjadi bahan mebeler dan produk lainnya. Padahal permintaan produk bambu sangat bagus.

“Kami kurang modal untuk pengadaan mesin yang harganya cukup tinggi. Dan kami belum berani pinjam uang,” ujar Dadi. Padahal pesanan baik domestik maupun luar negeri cukup tinggi. Khususnya pasar dalam negeri yang melonjak pascacovid.

“Kalau sebelumnya porsi ekspor sampai 70 persen dan lokal 30 persen, sekarang sudah seimbang. Yang pasar lokal makin bagus,” tambah Yogi.

Untuk ekspor kebanyak ke Amerika, Belanda, Prancis, India, Swiss dan Rumania. Terbanyak yang diekspor jenis gazebo, bale-bale, tangga dan mebeler. “Kita juga menyediakan bahan material project,” tambah Dedi.

Untuk produknya semua berbahan bambu seperti bambu petung dan bambu tali yang didapat di pasar lokal. Khalis juga mengembangkan handycraft yang peminatnya tinggi.

Khalis Bali Bamboo dirintis tahun 1994 silam saat ini dominan bergerak dalam usaha bamboo furniture, handicraft manufaktur, exporter serta material project.

Dadi menambahkan tantangan ke depan makin sedikitnya SDM terlatih karena berkurangnya generasi mudah menekuni usaha bambu ini. “Kita juga menghadapi persaingan ketat produk dari Vietnam dan Thailand.

“Bahkan belakangan ini banyak mahasiswa dari India dan Malaysia yang belajar bambu ke sini,” tambahnya. Terkait kualitas, menurut Dadi untuk eksport sangat ketat. Karena itu bahan baku bambu diproses melalui pemanasan air mendidih selama 24 jam serta diberi bahan pengawet ramah lingkungan sehingga produk tahan lama.

Atas masukan tersebut, Mangku Pastika mendorong pengusaha agar terus berinovasi dan meningkatkan kualitasnya. “Kalau soal modal bisa bekerja sama dengan lembaga keuangan. Saya sempat ketemu dengan jajaran perbankan yang menyebut banyak dana masyarakat disimpan di bank. Ini artinya uang banyak yang perlu disalurkan,” tambah mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Di sisi lain Mangku Pastika melihat prospek produk dari bambu ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sehingga bagus perlu dikembangkan dan diperbesar jangkauan pasarnya. Usaha ini juga bisa serap tenaga kerja yang banyak sehingga menekan pengangguran. (bas)