Diklat FSP PAR-SPSI se Bali, Putu Gunanta: Perjuangkan Aspirasi dan Negosiasi

(Baliekbis.com),Diklat Kader FSP PAR – SPSI se-Bali dinilai strategis dalam memberi pemahaman dan wawasan bagi pekerja khususnya di sektor pariwisata.

“Melalui diklat ini pengurus SP dan pekerja nantinya mengetahui dengan baik UU Ketenagakerjaan serta AD dan ART sebagai payung hukum dalam memperjuangkan aspirasi serta bernegosiasi dengan manajemen atau perusahaan di lingkungannya bekerja,” ujar I Putu Gunanta Jaya selaku Ketua Panitia Diklat yang juga Wakil Ketua Bidang Kaderisasi Kompetensi PD FSP PAR-SPSI Provinsi Bali saat pembukaan diklat, Selasa (3/9/2019) di Gedung SPSI Prov. Bali Jln. Gurita I No.6 Densel.

Diklat yang berlangsung dua hari hingga Rabu (4/9/2019) diikuti puluhan pengurus SP. PAR Badung dan Kota Denpasar juga serangkaian pengukuhan sejumlah pengurus SP tersebut dibuka Ketua SP PAR-SPSI Bali Putu Satyawira Marhaendra.

Hal senada disampaikan peserta diklat dari PUK Peninsula Ketut Murna didampingi sekretaris Nyoman Wirta dan bendahara Komang Supadmi. Murna mengaku diklat ini memberi banyak manfaat dan pemahaman terkait UU ketenagakerjaan.
Seperti 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, UU Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Buruh dan Serikat Pekerja serta UU terkait lainnya.

“Banyak yang kita dapat dan setelah diklat ini akan kita sebarkan ke anggota sehingga lebih paham. Dan dari diklat ini juga bisa nantinya tercipta hubungan yang semakin harmonis dengan manajemen,” jelasnya.

Murna juga menambahkan adanya informasi terkait pengembangan koperasi karyawan dinilai sangat positif. “Kita baru ada suka duka, nanti kalau dimungkinkan akan bentuk koperasi,” jelasnya.

Sebagaimana disinggung Ketua SP PAR-SPSI Bali Putu Satyawira Marhaendra, terbentuknya wadah koperasi di lingkungan SP sangat penting. “Kalau koperasi berkembang bisa menjadi salah satu tambahan penghasilan bagi pekerja,” jelas Satyawira yang juga menjadi pembicara di diklat.

Di sisi lain, Satyawira mengingatkan SP PAR merupakan organisasi besar dan puluhan ribu pekerja. Karena itu pekerja harus saling kenal, kompak dan bersinergi untuk meningkatkan kesejaheraannnya.

“Organisasi jangan seperti tahi kambing, di dalam perut bersatu, tapi setelah keluar cerai berai, dan parahnya antara satu pekerja dengan yang lain seolah tak saling kenal,” jelas Satyawira. (bas)