Saatnya Bali Mandiri Energi: Arah Baru Menuju Ketahanan dan Kedaulatan Energi Pulau Dewata

(Baliekbis.com), Pemadaman listrik massal yang terjadi pada 2 Mei 2025 menjadi peringatan keras atas rentannya ketahanan energi Bali. Selama 12 jam, hampir seluruh aktivitas vital seperti layanan publik, rumah sakit, hingga sektor pariwisata lumpuh total akibat terputusnya pasokan listrik dari Jawa. Fakta ini menegaskan pentingnya upaya nyata untuk menjadikan Bali mandiri secara energi.

Salah satu potensi terbesar yang hingga kini belum tergarap optimal adalah energi panas bumi di kawasan Bedugul. Terletak di Kaldera Bratan, potensi panas bumi ini diperkirakan mencapai 175 MW dengan suhu reservoir di atas 200 °C. Proyek ini telah dieksplorasi sejak 1974 oleh Bali Energy Limited (BEL) dan Pertamina Geothermal Energy (PGE), namun masih terhambat oleh resistensi masyarakat adat terhadap lokasi proyek yang dinilai berada di kawasan suci dan hutan lindung.

Pendekatan Baru: Harmoni Energi dan Budaya

Penolakan terhadap proyek bukan berarti penolakan terhadap energi terbarukan, melainkan terhadap pendekatan yang tidak partisipatif, tidak transparan, dan tidak menghormati nilai budaya. Diperlukan pendekatan baru yang:

  • Melibatkan tokoh adat dan pemuka agama sejak tahap awal,

  • Menyesuaikan lokasi tapping agar tidak masuk kawasan suci,

  • Menggunakan teknologi closed-loop ramah lingkungan,

  • Menyalurkan benefit sharing langsung kepada masyarakat lokal.

Mengapa Mendesak?

Bali sangat tergantung pada pasokan listrik dari Jawa (lebih dari 70%). Ketika terjadi gangguan teknis di Paiton atau kabel bawah laut di Selat Bali, seluruh sistem di Bali ikut terganggu. Ketergantungan ini menghambat visi Bali sebagai green island dan pusat ekonomi hijau berbasis pariwisata, wellness, dan digital.

Saat ini, Bali juga menjadi magnet investasi digital, khususnya pengembangan green data center dan server berbasis AI. Namun, minimnya pasokan energi bersih membuat investor cenderung memilih negara atau wilayah lain yang lebih siap.

Rekomendasi Strategis:

  1. Evaluasi ulang proyek panas bumi Bedugul dengan pendekatan sosial dan budaya yang kuat,

  2. Susun peta potensi EBT di Karangasem, Buleleng, dan Klungkung,

  3. Bentuk Satgas Energi Hijau Bali lintas kementerian dan pemda,

  4. Dorong insentif fiskal dan nonfiskal untuk investor energi hijau,

  5. Luncurkan kampanye publik untuk menjadikan Bali sebagai simbol pulau mandiri energi.

Menutup Kesenjangan Energi dan Budaya

Transisi energi tidak harus mengorbankan budaya. Dengan ilmu pengetahuan dan kearifan lokal berjalan berdampingan, Bali bisa menjadi teladan nasional dalam pengembangan energi hijau yang berakar pada nilai-nilai lokal. Ketahanan energi adalah hak masyarakat Bali—dan kini adalah waktunya untuk diwujudkan.

Oleh: Dr. Anggawira
Sekretaris Jenderal BPP HIPMI, Praktisi Energi & Ketahanan Infrastruktur Nasional

Leave a Reply

Berikan Komentar