FGD: Saya Sungguh Mencemaskan Bali

(Baliekbis.com), Terinspirasi oleh  buku Prof. Dr. I Dewa Gede Palguna: Saya Sungguh Mencemaskan Bali, sekaligus menyikapi kondisi Bali terkini, dengan berbagai persoalannya, membuat kita bertanya-tanya apakah Sandyakalaning Majapahit akan terulang di Bali? Di Balik Kemewahan Ritual dan Gemerlap Pariwisata, namun di pihak lain angka bunuh diri dan gangguan mental di Bali sangat tinggi, dahsyatnya  alih fungsi dan alih kepemilikan lahan, kemacetan, sampah, krisis air dan  kerusakan lingkungan lainnya, apakah kita bisa duduk diam menunggu perubahan datang dari langit?

Berbekalkan kesadaran untuk turut berperan serta dalam memberikan sumbangan pemikiran, Dewan Pimpinan Daerah Prajaniti Hindu Indonesia Provinsi Bali mengundang beberapa tokoh Bali dengan berbagai ragam profesi, dengan mengadakan Focus Group Discusion pada hari Sabtu tanggal 10 Mei 2025 bertempat di Warung Kang Zanger Bokashi Farm Jalan Waribang Denpasar.

Dialog yang dipandu langsung oleh Ketua DPD Prajaniti Bali Dr. Sayoga berjalan penuh dinamika sebagai ekspresi dari kegundahan sekaligus kecintaan kita semua pada tanah pelekadan, Bali. Dialog yang sekali waktu diselingi gelak tawa dihadiri oleh tokoh tokoh prominent di Bali antara lain, Bapak Made Mangku Pastika, Prof. I Dewa Gede Palguna, Prof. Nitya Santhiarsa, Dr. Tini Gorda, Dr. Surpi Aryadharma, Dr. Ketut Donder, Putu Suasta, M.A, Ir. Nyoman Baskara, MM,  Drs. Ketut Ngastawa, SH, MH, Prof. Nitya Santhiarsa, Dr. Nyoman Sarjana, Dr. I Wayan Jondra, Gung Trisna, Drs. Nyoman Wiratmaja, M.Si., I W. Joni Artha, Anak Agung Gede Putra, NW Suryathi, I.A. PT. Yustini, dr. Wayan Sayoga, Bapak Mangku Suteja, Bapak Nyoman Suteja, Ni Made Ratnadi, SE, Agung Sudarsa, SH, MH, Desak Ketut Dewi, SE, I Wayan Darna, S.Sos, M.AP, I Dewa Putu Putraka Jaya, SE, M.Ag, TD Yuan Priana Sukariadha, SH,

Dari dialog muncul pemikiran dan barangkali menjadi perhatian kita selama ini, seperti;

  1. Alih Fungsi lahan tanpa kendali dan  pengelolaan Tata Ruang yang seperti tidak ada aturan, tanpa tindakan atas berbagai pelanggaran yang terjadi  sehingga perlu dilakukan tindakan nyata seperti yang dilakukan Kang Dedi Mulyadi di Jawa Barat dengan mengambil tindakan tegas atas pelanggaran Tata Ruang.
  2. Pembangunan yamg masih berorientasi fisik semata dan dipihak lain belum menyentuh pembangunan dalam hal karakter mental secara serius
  3. Angkutan umum yang masih belum menjadi prioritas utama sehingga kemacetan semakin parah, ditambah dengan penambahan jumlah kendaraan yang tak terkontrol.
  4. Bunuh diri semakin marak, hampir setiap hari terjadi. Bali masih menempati ranking 1 nasional. Seberapa besar kontribusi, korelasi antara beban sosial, adat dan ritual terhadap peningkatan kasus bunuh diri, dibutuhkan kajian dan research lebih dalam.
  5. Sampah yang tidak kunjung tertangani dengan pantas menciptakan iklim lingkungan yang semakin tidak sehat
  6. Tamu asing yang sangat bebas menyalahgunakan visa yang melakukan kegiatan usaha selama di Bali tanpa ada kontrol dan tindakan tegas dari aparat
  7. Jargon Pariwisata Budaya perlu lebih aplikatif dan kontekstual. Demikian juga kita mesti membumikan Tri Hita Karana dalam tindakan sehari hari
  8. Perlu terus diperjuangkan  bersama  menuju Otonomi Sui Generis untuk kekhususan Bali untuk memperkuat NKRI. Hanya dengan demikian Bali bisa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan kebutuhan pokoknya, terlebih Bali merupakan tujuan utama pariwisata internasional
  9. Orang Bali mesti secara jujur melakukan introspeksi atas segala permasalahan yang terjadi selama ini. Kita tidak bisa melarikan diri dan harus dihadapi bersama dengan sungguh sungguh. Tidak berhenti hanya pada jargon Mulat Sarira namun selanjutnya dibarengi dengan membenahi diri dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.
  10. Kita jangan pernah lelah dan menyerah di dalam memperbaiki kondisi Bali. Kita semua harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan hingga terganggunya keseimbangan yang terjadi selama ini.
  11. Pemerintah sepatutnya terus membangun jembatan komunikasi agar dapat memahami problematika ini dengan lebih dalam sehingga solusi yang diambil lebih komprehensif dan holistik.
  12. Dialog ini tidak memiliki intensi menyalahkan siapapun termasuk pemerintah. Kami mengapresiasi upaya pemerintah yang positif dan dipihak lain kami tetap kritis dan tegas terhadap kebijakan yang ugal ugalan.
  13. Dialog ini mencoba menggali pemikiran, jalan keluar dari berbagai pakar  yang tulus dan cinta Bali yang selama ini telah terlibat aktif dalam bidang dan perannya masing masing.
  14. Dialog ini tidak berhenti sampai disini dan kedepan akan dikembangkan terus untuk mencapai sasaran target yang lebih konkrit.

Leave a Reply

Berikan Komentar