Yosep Diaz: Waspadai, Pariwisata Bali Jangan Sampai Dijual Murah

(Baliekbis.com), Caleg DPRD Bali Dapil Kota Denpasar dari Partai Gerindra nomor urut 7, Yosep Yulius Diaz mengatakan Bali telah diakui sebagai destinasi wisata terbaik di dunia. Bahkan, kegiatan internasional berskala besar kerap digelar di Bali, seperti halnya Annual Meeting IMF-WB yang melibatkan 34 ribu delagasi dari 189 negara.

“Ini membuktikan Bali memiliki nilai jual tinggi dan laku di kalangan menengah ke atas,” ujar tokoh Flobamora yang kerap disapa Yusdi ini, Senin (15/10). Namun sayangnya Bali yang semakin gemerlap pariwisatanya terkesan masih ada yang dijual “murah”. “Seperti sejumlah kehadiran wisatawan Tiongkok yang bisa menginap dengan harga murah dibandingkan dengan wisatawan Eropa. Jika kondisi tersebut terus terjadi, ke depannya Bali di mata wisatawan semakin turun nilai jualnya,” ujar Yusdi.

Menurutnya, beberapa pelaku pariwisata mulai merasa geram. Apalagi wisatawan yang paling banyak mengunjungi Bali adalah wisatawan asal Tiongkok. Kunjungan wisatawan asal negara Tirai Bambu ini telah memunculkan pro-kontra dengan muncul isu tentang Bali dijual dengan harga murah. “Pasalnya, Bali dijual dengan harga murah di Tiongkok oleh agen-agen tertentu seperti tiket pesawat pulang-pergi termasuk menginap di hotel selama 5 hari 4 malam sekitar Rp 600 ribu, ini kan terlalu murah,” terang Yusdi.

Dijelaskan, dulu wisatawan Tiongkok yang menginap 5 hari 4 malam di hotel harganya Rp 2 Juta. Sekarang cuma Rp 600 ribu. Ini yang mesti segera diambil tindakan oleh instansi terkait agar tidak memunculkan pro-kontra dan persaingan tidak sehat yang pada akhirnya bisa menurunkan citra pariwisata.

Yusdi curiga wisatawan itu bisa datang dan menginap di hotel dengan harga murah karena ada yang mensubsidi. “Subsidi itu bisa saja berasal dari pengusaha tertentu yang sudah lama mengembangakan usaha seperti art shop dan beberapa toko lainnya di Bali yang selama ini tidak tersentuh keberadaannya oleh pemerintah. “Jika terus dibiarkan kondisi seperti ini berlarut-larut, maka pemasukan buat Bali di sektor pariwisata menjadi minim. Dan Bali yang yang kecil ini semakin sesak,” ucapnya.
Ironisnya lagi, wisatawan tersebut berbelanjanya hanya di toko atau art shop milik pengusaha tertentu saja. “Jadi otomatis perputaran duitnya di situ saja. Memang kunjungan mereka tinggi ke Bali, namun harus dibarengi dengan kontribusi yang memadai buat Bali,” tambah Yusdi. Ia berharap semoga masalah seperti ini segera bisa diatasi oleh intansi terkatpp jangan sampai muncul adanya praktek nakal yang dilakukan oleh beberapa agen-agen tertentu. Ini demi kemajuan Bali kedepannya terutama sektor pariwiata. (sus)