Wagub Ajak Jaga Ketahanan Pangan

(Baliekbis.com), Pertanian merupakan bidang yang sangat penting dalam menunjang perekonomian daerah Bali. Bidang petanian menempati posisi kedua dalam menyumbang pendapatan daerah Provinsi Bali setelah pajak kendaraan bermotor. Pendapatan di bidang pertanian menyumbang pendapatan asli daerah sebesar 14,9 persen dari seluruh pendapatan Provinsi Bali. Hal ini dikatakan Wakil Gubernur Ketut Sudikerta saat membuka Temu Lapang dan Gelar Teknologi Padi Hibrida dan Panen Perdana Padi Hibrida bertempat di Subak Tajen, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Selasa (5/12).

Dijelaskan, pertanian tidak bisa ditinggalkan, terlebih apabila terjadi sesuatu dengan dunia pariwisata seperti saat ini imbas dari situasi Gunung Agung, maka pertanian akan menjadi andalan Provinsi Bali. Untuk itu Pemerintah Provinsi Bali dan semua pihak memiliki tanggung jawab mewujudkan ketahanan pangan khususnya di Bali, yang meliputi ketersediaan pangan, distribusi dan aksessibilitasnya.Sejak bertahun-tahun lalu ketersediaan beras di Bali surplus, produksinya mencapai 850 ton beras pertahun. Sedangkan kebutuhan pokok beras hanya 400 ton per tahun. “Walaupun demikian, momentum ini sekaligus mengingatkan kita untuk melakukan penjagaan ketahanan pangan kita, terutama saat siaga bencana  Gunung Agung,” kata Sudikerta. Ditambahkan Sudikerta, infrastruktur juga harus menjadi perhatian, terutama irigasi saluran air yang bagus, peningkatan jalan-jalan produksi, penggunaan alat-alat berteknologi dan juga penggunaan bibit unggul guna peningkatan hasil secara maksimal. “Terima kasih Kepala Balai dan Kementerian Pertanian yang telah menyiapkan bibit unggul, teknologi pertanian, dan alat-alat panen berteknologi tinggi,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Moh Ismail Wahab mengatakan Indonesia sudah sejak tiga tahun ini sudah tidak mengimpor beras, ini berarti pemerintah telah mampu meningkatkan produksi beras sehingga bisa memenuhi kebutuhan beras sendiri. Pada Januari 2018 nanti, Indonesia akan mengundang FAO untuk mendeklarasikan swasembada beras Indonesia. Presiden RI Joko Widodo juga telah mencanangkan pertanian modern, hal ini sekaligus untuk menjawab keengganan generasi muda agar kembali menekuni bidang pertanian. Untuk itu, BBPT Padi sudah menyiapkan varietas unggul Padi Hibrida yang mampu menghasilkan padi kualitas tinggi. Varietas unggul ini telah diterapkan di Subak Tajen. Kepala Desa Tajen Gusti Putu Sumerta Yasa melaporkan, panen padi di Subak Desa Tajen sebelumnya hanya mencapai 6-7 ton, namun saat ini setelah menerapkan bibit unggul Hibrida mampu menghasilkan 9-10 ton padi, dengan penerapan tujuh varietas bibit Hibrida dengan berbagai permodelan. Hal ini sangat menggembirakan bagi peningkatan pendapatan petani di Subak Tajen. Selain itu kebiasaan petani yang membakar jerami usai panen, saat ini sudah tidak lagi membakarnya namun dibuat kompos yang sangat bermanfaat sebagai pupuk organik bagi sawah mereka. Perbandingan pendapatan menggunakan bibit biasa dengan bibit Hibrida selisih Rp10 juta per hektarnya, dan ini tentunya keuntungan menarik bagi masyarakat untuk kembali menekuni bidang pertanian. Diharapkan teknologi padi hibrida yang saat ini sudah diterapkan dapat juga diterapkan di daerah lain, sehingga secara umum akan meningkatkan produktifitas padi di Indonesia. (sus)