Triwulan IV 2018, Ekonomi Bali Tumbuh 7,59 Persen

(Baliekbis.com), Ekonomi Bali pada triwulan IV 2018 mengalami akselerasi kinerja dibanding triwulan III-2018. Ekonomi Bali tercatat tumbuh sebesar 7,59% (yoy) di periode triwulan laporan, lebih tinggi dibanding triwulan III 2018 yang sebesar 6,15% (yoy).

Pertumbuhan tersebut juga jauh lebih tinggi dibanding triwulan IV 2017 sebesar 4,01% (yoy). “Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan IV 2018, juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional di periode yang sama sebesar 5,18% (yoy),” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana yang akrab disapa CIK, Rabu (13/3) di Denpasar terkait KEKR Provinsi Bali Bulan Februari 2019.

Menurutnya, dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Bali tersebut didorong oleh meningkatnya kinerja komponen konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor luar negeri. Sementara dari sisi penawaran, didorong oleh meningkatnya kinerja empat lapangan usaha utama Bali, yaitu lapangan usaha akomodasi makan dan minum, pertanian, perdagangan besar dan eceran serta industri pengolahan.

Akselerasi kinerja ekonomi Bali didorong oleh beberapa faktor yaitu base effect melambatnya perekonomian Bali pada triwulan IV 2017 akibat peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Agung, peningkatan ekspor, baik ekspor jasa yang tercermin pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun ekspor barang ke luar negeri maupun ekspor barang luar negeri. “Juga peningkatan luas panen dan produksi padi pada triwulan laporan, penyelenggaraan IMF WB Annual Meeting 2018 dan perayaan hari besar keagamaan (Galungan dan Natal) serta Tahun Baru 2019,” jelas CIK.

Ditambahkan, Ekonomi Bali di tahun 2018 mengalami akselerasi kinerja dengan tumbuh sebesar 6,35% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,57% (yoy). Capaian kinerja ekonomi Bali tersebut, juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional tahun 2018 sebesar 5,17% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi kinerja ekonomi Bali tersebut didorong oleh meningkatnya kinerja komponen konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor luar negeri.

Sementara itu untuk sisi penawaran, peningkatan kinerja ekonomi Bali didorong oleh meningkatnya kinerja empat lapangan usaha utama Bali, yaitu lapangan usaha pertanian, konstruksi, industri pengolahan, transportasi dan pergudangan.

Dari berbagai prompt indikator yang ada, kinerja ekonomi Bali pada triwulan I 2019 diprakirakan tetap tumbuh kuat, meskpun cenderung melambat, dengan kisaran 6,10%-6,50% (yoy). Menurut CIK, beberapa faktor penyebab perlambatan tersebut yakni telah berakhirnya periode pariwisata Bali, prakiraan melambatnya kinerja ekonomi mitra dagang utama dunia, terutama Amerika Serikat dan Australia, dan telah selesainya pengerjaan sebagian besar proyek konstruksi yang terkait dengan IMF-WB AM 2018.

Sedangkan dari sisi permintaan, prakiraan melambatnya kinerja ekonomi Bali terutama disebabkan oleh melambatnya kinerja komponen konsumsi rumah tangga, ekspor luar negeri dan investasi. Sementara itu, dari sisi penawaran perlambatan diprakirakan disebabkan oleh melambatnya seluruh lapangan usaha utama ekonomi Bali yaitu lapangan usaha akomodasi makan dan minum, pertanian, transportasi, konstruksi, industri pengolahan serta perdagangan besar dan eceran.

Di sisi lain, disebutkan realisasi belanja pemerintah (APBN, APBD Provinsi Bali dan APBD gabungan 9 kabupaten/kota) pada tahun 2018 tercatat sebesar Rp35,99 triliun atau meningkat 5,24% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan realisasi belanja pemerintah tahun 2017 yang sebesar 12,43% (yoy) atau tercatat Rp34,20 triliun.

Melambatnya pertumbuhan realisasi belanja pemerintah tersebut, disebabkan oleh melambatnya semua pertumbuhan komponen realisasi belanja yaitu APBN dan APBD 9 kabupaten/kota, bahkan APBD Provinsi mengalami penurunan realisasi belanja. Adanya kebijakan rasionalisasi (penghematan) anggaran belanja pada tingkat provinsi di tahun 2018 untuk membiayai peningkatan defisit 2019 dan tidak terealisasinya target PAD pada beberapa daerah, akibat melambatnya pertumbuhan jumlah kunjungan wisman, menjadi beberapa faktor yang menahan laju pertumbuhan realisasi belanja pemerintah tersebut. 

Kondisi tersebut menyebabkan persentase realisasi belanja pemerintah di 2018 hanya mencapai 87,15%, jauh lebih rendah dibandingkan realisasi belanja 2017 yang sebesar 90,94%. Pada sisi yang lain, realisasi pendapatan pemerintah (APBD Provinsi Bali dan APBD gabungan 9 kabupaten/kota) pada tahun 2018 tercatat sebesar Rp24,29 triliun atau tumbuh 2,53% (yoy), tumbuh melambat dibanding tahun 2017 sebesar 10,95% (yoy) atau Rp23,69 triliun. Kondisi ini disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan realisasi pendapatan terutama pada level kabupaten/kota, akibat rendahnya pencapaian realisasi PAD. Dengan kondisi tersebut, persentase realisasi pendapatan pemerintah pada tahun 2018 hanya mencapai 90,03%, lebih rendah dibanding tahun 2017 yang sebesar 97,31%. (ist)