Trisno Nugroho: Penurunan Suku Bunga dan Naiknya Kinerja Ekspor Dorong Percepatan Pemulihan Ekonomi Bali

PERKEMBANGAN ekonomi di masa pandemi Covid-19 belakangan ini mulai berangsur membaik.
Indikasi itu secara global terlihat dari kegiatan ekonomi di AS dan Tiongkok yang meningkat. Secara nasional, perekonomian juga mulai bergerak naik meski masih landai.

“Jadi kami optimis di semester III dan IV tahun 2020 ini hingga awal 2021 bisa terus membaik,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho saat bincang dengan media di Sanur belum lama ini.

Dipaparkan secara global pandemi mulai melandai. Kasus yang sembuh semakin banyak dan yang meninggal terus menurun. Hal ini juga dibarengi dengan aktivitas ekonomi global seperti ekspor-impor yang mulai meningkat seperti yang terjadi di Tiongkok dan beberapa negara lain.

Kondisi global tersebut juga berdampak bagi Indonesia termasuk Bali. “Jadi ekonomi sudah mulai bertumbuh meski secara terbatas,” tambah Trisno.

Optimisme ekonomi semakin meningkat antara lain terlihat dari kinerja ekspor yang naik dan impor yang juga meningkat. “Kalau impor naik berarti ada pergerakan ekonomi di dalam negeri yang meningkat,” jelasnya.

Di Bali tambah Trisno, kegiatan ekonomi juga semakin bergulir. Seperti naiknya konsumsi rumah tangga, pendapatan dan belanja APBD yang cukup tinggi di tiap kabupaten/kota yang berada di atas nasional.

Yang menggembirakan pula kunjungan wisatawan (domestik) juga naik cukup siginifikan. “Kalau sebelumnya wisatawan yang masuk Bali melalui bandara Ngurah Rai berkisar 2 ribu hingga 3 ribu per hari, dalam libur panjang lalu bisa sampai 9 ribu,” ujar Trisno saat menjadi salah satu pembicara di Taman Soekasada Ujung Karangasem, belum lama ini.

Kucuran kredit juga cukup besar. Apalagi BI terus menurunkan suku bunga. Suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada September 2020 di angka 4,00 persen.

Sebelumnya, BI telah empat kali menurunkan suku bunga, yaitu pada Februari, Maret, Juni dan Juli 2020, masing-masing sebesar 25 bps. Kebijakan ini diambil bank sentral untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19.

Bank Sentral nasional juga mempertimbangkan kinerja ekspor yang mulai meningkat di dalam negeri. “Konsumsi rumah tangga juga meningkat berkat pemberian bantuan sosial (bansos) hingga gaji ke-13,” tambah Trisno.

Penurunan suku bunga acuan akan berdampak kepada suku bunga kredit perbankan. Jadi, debitur kredit bakal mendapatkan suku bunga floating yang lebih rendah. Pengajuan kredit baru bisa juga akan mendapatkan tingkat bunga yang lebih rendah. Namun, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia tidak serta merta langsung menurunkan suku bunga kredit. Ada masa transisi beberapa bulan bagi bank untuk menurunkan bunga kreditnya.

Penurunan suku bunga bisa menggairahkan pasar obligasi. Bagi pemegang surat utang negara ritel seperti ORI atau Sukri (Sukuk Ritel) bisa memantau pergerakan harganya jika ingin mencari cuan dari capital gain (Keuntungan dari selisih harga)

Namun, pemangkasan suku bunga bank sentral berarti bakal menurunkan bunga deposito. Biasanya, penurunan bunga deposito akan lebih cepat disesuaikan ketimbang bunga kredit.

Menurut Trisno, dengan melihat pergerakan ekonomi yang semakin membaik, diharapkan triwulan III dan IV tahun ini pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sebagaimana diketahui triwulan I pertumbuhan ekonomi Bali sempat minus 1,14 persen dan triwulan II bahkan sampai -10 persen lebih. Trisno berharap perbankan bisa terus mengucurkan kreditnya untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat dan UMKM. (gus alit)