Trisno Nugroho:  Memajukan Pertanian Harus Ditunjang Teknologi

(Baliekbis.com),Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian Bali. Pertanian memberi kontribusi sekitar 13 persen dan 60 persen warga terjun di sektor ini.

“Jadi melihat peran penting sektor pertanian maka harus ditunjang teknologi yang memadai sehingga bisa meningkatkan kualitas dan produksinya,” jelas Kepala KPw BI Provinsi Bali Trisno Nugroho, Rabu (8/1/2020) di sela-sela acara Simakrama “Menyambut Tahun Baru 2020” yang berlangsung di gedung BI Denpasar. Simakrama juga dihadiri Gubernur Wayan Koster, Kepala OJK Bali Nusra Elyanus Pongsoda, Kepala BPS serta sejumlah instansi terkait.

Trisno mengatakan ke depan komoditi pertanian ini semakin penting. Selain banyak produk pertanian yang diekspor sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara juga kebutuhan masyarakat akan produk ini terus meningkat.

Apalagi Bali sebagai daerah yang banyak dikunjungi wisatawan yang sudah tentu membutuhkan makanan yang sangat besar. “Komoditi pertanian seperti cabai, bawang dan beras juga berperan dalam menjaga stabilitas inflasi serta bisa membawa dampak pada kemiskinan,” tambah Trisno. Karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan produksi ini perlu dilakukan di antaranya penerapan teknologi baik produksi maupun pengolahannya.

Di sisi lain Trisno memaparkan
kinerja ekonomi Bali pada tahun 2019, menghadapi tantangan yang cukup besar. Selain melambatnya kinerja ekonomi global, juga disebabkan melambatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Kondisi ini berdampak pada tertahannya kinerja ekonomi Bali pada tahun 2019 yang diprakirakan hanya tumbuh sebesar 5,40%-5,80% (yoy), lebih rendah dibanding tahun 2018 yang tumbuh 6,35% (yoy).

Namun demikian pada tahun 2020, kinerja ekonomi Bali diprakirakan akan menunjukkan peningkatan yang akan tumbuh dalam kisaran sebesar 5,70%-6,10% (yoy). Sementara untuk tahun 2020, kinerja ekonomi Bali diprakirakan mengalami peningkatan terutama didorong oleh meningkatnya pertumbuhan semua jenis lapangan usaha utama.

Beberapa faktor pendorong peningkatan kinerja ekonomi bersumber sektor terkait pariwisata seiring dengan meningkatnya kapasitas pelabuhan Benoa yang mendorong peningkatan jumlah kapal cruise ke Bali (quality tourism).

Selain itu, tambah Trisno sumber peningkatan kinerja juga berasal dari pengerjaan beberapa proyek konstruksi baik yang merpakan kelanjutan dari tahun 2019 maupun yang dimulai di tahun 2020. Sementara itu faktor lain adalah prakiraan membaiknya kinerja ekonomi negara mitra dagang utama, penambahan direct fight serta pengembangan pasar wisman alternatif yaitu antara lain wisatawan dari negara-negara Eropa Timur.

Terkait inflasi, pada tahun 2019 menunjukkan capaian yang menggembirakan, tercermin oleh nilai inflasi yang rendah sebesar 2,38% (yoy), lebih rendah dibanding tahun 2018 sebesar 3,13% (yoy). “Capaian ini merupakan buah dari hasil kerja sama antara TPID Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota serta stakeholder terkait lainnya,” jelasnya.

Inflasi Bali pada tahun 2020 diprediksi cukup stabil, meski masih menghadapi beberapa tantangan terkait dengan rencana kenaikan cukai rokok sebesar 23%, rencana kenaikan iuran BPJS kesehatan, peningkatan kunjungan wisatawan yang membawa konsekuensi peningkatan
permintaan serta peningkatan biaya pendidikan.

Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu pertama Januari 2020, inflasi Bali mencapai 0,22%, seiring dengan terjadinya kenaikan harga beberapa komoditas seperti telur ayam, udang dan bumbu- bumbuan.
“Inflasi Bali pada Januari 2020 diprakirakan akan melandai dalam kisaran 0,20%-0,60% (mtm), yang tertahan oleh penurunan tarif angkutan udara, penurunan harga bahan bakar minyak (pertamax) dan penurunan permintaan di masa low season pariwisata,” ujar Trisno. (bas)