Trend Bangun Inbis Meningkat, STMIK Primakara Gandeng PTN/PTS Buat Solusi Digital Lintas Keahlian

(Baliekbis.com), Di era disrupsi, digitalisasi dan revolusi industri 4.0 ini, perguruan tinggi tidak bisa lagi bersikap eksklusif atau memegang teguh mindset linearitas dalam hal bidang keilmuan. Sebab penyelesaian permasalahan di berbagai aspek kehidupan khususnya bisnis saat ini memerlukan pendekatan interdisiplin ataupun multidisiplin. Khususnya juga memerlukan solusi berbasis teknologi digital.

Untuk itu STMIK Primakara melalui Inkubator Bisnis (Inbis) Primakara menginisiasi dan berada di garda terdepan untuk menjalin kolaborasi lintas keilmuan dan keahlian dengan berbagai PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dan PTS (Perguruan Tinggi Swasta)di Bali. Kolaborasi ini dalam hal mengembangkan solusi berbasis digital dan juga bernilai bisnis atau berdampak langsung bagi masyarakat.

Demikian disampaikan Ketua Yayasan Primakara I Made Artana di sela-sela acara Focus Group Discussion (FGD) & Bussines Matching yang digelar Inbis Primakara di Prime Plaza Hotel, Sanur, Rabu (31/10). Acara ini juga menghadirkan pembicara Prof. Hadi Karia Purwadaria dari Kemenristek Dikti selaku Konsultan Pendamping Inbis Primakara.

Artana menerangkan saat ini muncul trend bahwa setiap kampus di Bali ingin membangun inkubator bisnis. Bahkan di Bali setidaknya sudah ada lima inkubator bisnis yang dikelola kampus. “Yang lainnya menyusul akan membuat inkubator bisnis. Ini tentu positif jika dikelola dengan baik dan profesional,” ujarnya.

Melihat potensi ini dan juga sejalan dengan positioning STMIK Primakara sebagai Technopreneurship Campus, Artana mengajak kampus lain untuk berkolaborasi mengembangkan solusi berbasis teknologi digital. “Kami akan jalin komunikasi dengan kampus lain. Sebab saat ini bukan era ekslusif tapi inklusif, eranya kolaborasi. Jadi kami akan gandeng Inbis UNHI, Unud dan lainnya. Termasuk juga kampus pariwisata STP Nusa Dua dan kampus lainnya di Bali,” papar Artana.

Ditegaskannya, usaha rintisan atau startup digital muncul karena cross atau lintas keahlian
Misalnya STMIK Primakara bisa bekerjasama dengan STP Nusa mengembangkan solusi E-Tourism atau pariwisata berbasis digital. “PR besar kita bagaimana hotel dan restoran yang sangat bergantung pada OTA (Online Travel Agent) yang komisinya makin lama makin tinggi. Jadi kolaborasi Primakara dan STP Nusa Dua semoga bisa melahirkan solusi untuk pariwisata Bali,” ungkap Artana.

Inkubator Bisnis Primakara ini juga berupaya menguatkan kelembagaan dengan melakukan kolaborasi dengan berbagai stakeholder dan juga dalam menguatkan ekosistem startup digital di Bali. Salah satunya dilakukan dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) & Bussines Matching ini. “Harapannya Inkubator Bisnis Primakara semakin memiliki kapasitas dalam mengantarkan startup-startup yang menjadi binaannya untuk tumbuh menjadi usaha-usaha yang mandiri dan menguntungkan,” imbuh Artana.

Kepala Inbis Primakara Bagus Putu Wahyu Nirmala menjelaskan pada hari pertama FGD penguatan kelembagaan Inbis Primakara mempertemukan Inbis Primakara dengan stakeholdernya seperti STMIK Primakara, perbankan, inkubator bisnis lainnya di Denpasar, lembaga perguruan tinggi seperti STP Nusa Dua, Unud, Unhi dan lain. Lalu organisasi asosiasi pengusaha seperti JCI, HIPMI, Kadin Bali hingga co-working space yang ada di Denpasar, komunitas IT, dan para tenant inbis. Acara ini dimaksudkan untuk mendapat support dari stakeholder kepada Inbis Primakara. Diisi juga pameran dari 8 tenant startup binaan Inbis Primakara seperti BioTech, Daksa Digital Technology, Kostpedia, Tripto, Miracle Gatesa, Ponkod, Patriat Medical & Devices, dan Medicall. Acara hari kedua digelar Business Matching yang tujuannya mempertemukan antara startup tenant Inbis Primakara dengan calon investor, calon key partner, komunitas, dan asosiasi pengusaha. “Harapan dari business macthing ini adalah ada pertemuan tahap lanjut untuk membicarakan bentuk kerjasama atau investasinya,” tandas Wahyu. (wbp)