TP. PKK Malinau Belajar Kerajinan Tenun Ikat Di Gianyar

(Baliekbis.com), Industri kain tenun di Bali khususnya Gianyar berdasarkan data mencapai puncak kejayaannya sekitar tahun 1980- an. Namun setelah itu mulai meredup didera berbagai permasalahan seperti modal, pemasaran, SDM hingga teknologi. Namun di Kabupaten Gianyar beberapa tahun belakangan ini, industri kerajinan tenun mulai bergairah berkat campur tangan pemerintah. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Dekranasda Kabupaten Gianyar, Ny. Surya Adnyani Mahayastra saat menerima rombongan dari TP. PKK Kab. Malinau Kalimantan Utara, di Perajin Tenun Ikat Menggah Agung, Gianyar Senin (27/11). Kabupaten Gianyar terkenal dengan berbagai seni budaya termasuk industri kerajinan didalamnya. Pada masa keemasannya, hampir di tiap kecamatan di kabupaten Gianyar memiliki industri tenun ikat. Dan lagi, dari semua kain tenun tersebut menurut Ny. Adnyani Mahayastra yang saat itu didampingi Kadis Perindag Kab. Gianyar I Wayan Suamba, masing-masing mempunyai ciri khas dan motif tersendiri. Sehingga dengan melihat kainnya saja sudah bisa diketahui asal kain tersebut dari pengerajin daerah mana. Namun setelah masa jayanya di tahun 1980 an, industri kerajinan tenun mengalami masa surut. Berbagai masalah turut mengikuti seperti permodalan, pemasaran dan teknologi. Ditambah pada saat itu, di Indonesia tengah kebanjiran kain tekstil dari negeri Cina yang harganya jauh lebih murah. Hingga menyebabkan banyak perajin kita gulung tikar, karena tidak mampu memenuhi biaya produksi.

Di hadapan rombongan TP.PKK Kab. Malinau yang dipimpin oleh Ketua TP.PKK Kab. Malinau kalimantan Utara Ny. Ping Yansen, dipaparkan Pemkab Gianyar melalui Disperindag dan Dekranasda kabupaten Gianyar berupaya keras menghidupkan kembali sentra-sentra kerajinan tenun di Kabupaten Gianyar. Berbagai bantuan pun digelontorkan, seperti permodalan , pelatihan untuk meningkatkan mutu SDM, mengirim atau mendatang pelatih untuk meningkatkan mutu produk hingga menfasitasi perajin ikut pameran. “Kami menyadari kalau industri kerajinan merupakan satu paket dengan industri wisata, jika itu tidak berkembang maka akan berdampak pula pada kesejahteraan masyarakat,” jelas Ny. Adnyani Mahayastra. Sementara itu Ketua TP.PKK Kab. Malinau, Ny. Ping Yansen menjelaskan kedatangan mereka ke Kabupaten Gianyar adalah ingin belajar lebih banyak tentang kerajinan tenun ikat. Kabupaten Malinau saat ini tengah dikembangkan pariwisata berbasis budaya dan alam. Tentu saja sebagai salah satu pendukungnya adalah kerajinan daerah. Masyarakat di Kalimantan Utara juga memiliki industri tenun ikat, mereka juga mahir menenun hanya saja belum semaju yang ada di Kabupaten Gianyar. Di Malinau ada 12 suku yang memiliki budaya dan adat tersendiri, jika ini dikembangkan tentu akan menjadi seperti di  Gianyar. (eni)