Topeng Panca Klasik Pecah Keheningan Pagi di PKB

(Baliekbis.com), Pementasan Topeng Panca Klasik oleh komunitas Seni Wangbong asal Br. Mas Bedulu, Kecamatan Blahbatuh duta Kabupaten Gianyar memecah keheningan pagi PKB 2018 di Kalangan Ratna Kanda Denpasar, sabtu (14/7). Mengawali pagi yang cerah dan penuh kesejukan membangkitkan decak kagum penonton. Komunitas Seni Wangbong memakai pakaian putih dengan kombinasi merah hitam. Kali ini Komunitas Wangbong mengambil tema “Karna Ngastawa” yang menceritakan tentang Duagung Anom Wirya Sirikan raja di daerah Timbul Sukawati yang memiliki putra bernama Dewa Agung Karna. Dewa Agung Karna diutus untuk melakukan semedi / ngastawa disebelah Gunung Paneraga dan mendapatkan anugerah untuk mengangkat sungai Wos untuk mengairi sawah-sawah yang kekeringan di wilayah Grogak. Dengan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa maka dibangunlah sebuah parahyangan yang diberi nama pura Astawa.

Tidak hanya kalangan orang tua saja yang menikmati pementasan topeng panca klasik mulai dari anak-anak ,remaja, dan tentu orang tua ikut menikmati pertunjukan tersebut. Menurut I Ketut Darya selaku penangung jawab “dengan dilaksanakan pertunjukan topeng panca klasik di PKB semoga membuat peminat seni topeng semakin menyebar tidak hanya sebatas penikmat saja, dan dikemudian hari bisa menjadi motivasi para generasi muda untuk meneruskan tarian topeng.” Ditambahkan topeng panca klasik bukan hanya sekedar penghibur di PKB melainkan dengan pementasan topeng panca klasik ini mengenalkan seni budaya khususnya seni topeng yang sudah diwarisi turun temurun ke generasi muda.

Menurut I Ketut Kodi selaku penggagas cerita ratna ngastawa menjelaskan “saya selalu berusaha membuat dan menampilkan cerita yang menghibur dan tidak lupa menyelipkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pementasan ini.” Klasik sama berarti jadul, itu yang biasanya salah kaprah di kalangan remaja saat ini setiap mendengan pementasan berbau klasik. “Klasik yang dimaksud bukan pemerannya melainkan seni topeng panca yang sudah ada dari generasi ke generasi yang membuatnya lestari sampai saat ini” terang Ketut Kodi. (haj)