Temu Wirasa, Dr. Mangku Pastika, M.M. Ingatkan Pemimpin Harus Jadi Panutan dan Satya Wacana

Begitu vitalnya peran seorang pemimpin untuk menentukan masa depan, maka pemimpin itu tak hanya sekadar pintar, tapi harus punya karakter yang baik. Ingat akan janji-janjinya (satya wacana). Pemimpin harus mengerti masa depan, visioner.

(Baliekbis.com), Kehadiran seorang pemimpin akan menentukan kemajuan rakyat dan wilayahnya. Sebab pemimpin itu
bukan hanya sebagai leader tapi juga seorang manajer yang berperan untuk mengelola SDM, sumber daya alam dan memiliki kewenangan besar dalam menentukan arah kemajuan. Demikian mengemuka dalam temu wicara yang dihadiri Dr. Made Mangku Pastika,M.M. dan puluhan tokoh di Buleleng, Minggu (16/10) di Warung Bambu, Pemaron Singaraja.

Melihat begitu vitalnya peran seorang pemimpin untuk menentukan masa depan, maka pemimpin itu tak hanya sekadar pintar. “Tapi harus punya karakter yang baik. Ingat akan janji-janjinya (satya wacana). Pemimpin harus mengerti masa depan, visioner. Kalau tidak maka akan berat, Apalagi kalau dia berorientasi masa lalu, sementara yang dihadapi masa kini dan masa depan,” tegas Mangku Pastika yang juga Anggota Komite IV DPD RI dapil Bali ini.

Mantan Gubernur Bali dua periode ini juga mengingatkan pemimpin jangan ngotot maunya sendiri. Namun harus memperhatikan kondisi masing-masing wilayah beda kebutuhannya. “Jadi sebelum kita menentukan pemimpin seperti apa yang kita inginkan, maka kita perlu tahu lebih dulu apa kebutuhan dan potensinya,” ujar Mangku Pastika menanggapi kondisi ke depan jelang Pileg, Pilkada dan Pilpres yang mana riak-riak politik mulai hangat. Apalagi Buleleng yang memiliki wilayah paling luas saat ini dipimpin seorang penjabat bupati.

Dalam diskusi juga mengemuka pentingnya mencari figur pemimpin (bupati) yang visioner dan transparan.
Salah seorang tokoh yang juga mantan Anggota Dewan Nyoman Tirtawan bahkan menegaskan Buleleng butuh pemimpin yang punya integritas dan mampu beri harapan bagi masyarakatnya. Tirtawan bahkan mengulas tentang sifat-sifat kepemimpinan berdasarkan Astabrata yang perlu menjadi “bekal” bagi pemimpin mendatang. “Jangan sampai lahan yang subur dirusak, yang kering malah dibiarkan telantar,” contoh Tirtawan.

Tokoh lainnya Ketut Budiana berharap Mangku Pastika sebagai DPD wakil Bali bisa sharing dalam upaya membangkitkan Buleleng. “Mau dikemanakan Buleleng ini. Saya Pak Mangku bantu warga dalam memajukan daerah.
Kita ada asosiasi pengusaha desa (APD) yang dalam waktu dekat akan menggelar festival duren, seluruh durian di Bali dikumpulkan,” ungkapnya.

Dalam diskusi juga mengemuka terkait perkembangan LPD (Lembaga Perkreditan Desa), Pertumbuhan ekonomi, subak, dll. Menurut Mangku Pastika, situasi saat ini belum baik-baik saja pascapandemi Covid. Pertumbuhan ekonomi baru sekitar 2 persen. “Saya sempat ketemu pengurus Kadin Bali. yang mengaku kondisinya berat sebab kredit mereka akan jatuh tempo Maret 2023. Ini artinya kalau gak bisa ditebus, maka aset mereka senilai Rp 27 triliun akan ditebus akan dilelang, tentu dengan harga yang jauh di bawah. Lalu kita punya apa,” ujar Mangku Pastika.

“Saya juga bertemu dengan Pengurus Perbarindo (Perhimpunan BPR Indonesia) Bali, sebagian besar kondisinya juga berat. Tahun depan, kita menghadapi agenda politik (pileg, pilkada dan pilpres) . Jadi kita harus siap-siap memilih pemimpin. Saya sebagai putra Buleleng ikut bertanggung jawab agar bisa melahirkan pemimpin yang baik,” tambah Mangku Pastika.

“Mari dari sekarang kita cari kriteria pemimpin sesuai kondisi dan kebutuhan sesuai prioritas. Saya juga ingin ketemu teman-teman termasuk yang muda-muda, milenial yang sangat potensial dalam menentukan pemimpin ke depan,” jelasnya.

Terkait masalah subak, menurut Mangku Pastika harus bisa dijaga dengan baik. Sebab subak ini masuk warisan dunia dan menjadi kebanggaan Bali. Juga soal LPD yang dirintis di era kepemimpinan Gubernur IB Mantra yang mana terbukti nyata mendukung pelestarian desa Adat dan mampu meningkatkan perekonomian krama adat. Jangan sampai LPD yang sudah bagus, sampai terganggu oleh oknum tertentu. “LPD itu sistemnya sudah bagus, tapi kok ada masalah. Ini mesti dibicarakan dan dicarikan solusinya,” ujarnya.

Di akhir diskusi, Mangku Pastika juga mengingatkan tentang Tri Rna yakni hutang kepada Tuhan yang dinamakan Dewa Rna. Pitra Rna, hutang kepada Leluhur dan Resi Rna yakni hutang kepada para Resi dan Maharesi. “Intinya kita punya hutang yang harus dibayar dengan berbuat nyata untuk kehidupan ini termasuk kepada alam dengan memeliharanya agar lestari,” pungkasnya. (bas)