Teknologi Gojek SHIELD Lindungi Mitra dan Pengguna

(Baliekbis.com), Guna meningkatkan keamanan dan kenyamanan mitranya dalam bekerja, serta pengguna secara umum dalam mengakses layanan, Gojek super app terdepan di Asia Tenggara kembali memperkuat teknologi Gojek SHIELD dengan inovasi terbaru. Hadirnya inovasi terbaru berupa Fitur Lapor Ofik (Order Fiktif) Gak Pake Lama serta teknologi untuk mendeteksi perangkat ilegal secara otomatis menjadikan sistem keamanan ekosistem Gojek semakin dapat diandalkan. Melalui fitur-fitur ini, keamanan dan kenyamanan mitra dalam bekerja senantiasa terjaga, sehingga dapat turut meningkatkan kualitas layanan dan keamanan bagi pengguna ekosistem Gojek secara keseluruhan.

Inovasi terbaru pada Gojek SHIELD dikembangkan berdasarkan aspirasi serta kebutuhan mitra driver di lapangan. Memanfaatkan machine learning dan kecerdasan buatan (artificial intelligence), Gojek mengoperasikan teknologi terkini:

Fitur Lapor Ofik (Order Fiktif) Gak Pake Lama. Lewat fitur ini mitra driver dapat melaporkan order fiktif langsung dari aplikasi driver tanpa harus menelpon call center. Memanfaatkan kecanggihan machine learning dan kecerdasan buatan, dalam waktu kurang dari 2 menit setelah laporan dibuat melalui aplikasi, sistem akan secara otomatis membatalkan order yang terindikasi fiktif.

  1. Teknologi untuk mendeteksi perangkat ilegal secara otomatis. Seperti yang tercantum dalam Tata Tertib Gojek (Tartibjek), demi melindungi keamanan mitra, Gojek sejak awal telah melarang penggunaan perangkat ilegal seperti Fake GPS, dan Mod App atau aplikasi modifikasi. Teknologi Gojek telah mampu mendeteksi dan menindak secara otomatis mitra yang menggunakan perangkat ilegal. Apabila terdeteksi sistem, pengguna perangkat ilegal akan mendapat sanksi bertahap, mulai dari penonaktifan akun sementara sampai dengan pemutusan kemitraan.

Kelvin Timotius, Head of Driver Operations – Trust & Safety Gojek mengatakan, “Kami bangga dapat terus mendukung dan melindungi mitra-mitra kami lewat teknologi Gojek SHIELD yang kemampuan serta fitur-fiturnya terus ditingkatkan untuk menjawab kebutuhan mitra kami di lapangan. Teknologi machine learning dan kecerdasan buatan telah kami manfaatkan untuk mendeteksi serta menindak berbagai tindakan curang yang merugikan mitra driver, termasuk diantaranya order fiktif dan penggunaan perangkat ilegal. Sebelumnya teknologi sejenis juga telah banyak membantu meningkatkan keamanan mitra, misalnya lewat fitur Verifikasi Muka dan penyamaran nomor telepon. Keberadaan fitur keamanan yang terdapat dalam Gojek SHIELD, menjadikan 92% mitra Gojek merasa akun mereka lebih aman.”

Kelvin menambahkan, selain mendukung dan melindungi mitra-mitranya yang telah bekerja keras dengan jujur, memanfaatkan teknologi Gojek SHIELD, tim Gojek juga proaktif dalam mencegah risiko keamanan dan membantu pihak berwajib untuk mengungkap keberadaan sindikat kriminal pembuat aplikasi ilegal.

AKBP Dhany Aryanda, Kepala Sub Direktorat Cyber Crime – Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya mengatakan, “Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya memiliki fasilitas laboratorium digital forensik yang mumpuni, serta anggota tim dengan kemampuan IT yang andal. Kolaborasi dengan teknologi Gojek SHIELD yang mampu mendeteksi penggunaan aplikasi terlarang, yang kemudian dilaporkan kepada kami, merupakan suatu dukungan yang baik sehingga kami segera menindaklanjuti dan berhasil menangkap sindikat kriminal pembuat aplikasi ilegal yang beroperasi di Jabodetabek. Proses penyelidikan atas kasus ini telah selesai dan saat ini para tersangka tengah menjalani proses peradilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Kami mengapresiasi langkah cepat Gojek dalam melaporkan perkara ini sehingga dapat meminimalisir dampak kerugian yang menimpa masyarakat dan industri transportasi online secara umum.”

Berdasarkan hasil investigasi, tersangka menawarkan aplikasi ilegal hasil modifikasi ini sebagai aplikasi yang seakan-akan kebal penangguhan (anti-suspend) dan bisa menghasilkan banyak orderan. Padahal kenyataannya, aplikasi seperti ini justru menyamarkan tampilan peringatan dan teguran resmi atas pelanggaran yang berpotensi membuat mitra mendapat sanksi suspend. Pengguna aplikasi ilegal baru menyadarinya ketika akunnya mendapat sanksi paling berat yakni suspend permanen atau pemutusan kemitraan. Kerugian lainnya terlihat dari adanya malfungsi fitur seperti kendala saat login maupun gangguan pada peta dan navigasi yang akhirnya justru berdampak negatif pada kelancaran operasional mitra.

Selain menjaga keamanan melalui proses yang bersifat korektif, Gojek juga menjalankan pendekatan preventif untuk melindungi mitra-mitranya dari risiko keamanan. Lewat teknologi, Gojek terus menghadirkan dan memperbarui fitur-fitur yang tepat guna seperti fitur Verifikasi Muka, Penyamaran Nomor Telepon (number masking) yang dapat melindungi nomor telepon pengguna dan mitra driver dari penyalahgunaan, maupun fitur-fitur yang meningkatkan keamanan secara umum seperti tombol darurat (emergency button) dan bagikan perjalanan (share trip).

Gojek juga kerap melakukan edukasi yang berkelanjutan untuk meningkatkan literasi akan pentingnya menjaga keamanan. Di sisi mitra, edukasi mencakup materi mengenai cara pemanfaatan perangkat keamanan serta imbauan dan peringatan agar mitra tidak melakukan tindakan yang dapat membahayakan keamanan mereka. Edukasi dilakukan melalui pesan di aplikasi, forum kopdar mitra Gojek, maupun ‘Tips Pintar’ yang merupakan fitur e-learning platform terbaru di dalam aplikasi mitra driver.

Tak hanya kepada mitra driver, edukasi mengenai keamanan turut menyasar masyarakat luas lewat kolaborasi Gojek dengan berbagai pihak seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Center for Digital Society (CfDS) UGM dan Siberkreasi.

Charles Lim, Pakar IT dan Ahli Keamanan Digital dari Swiss German University mengapresiasi langkah Gojek yang tak hanya berinovasi di sisi teknologi saja, namun juga menjalankan edukasi untuk mitra-mitranya terkait keamanan digital. “Penting sekali bagi platform digital untuk selangkah di depan dalam perlombaan dengan pelaku kejahatan digital, baik melalui inovasi teknologi, ataupun dengan memastikan pihak-pihak didalamnya punya literasi yang cukup lewat edukasi. Hal ini menjadi semakin penting mengingat pandemi telah memaksa masyarakat untuk semakin intens menggunakan platform digital bagi kesehariannya.”

Spesifik mengenai keberadaan aplikasi modifikasi yang ilegal, Charles menambahkan bahwasanya permasalahan muncul akibat kurangnya pemahaman atau literasi masyarakat. “Aplikasi semacam ini sangat jamak di industri, biasanya untuk mendapatkan akses premium tanpa harus membayar biaya langganan. Sayangnya, masyarakat kurang waspada dan cenderung abai terhadap keamanannya sendiri. Akibatnya berbagai risiko bisa muncul, mulai dari pemblokiran akun, sampai yang paling parah adalah ancaman atas keamanan data dan perangkat elektronik pribadi. Saya lihat, langkah Gojek menindak penggunaan aplikasi ilegal sudah tepat, karena secara tidak langsung Gojek sedang melindungi mitranya dari kerugian yang lebih besar.”

Teknologi dan langkah edukasi Gojek juga didukung kapabilitas sumber daya manusia dengan keahlian mendalam di bidang keamanan siber serta pengalaman global di industri teknologi. Mereka termasuk Chief Information Security Officer George Do yang berpengalaman di NASA dan Equinix perusahaan investasi real estate yang terdaftar di Nasdaq. Tim Information Security secara proaktif “memburu” risiko keamanan, rutin melakukan uji penetrasi sistem dan simulasi ancaman keamanan, serta berinvestasi pada piranti keamanan tercanggih dan terdepan.

“Di masa pandemi, layanan Gojek menjadi tulang punggung masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu berbagai upaya kami jalankan demi memastikan pihak-pihak dalam ekosistem kami, termasuk diantaranya mitra driver dan masyarakat pengguna layanan Gojek dapat dengan aman serta nyaman menjalankan aktivitasnya. Inisiatif #AmanBersamaGojek akan terus menjadi bagian penting bagi kami dalam mewujudkan komitmen tersebut,” tutup Kelvin. (ist)