Teater untuk Manusia Berkarakter

(Baliekbis.com),
Kurikulum 2013 yang menuntut siswa cerdas dan berkarakter nyatanya dapat diimplementasikan melalui bermain teater. “Misi pendidikan dan kebudayaan selalu ada dalam sebuah garapan teater. Bisa diperhatikan proses awal sampai pentas adalah bentuk dari kurikulum 2013 itu sendiri,” tutur I Gede Arum Gunawan seraya meyakinkan.

Kalau ditelaah bersama, benar juga yang dikatakan I Gede Arum Gunawan. Semestinya proses pembelajaran di kelas haruslah menghasilkan sesuatu yang nantinya bermanfaat untuk banyak orang. “Berawal dari pembuatan naskah, proses pemilihan pemain, menghafal dan memahami naskah sehingga jadi sebuah pementasan dan ditampilkan ke khalayak itu salah satu gambaran bagaimana kurikulum 2013 seharusnya,” paparnya lantang.

Dengan membaca dan memahami naskah, bagi pria yang menjadi guru agama Hindu sekaligus pembina Teater Jineng (SMA Negeri 1 Tabanan) anak didiknya telah melakukan salah satu program pemerintah yakni Gerakan Literasi Sekolah. “Sejatinya konsepnya itu adalah membiarkan siswa itu berproses, kami sebagai pembina hanya menuntun dan mendidik apa yang harus kami berikan pada anak didik kami,” ujarnya, Senin (14/5).

Naskah yang bertajuk ‘Menggugat’ dan ditulis langsung oleh dirinya membuat pria yang ramah ini pun semakin tertantang. “Ada banyak kisah yang disajikan dan memiliki benang merah yang sama, yakni bagaimana sulitnya ide itu didapatkan dan bagaimana proses ‘kreatif’ itu berlangsung,” ujarnya. Tak tanggung-tanggung, saat menggarap pementasan kali ini, Gunawan dan 3 pembina Teater Jineng lainnya (Gusti Ayu Ratih Pariniti, Agung Hari Sunjaya Sapanca, A.H Wisnu Wardono) tak segan-segan melakukan reshuffle (pergantian-red) pemain meski telah berada dipertengahan proses penggarapan. “Pas dipertengahan kami rasa ‘kok tidak cocok’ ya kami ganti,” terangnya tanpa ragu. Namun semua itu ia lakukan untuk totalitas Teater Jineng sendiri.

Mengangkat kisah yang terinspirasi dari erupsi Gunung Agung, Komunitas Teater JKP Denpasar mempersembahkan garapan kaya makna.“Judulnya Brahmana Anggara dan ide dari erupsi Gunung Agung, ya erupsi gunung lah,” ujar Ngurah Arya Dimas Hendrano (pemain sekaligus pendiri Komunitas Teater JKP Denpasar-red).

Komunitas yang berusia 5 tahun ini pun melibatkan seluruh anggota komunitas untuk bermain. “Seluruh Tim JKP, dari umur 1 tahun sampai 43 tahun, ini komunitas keluarga,” terangnya sembari tertawa lepas. Meski waktu persiapan hanya 6 hari, JKP tetap berusaha tampil dengan maksimal. “Intinya, bahwa manusia memang bisa ada konflik dimana-mana dan manusia harus belajar dari alam,” tuturnya serius.

“Untuk keseluruhan keduanya bagus dan mereka (para pemain-red) mainnya enak.” Penuturan A.A Sagung Mas Ruscitadewi jelas melukiskan betapa hebatnya garapan kedua komunitas itu. Sayang, sebagai pengamat tentunya Mas masih bisa melihat adanya hal-hal kecil yang mengganggu kesempurnaan kedua penampil.

“Ada beberapa hal kecil, untuk pemain pertama harusnya sudah ditutup jangan dijelaskan lagi. Ada kecenderungan mau nambah pemain, sehinga kurang konsisten lagi dikit. Yang kedua propertinya diterobos, ketika menghukum jangan pakai guungan lebih bagus kalau diikat,” tuturnya sehingga membuat kedua komunitas ini dapat semakin belajar dan belajar guna mengggiatkan tetater untuk manusia yang berkarater.(afb)