Teater Modern Sanggar Samart Duta Denpasar Kupas Nilai Kehidupan

(Baliekbis.com), Beragam kegiatan turut dipentaskan pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 tahun 2018 ini. Bahkan, menjelang berakhirnya ajang apresiasi seni tahunan terbesar di Bali ini masih tampak kemeriahan di berbagai lokasi pementasan. Seperti halnya antusiasme masyarakat saat pementasan Teater Modern Sanggar Samart Duta Kota Denpasar di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center, Jumat (20/7) malam.  Teater yang dikemas dengan paduan cerita tradisional Bali Jaya Prana Tatwa ini mampu memberikan pesan moral bagi setipa penonton yang hadir.

Dimana, dalam perannya turut diceritakan bagaimana keseimbangan antara lima unsur pembentukan alam semesta yang dikenal dengan istilah Panca Maha Butha. Yakni Pertiwi, Apah, Teja, Bayu dan Akasa yang memiliki tugas dan fungsinya masing-masing dalam menjaga keseimbangan dunia.

Sutradara sekaligus pemilik Sanggar Samart, AA Sagung Mas Ruscita Dewi saat dijumpai usai pementasan mengatakan bahwa dalam kemasan teater modern Jaya Prana Tatwa ini tidak semata menceritakan Jaya Prana dan Laoyn Sari saja. Melainkan mengupas kembali inti sari dari sebuah cerita rakyat yang sarad makna tersebut. “Secara umum memang kami menampilkan cerita Jaya Prana – Layon Sari saja, tetapi didalamnya kami kupas inti sari yang memiliki nilai-nilai kehidupan,” paparnya.

Lebih lanjut dikatakan Ruscita Dewi, dalam sajianya menggambarkan sebuah tubuh manusia yang diibaratkan sebagai hutan belantara dengan beragam isinya. Di dalam hutan, setiap binatang ingin berkuasa, hal inilah yang diibaratkan sebagai sebuah pikiran manusia yang menginginkan apa saja. Sehingga dengan menguasai nafas/nafsu (Jaya Prana) maka manusia akan mendapatkan kediamaian (Layon Sari).

“Sejatinya dalam kisah Jaya Prana dan Layon Sari tersebut, ada sebuah nilai yang tersirat yakni penguasaan nafas/nafsu dalam mencapai kedamaian,” ungkapnya. Hal ini menurut Ruscita Dewi sesuai dengan tema PKB tahun ini yakni Teja Dharmaning Kahuripan. Dimana cerita Jaya Prana Tatwa ini memberikan sepirit baru bagi manusia dalam penciptaan melalui pengaturan nafas/nafsu sehingga mampu mencapai kedamaian.

Dalam pementasan ini Ruscita Dewi mengaku turut melibatkan sedikitnya 40 penari dengan iringan musik kontemporer dari Palawara. “Pada intinya kami ingin mengupas makna serta nilai kehidupan yang tersirat dalam kisah Jaya Prana dan Layon Sari yang oleh sebagian besar masyarakat hanya diketahui sebagai kisah romansa cinta di daerah Bali Barat,” pungkasnya. (ags)