Tawur Balik Sumpah Utama dan Mendem Pedagingan, Memuliakan Isi Alam dari Unsur Negatif Menjadi Positif

(Baliekbis.com), Pasemetonan Pratisentana Shri Nararya Kresna Kepakisan (PSNKK) menggelar upacara Tawur Balik Sumpah Utama dan Mendem Pedagingan di Pura Dalem Agung Kawitan PSNKK, di Banjar Dukuh Nyuh Aya, Desa Gelgel, Klungkung, bertepatan rahinan Buda Paing Kuningan, Rabu (2/1).

Upacara ini serangkaian Karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan, Mapedudusan Agung, Matawur Balik Sumpah Agung di Dalem Agung Pura Kawitan Pratisentanan Shri Nararya Kresna Kepakisan, yang puncaknya Saniscara Kliwon Kuningan, 5 Januari 2019.

Upacara tawur dihadiri para penglingsir dari pasemetonan PSNKK, juga sejumlah undangan dari pemerintahan seperti, Gubernur Bali Wayan Koster, Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri, Bupati Klungkung Wayan Suwirta, perwakilan Bupati/walikota di Bali, perwakilan kementrian agama, Ketua PHDI, perwakilan MMDP, Muspika, pemerintahan desa Gelgel.

Upacara tawur balik sumpah utama dipuput Ida Pedanda Griya Singarata, Ida Pedanda Wayahan Buhda Wayahan Dharma, dan Ida Rsi Griya Angkling. Sedangkan untuk mendem Pedagingan dipuput Ida Pedanda Kekeran Blahbatuh.

Upacara tawur bertujuan meningkatkan dan memuliakan segala isi alam dari unsur-unsur negatif agar menjadi positif, sehingga terjadi keseimbangan ekosistem. Dengan seimbangnya ekosistem itu, maka pratisentana Ida Bhatara Kawitan akan memperoleh kehidupan yang bahagia lahir batin.

Upacara tawur menggunakan penawaratna, berkaitan dengan sanggar tawang, tempat menstanakan Hyang Parama Siwa. 

Upacara caru ini dipersembahkan dengan memakai sarana kerbau dan binatang lainnya, yang telah disucikan saat upacara mapepada tawur, Rabu lalu (1/1). Usai tawur dengan telah seimbangnya alam, selanjutnya dilakukan upacara mendem pedagingan. Upacara ini bertujuan memfungsikan dan menghidupkan kembali bangunan atau pelinggih-pelinggih yang usai dilakukan pemugaran. Upacara ini sebagai simbol singgasana Hyang Widhi atau Ida Bhatara Kawitan yang distanakan.  

Dalam upacara Tawur Balik Sumpah Agung dan Mendem Pedagingan juga dipentaskan sejumlah tarian sakral diantaranya, wayang lemah, Topeng, rejang dewa, baris gede, dengan iringan gong tegak.

Manggala Karya I Gusti Agung Ngurah Sudarsana, SH.,MH., mengatakan karya ini merupakan karya yang kedua. Karya pertama dilakukan tahun 1994, sehingga sudah sekitar 25 tahun. Sebagaimana terungkap di sastra agama sehingga  pada tanggal 5 Januari 2019, bertepatan dengan hari Kuningan dilangsungkan karya agung. 

Sementara itu Gubernur Bali Wayan Koster sangat menyambut positif upacara Yadnya yang digelar pasemetonan Pratisentana Shri Nararya Kresna Kepakisan. Hal ini menunjukan penghormatan pratisentana terhadap leluhur, dan melanjutkan perjuangan Ida bhatara lelangit.

Gubernur Koster juga mengajak ikatan pasemetonan pratisentana Shri Nararya Kepakisan untuk bersama – sama menjaga Bali yang saat ini sudah dalam kondisi “lampu kuning.” Sementara itu, untuk edan karya selanjutnya adalah Nyepiang karya pada 3 Januari, puncak  5 Januari 2019. Ida bhatara kawitan nyeker dari tanggal 6 – 14  Januari. (ist)