Tantangan Pengembangan Vaksin: Virus Corona Terus Bermutasi

(Baliekbis.com), Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 telah menginfeksi jutaan umat manusia di berbagai belahan dunia. Bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia akibat terpapar virus ini. Pakar Penyakit Dalam Spesialis Paru-Paru (Internis Pulmonologist) FKKMK UGM, dr. Sumardi, Sp.PD,KP., FINASIM., menyampaikan bahwa virus corona baru ini terus bermutasi dengan cepat. Mutasi terjadi ketika virus mereplikasikan diri di dalam sel dan menyalin kode genetiknya.

Virus corona jenis baru ini merupakan virus RNA. Virus RNA yaitu strain yang saat bertemu dengan inang dapat membuat salinan baru yang bisa terus menginfeksi sel lain. “Materi genetik Covid-19 adalah RNA dan asam aminonya terus berubah dan mutasi. Berbeda dengan virus DNA yang tidak lebih rentan terhadap perubahan,” jelasnya saat dihubungi Jum’at (22/5). Dia menyebutkan bahwa mutasi virus merupakan siklus yang biasa terjadi dalam evolusi virus. Namun, mutasi ini akan mengubah tingkat keparahan penyakit yang disebabkannya. Virus yang telah bermutasi biasanya lebih kuat dibandingkan dengan sebelumnya.
Kondisi tersebut berpengaruh pada pengembangan vaksin Covid-19. Sebab virus terus saja bermutasi dari waktu ke waktu yang mengubah perilakunya dalam menginfeksi. Hal itu sama dengan yang terjadi seperti dalam pengembangan vaksin HIV. Hingga saat ini belum ada hasil pengembangan vaksin yang bisa mencegah penyebaran virus HIV karena terus bermutasi. Kondisi itu menyebabkan vaksin yang telah dikembangkan hanya sanggup melindungi dari strain virus tertentu dan tidak bisa digunakan untuk virus jenis baru.
“Menjadi tantangan dalam pengembangan vaksin untuk virus jenis RNA, termasuk Covid-19. Kalau sudah ditemukan vaksin kedepan harus diperbarui terus karena virusnya juga terus berubah,”papar Kepala Divisi Pulmonologi dan Penyakit Kritis RSUP Dr. Sardjito ini.
Dia menyampaikan merujuk kembali pada sifat-sifat virus RNA yang pada saat multiplikasi dapat terjadi kesalahan membaca kode asam amino yg menyusun gen virus. Sedangkan vaksin dibuat sesuai unsur-unsur genetik virus RNA sumbernya. Sementara pada saat vaksin sudah bisa dipakai untuk vaksinasi masal, virus RNA sudah mengalami mutasi unsur genetiknya. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap vaksin yang telah dihasilkan menjadikan daya proteksinya berkurang. Seperti juga halnya yang terjadi pada kasus vaksin Swine flu.
Sumardi mengatakan dalam pengembangan vaksin Covid-19 juga disesuaikan dengan kondisi masing-masing negara. Pasalnya, virus corona baru ini memiliki karakteristik berbeda di setiap negara. Virus corona baru yang ada di Indonsia memiliki karakteristik berbeda dengan virus yang ada di China, maupun negara lainnya.
Dalam informasi di Global Initiative for Sharing All Influenza Data (GISAID) telah ada tiga tipe virus SARS-CoV-2 yang dikelompokkan secara global yaitu S, G, dan V. Sementara virus corona di Indonesia diketahui tidak masuk golongan ketiga tipe dunia yang telah teridentifikasi dan dimasukan sebagai tipe O, singkatan dari “others” atau lain-lain.(ika)