SVARA ROOMS – Episode Bali LALEILMANINO & Gita Semara Bahas ‘Kita Bukan Mereka’

(Baliekbis.com), Memulai perjalanannya dengan mengunjungi kota Bali, Laleilmanino bertemu musisi muda tanah air yaitu, Baila Fauri yang mengenalkan mereka dengan kesenian Magenjekan. Semua inspirasi yang ditemukan di Bali kemudian dituangkan ke dalam lagu pertama JOOX Original SVARA “Kita Bukan Mereka” yang sudah dirilis secara eksklusif di aplikasi JOOX pada tanggal 8 November 2021.

Dalam rangka perilisan lagu JOOX Original SVARA “Kita Bukan Mereka”, JOOX menghadirkan SVARA ROOMS Episode Bali untuk menggali lebih dalam mengenai inspirasi dibalik lagu tersebut serta berbincang seputar budaya dan kesenian Bali. SVARA ROOMS Episode Bali diselenggarakan pada tanggal 9 November 2021 dengan menghadirkan Lale, Ilman, Nino sebagai Trio Produser Musik dan I Wayan Sudiarsa selaku Pimpinan Gamelan Suling Gita Semara.

I Wayan Sudiarsa memaparkan bahwa perkembangan budaya dan kesenian tradisi sangat pesat dan antusiasme masyarakat terutama generasi muda semakin tinggi dalam berkesenian. Tempat mengekspresikan diri dalam berkesenian di Bali peluangnya sangat terbuka. Di setiap adat Bali atau penyelenggaraan acara di Bali tidak terlepas dari instrumen kesenian dan gamelan. Seni, adat, dan agama di Bali menjadi satu kesatuan.

Ia menambahkan, instrumen kesenian yang selalu ada di setiap perayaan atau upacara di Bali adalah Gamelan Gong Kebyar. Pada dasarnya, kesenian Bali hadir untuk persembahan. Terdapat 3 kategori kesenian di Bali yaitu, Seni Wali (untuk upacara), Seni Wewalen (untuk upacara yang bertempat di madya mandala), dan Seni Bale-balean (diperuntukkan untuk seni tontonan atau pariwisata).

Selalu berinovasi dan berkreasi menjadi hal penting dalam memotivasi masyarakat terutama generasi muda untuk terus melestarikan kesenian. Kebosanan yang kemudian menantang diri kita untuk menghasilkan karya yang inovatif.

Selain itu ia berbicara tentang Magenjekan, yakni sebuah kesenian yang ada di Bali bagian Timur, tepatnya di Karangasem. Awalnya Magenjekan merupakan kesenian perkembangan. Diawali dengan kesenian Cepung yaitu kesenian Lombok dengan cerita yang mengangkat lontaran monyeh. Kemudian Bali bagian Timur dengan Lombok yang hanya berbatasan laut menciptakan akulturasi budaya pada saat itu, ketika Cepung dibawa ke Bali kemudian berubah nama dan melebur dengan kebudayaan Karangasem yang menghasilkan kesenian Magenjekan.

Magenjekan bercerita tentang kondisi sosial, asmara, dan sebagainya. Di Karangasem terdapat tradisi Megibung yang berarti saling berbagi antara satu dengan yang lainnya (makan bersama) di upacara pura, upacara rumahan, dan pernikahan, di mana seni Magenjekan dipertunjukkan di sana secara alami tanpa panggung atau peralatan pendukung lainnya. Magenjekan sejatinya merupakan kesenian rakyat berupa ekspresi dari masyarakat.

Karya Magenjekan Gita Semara bukanlah Magenjekan murni. Karya Janger Ngapat dari Gita Semara merupakan pertemuan dari 3 jenis kesenian yaitu Janger, Kecak, dan Genjek yang dipadukan. Kesenian-kesenian tersebut merupakan kesenian rakyat yang memiliki karakteristik yang linear. Sejak dahulu, para seniman dari kesenian Magenjekan ini banyak yang berprofesi sebagai petani. Jadi karya seni Janger Ngapat dari Gita Semara ini bermaksud untuk menceritakan perasaan kebahagiaan saat kondisi pertanian dan perkebunan di Bali sedang berbunga dan berbuah di masa-masa panen.

Makna dari lirik “Gadang-gadang buah bonine biu kayu tasak di tunye…” di lagu ‘Kita Bukan Mereka’ merupakan lagu wewangsalan atau semacam pantun yang berarti buah yang matang di pohon akan lebih nikmat serta muda mudi Bali mekar dan berkembang di dalam didikan alam dan lingkungan.
Pemaparan Laleilmanino, Trio Produser Musik:

Perilisan musik pop dengan sentuhan budaya Bali ala Laleilmanino di SVARA ini berawal dari diskusi mereka bersama dengan JOOX yang membahas tentang keberagaman karya seni tradisional di Bali. Bersama dengan JOOX, Laleilmanino memiliki keinginan untuk bekerja sama dengan musisi muda yang dapat membawakan sesuatu yang bagus dan unik. Keinginan tersebut membawa Laleilmanino mendarat di sebuah Youtube channel karya seni Magenjekan.

Karya seni tradisional Bali, Magenjekan memberikan kesan pertama yang sangat menarik dan unik serta merupakan ambiens musik yang berbeda bagi Laleilmanino. Hal tersebut yang membuat mereka tertarik dan memutuskan untuk memproduksi sebuah musik pop dengan sentuhan seni budaya Magenjekan.

Menurut Nino, karya seni Magenjekan yang dapat ditonton dalam dokumenter SVARA Episode Bali telah menunjukkan sebuah keindahan yang luar biasa. Tetapi bagi mereka, keindahan itu hanya 1/100 dari perasaan mereka ketika menyaksikan dan merasakan secara langsung ambiens musik dari kesenian Magenjekan.

Kesenian Magenjekan adalah salah satu seni dan budaya yang luar biasa dan sangat magis. Merasakan pengalaman menonton kesenian Magenjekan secara langsung yang dibawakan oleh Gita Semara memberikan sebuah kesan yang membekas dan tidak akan pernah terulang.

Bali dipilih sebagai kota pertama yang dikunjungi dikarenakan Bali adalah kota di mana Lale, Ilman dan Nino pertama kali bertemu dan memutuskan untuk berkarya sebagai Trio Produser Musik, Laleilmanino. Laleilmanino memilih Baila Fauri sebagai penyanyi dari lagu “Kita Bukan Mereka” dalam SVARA Episode Bali karena Baila adalah musisi yang sudah cukup lama tinggal dan bereskplorasi di Bali. Harapannya, Baila dapat membagikan hal-hal baik dari Bali yang sudah ia serap selama ini dan dapat merepresentasikan serta menyampaikannya secara langsung dalam proses pembuatan lagu “Kita Bukan Mereka”.

Sejatinya lagu ‘Kita Bukan Mereka’ menggambarkan jati diri Bali yang selalu menerima dengan hangat dan terbuka dengan kehadiran orang atau budaya baru tetapi tidak membuat Bali dan masyarakatnya berubah mengikuti kebudayaan baru yang datang. Justru membuat orang-orang baru ini terpukau dengan keindahan Bali dan menceritakan kehebatan berbagai budaya yang ada di Bali saat mereka kembali ke asalnya.

Secara general, makna lagu ‘Kita Bukan Mereka’ dapat ditafsirkan bahwa kita bisa berteman dengan siapa saja dengan latar belakang yang berbeda-beda tetapi tidak membuat kita berubah dan melupakan jati diri kita yang sesungguhnya. (ist)