Sudikerta: Pemberdayan Desa Wisata akan Terus Ditingkatkan

(Baliekbis.com), Keberadaan desa wisata di Bali yang terus bertumbuh perlu didukung. “Sebab hadirnya desa wisata itu terbukti mampu meningkatkan perekonomian masyarakatnya baik dari sisi kunjungan turis maupun pengembangan potensi lokal yang dimiliki,” ungkap Ketut Sudikerta yang juga Calon Wakil Gubernur Bali saat berbicara dalam seminar One Day Talkshow dengan tema “Terobosan Memenangkan Ceruk Pasar Pariwisata di Era Leisure Economy” yang digelar Ikatan Senior HIPMI – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia – (ISHI) Provinsi Bali bekerja sama sama dengan Bank Mandiri di Hotel Aston Denpasar, Senin (11/6). Menurutnya untuk pemberdayaan potensi dari berbagai daerah yang ada di seluruh Bali, pengembangannya harus diselaraskan dengan local wisdom yang dimiliki. Seperti untuk penyediaan fasilitas menginap tamu di desa wisata bisa dari rumah warga yang sudah ada. Kalau memiliki 5 kamar dan yang dibutuhkan hanya 3, manfaatkan 2 kamar yang lainnya untuk mendatangkan pendapatkan dengan cara dibenahi. “Jadi kamarnya bisa disewakan, dan bisa mengambil tarif dari ngopi dan makanan juga. Jadi promosinya tergantung dari desa itu sendiri dengan cara berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata atau travel agent,” jelasnya. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah desa wisata harus ditata sedemikian rupa seperti kebersihannya. Sebab kalau lingkungan kumuh maka turis jadi tak betah ke sana.
Desa wisata yang sudah berjalan ini menurut Sudikerta mampu mendukung pertumbuhan ekonomi di desa. Bahkan ada yang sudah bisa berkembang lebih baik dengan memberdayakan sumber alam yang dimiliki. Seperti di Desa Wisata Penglipuran dengan minuman khasnya loloh cemcem.

Konsep wisatanya adalah melanjutkan pemberdayaan desa wisata. Bisa melalui tracking atau produk-produknya seperti buah-buahan. Soal quality tourism dikatakan pariwisata Bali belum sepenuhnya ke tatanan pariwisata quality tapi masih di pariwisata mass. Cara menuju pariwisata quality adalah dengan membenahi SDM pariwisata. Kemudian diberi sertifikasi sehingga mampu berdaya saing. Dalam seminar tersebut seorang peserta sempat memberi masukan agar di desa wisata turis yang datang bisa diberi semacam keterampilan sesuai potensi yang ada. “Jadi turis bukan hanya datang, lihat-lihat lalu memotret dan pergi. Tapi kalau ada produk seperti loloh cemcem juga bisa dijelaskan pula,” ujar peserta tersebut. (bas)