STT Se-Denpasar Sepakat Tak Gunakan “Sound System”

(Baliekbis.com), Pawai ogoh-ogoh identik mewarnai rangkaian Nyepi di Bali, tak terkecuali di Kota Denpasar. Karenanya, sebagai upaya penyamaan persepsi dalam mendukung pelaksanan rangkaian Hari Suci Nyepi Caka 1941 tahun 2019 yang aman, nyaman dan damai, Pemkot Denpasar melalui Dinas Kebudayaan Kota Denpasar kembali menggelar sosialisasi rangkaian Nyepi dengan melibatkan berbagai unsur utamanya Sekehe Teruna Teruni (STT) sebagai steakholder dalam pelaksanaan malam pengerupukan dengan mengarak ogoh-ogoh. Sosialisasi yang turut menhadirkan narasumber dari berbagai kalangan ini dibuka Walikota Denpasar, I.B Rai Dharmawijaya Mantra bertempat di Graha Sewaka Dharma Lumintang Denpasar, Sabtu (26/1).

Dalam sosialisasi yang diisi dengan pembahasan pelaksanaan Hari Suci Nyepi, terkhsusus pada prosesi pelaksanaan Ogoh-ogoh. Rai Mantra menyampaikan bahwa pelaksanaan prosesi Hari Suci Nyepi dapat terlaksana secara aman, nyaman dan damai serta diterima oleh masyarakat secara etika agama dan etika budaya. Dalam kesempatan ini, langkah pembentukan Tim dari unsur kadus/kaling ditingkat banjar, desa hingga kecamatan segera dilakukan untuk mengambil tindakan  prepentif secara bersama-sama. Terlebih dalam prosesi ogoh-ogoh lewat pembentukan tim ini nantinya diharapkan mampu melakukan kesepakatan dalam pencegahan menanggulangi berbagai permasalahan yang ada hingga pelarangan dalam meggunakan sound system serta mengkonsumsi minuman keras.

“Tim ditingkat banjar dapat melibatkan unsur pecalang dalam melakukan langkah prepentif antisipasi berbagai permasalahan yang terjadi, serta unsur Sabha Upadesa hingga unsur camat melibatkan unsur  Babinsa dan Babinkantibmas dalam mensosialisasikan untuk tidak menggunakan sound system,” ujar Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra disela pelaksanaan sosialisasi.

Lebih lanjut disampaikan bahwa generasi penerus dalam pengembangan dan pelestarian budaya Bali dapat menjaga identitas kebudayaan salah satunya kreatifitas ogoh-ogoh. Generasi muda sebagai generasi milenial dapat menjaga dan terus memperkuat identitas kebudayaan. Sehingga dalam sosialisasi ini Rai Mantra mengajak STT hingga unsur bendesa adat dan kecamatan untuk melakukan kesepakatan bersama dalam menjaga identitas kebudayaan Bali.

Selain itu, sosialisasi ini juga menghasilkan kesepakatan bersama seluruh steakholder termasuk STT untuk sepakat tidak menggunakan sound system guna menjaga kemanan dan ketertiban bersama. Alat-alat musik tradisional sangat kaya dimiliki masyarakat Bali, seperti kulkul dapat menjadi alat musik, terlebih ditingkat banjar yang sangat kaya akan kreatifitas anak muda. Karena kreatifitas ogoh-ogoh ini mencerminkan identitas kebudayaan. Jika kebudayaan sudah ajeg, menurut Rai Mantra tidak akan terjadi keributan namun dapat muncul keamanan dan ketertiban lingkungan bersama. “Sehingga dalam komitmen bersama ini kita bangkit, maju bersama dalam menjaga taksu kebudayaan Bali,” ujar Rai Mantra.

Sementara Ketua Sabha Upadesa Kota Denpasar, I Wayan Meganada didampingi Ketua Majelis Madya Desa Pakraman Denpasar, A.A Ketut Sudiana mengatakan kesepakatam untuk dalam menjaga keamanan dan ketertiban pengarakan ogoh-ogoh dibentuk tim secara terpadu. Pihaknya juga menyarankan agar bentuk ogoh-ogoh mengambil bentuk rupa Buta Kala, Raksasa, Pawayangan, Pamurtian dan tidak mengandung unsur politik, pornografi serta tidak berbau sara. Ogoh-ogoh tidak memakai bahan styrofoam, wajib menggunakan gambelan atau instrumen tradisional Bali dan dilarang menggunakan sound system.

Kesepakatan ini juga mengatur agar ogoh-ogoh tidak ditaruh di badan jalan raya sebelum Hari Pengerupukan, dan setelah selesai pengarakan ogoh-ogoh wajib di Pralina oleh yang membuat ogoh-ogoh serta yang mengusung pengarakan ogoh-ogoh tidak boleh memakai atribut partai politik.

Komang Dedy Arfan salah satu sekaa teruna mendukung dan sepakat terhadap pelarangan penggunaan sound system pada saat pengarakan ogoh-ogoh. Tentu hal ini sangat melenceng dari makna prosesi pelaksanaan pengerupukan. “Mari kita bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban pada saat prosesi pengerupukan untuk tetap menggunakan alat musik tradisional dan mengurangi mengkonsumsi minuman keras,” ujarnya. (pur)