STMIK Primakara Gelar FGD Pentahelix, Dorong Lahirnya Bali E-Tourism Forum

(Baliekbis.com), STMIK Primakara menggelar FGD (Focus Group Discussion) Pentahelix Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Denpasar dengan tema “Meningkatkan Peran Kewirausahaan Generasi Muda dalam Era Digital (Digital Enterpreneurship/Digital E-Tourism di Kota Denpasar,” Jumat (11/5/2018) di Kampus STMIK Primakara, Denpasar. Output dari FGD ini diharapkan semua stakeholder satu visi misi mengembangkan ekosistem ekonomi digital khususnya digital atau e-tourism di Bali dan menggarap berbagai peluang dan potensinya. Salah satunya diharapkan terbentuk Bali E-Tourism Forum.

“Kami harapkan dari FGD ini bisa lahir dukungan membentuk Bali E-Tourism Forum. Satukan langkah, jalin kerjasama lintas stakeholder buat solusi digital untuk pariwisata Bali. Kalau ini dirasa bagus semoga bisa diwujudkan,” kata Ketua Yayasan Primakara I Made Artana. FGD ini merumuskan solusi permasalahan, tantangan dan peluang pengembangan ekonomi digital khususnya di sektor pariwisata atau e-tourism serta menguatkan ekosistem ekonomi digital di Bali. FGD dihadiri semua unsur Pentahelix baik dari pemerintah yakni Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan Kota Denpasar, perguruan tinggi seperti STMIK Primakara, komunitas kreatif seperti pelaku startup digital/e-tourism di Bali, media massa dan juga kalangan bisnis serta pihak terkait lainnya. Hadir pula anggota Komisi X DPR RI Putu Suparma Rudana.

Made Artana menambahkan, pelaku ekonomi pariwisata resah dengan gelombang ekonomi digital. Sebab selain dampak positif dan negatifnya juga banyak. Dijelaskan, ada dua masalah besar pariwisata Bali kaitannya dengan ekonomi digital. Pertama, solusi teknologi di bidang pariwisata dominan datang dari luar negeri baik software maupun aplikasi digital. Kedua, penjualan kamar-kamar hotel-hotel di Bali terlalu tergantung pada OTA (Online Travel Agent). “Sekarang banyak bikin hotel lalu berserah diri pada OTA sepeti Traveloka, Booking.com, Agoda. Ini jadi kendala. Sebab saluran pemasaran lain tidak dikelola dengan baik,” ujar Artana.

Untuk itu solusi digital tourism atau e-tourism perlu dirumuskan agar peluangnya dapat digarap startup lokal. Sebab sejauh ini kuenya misalnya di OTA direbut pelaku ekonomi digital luar Bali bahkan internasional. “Potensi di Bali besar dengan adanya startup lokal. Saya yakin kita mampu jika diberi ruang, difasilitasi, diangkat, dipupuk dan sering digaungkan serta dipublikasikan. Jadi kita bisa tumbuh bersama dengan sinergi berbagai pihak,” tambah Artana.

Anggota Komisi X DPR RI Putu Suparma Rudana MBA., mengapresiasi kegiatan FGD yang diinisiasi dan digelar STMIK Primakara. Sebab, tantangan Bali ke depan ada di bidang SDM dan memberikan kesadaran dan pemahaman di era ekonomi digital. “Saya apresiasi kegiatan FGD ini. Hari ini tepat untuk mencari solusi bersama di bidang ekonomi digital khusunya e-tourism. Saya jadi jembatan agar Pentahelix bisa bersinergi,” tegasnya. Ia juga mengaku termotivasi dan dapat inspirasi serta banyak belajar di acara ini. Banyak pertanyaan dan keresahannya terjawab. “Misalnya tentang supir untuk wisatawan, tentang homestay, integrated system untuk perusahaan ini ada aplikasinya. OTA pun ada dari Bali. Jadi ini potensi startup di bidang pariwisata agar jadi tuan rumah di tanah sendiri,” ujarnya lantas berharap harus pula ada pendampingan dan pembinaan dari pemerintah pusat, Bekraf, pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota agar berkelanjutan. (wbp)