Stephane Sensey Mengenalkan “Harta Karun” Indonesia melalui Foto

Semua foto saya terinsipirasi dari lukisan, komposisi, angle, saya seperti melukis. Semua yang saya ambil adalah kehidupan natural sehari hari.

(Baliekbis.com), Fotografer Stepane Sensey mengatakan banyak orang di luar Indonesia tidak tahu terlalu banyak tentang negeri yang unik dan merupakan ‘harta karun’ ini.

“Jadi saya mau membagikan pengalaman saya, bagaimana negara ini sangat unik dan merupakan harta karun, dimana satu provinsi dan yang lainnya memiliki pemandangan yang berbeda, kultur yang berbeda dan keunikan yang berbeda,” ungkapnya saat menggelar Exhibition of The Extraordinary Indonesia Photography” di Pendopo Lobby The Apurva Kempinski Bali, Sabtu (1/4) malam.

Dalam eksibisi yang memamerkan 12 karya foto dari sejumlah daerah di Indonesia tersebut juga dimeriahkan dengan penampilan Maestro Tari Didik ‘Nini’ Thowok yang memukau puluhan undangan yang hadir.

Di sela-sela acara, Nini Thowok berkomentar soal karya foto Staphane yang dinilainya sebagai hal yang luar biasa (amazing) dan ada ada roh-nya.

Stephane bersama Nini Thowok di sela-sela ekshibisi

Sementara Stephane menuturkan pengalamannya ketika di Sulawesi selama 2 hari, ia sangat terpukau dengan Indonesia. Orang-orangnya merupakan salah satu dari yang paling baik di dunia.

“Orang Indonesia selalu tersenyum, selalu berusaha untuk bahagia dan menerima hidup mereka apa adanya. Mereka tidak iri kepada kepunyaan orang lain, filosofi mereka adalah mensyukuri apa yang mereka punya,” ujar pria kelahiran Perancis yang sudah menetap di Bali sejak tahun 2004 ini.

Ditambahkan, menggeluti dunia fotografi mulai dilakukannya sejak berusia 19 tahun (mahasiswa) dan secara profesional selama 20 tahun. Hingga saat ini sudah 55 tahun dilakukannya.

“Saya pameran pada 2015 saat ke Papua. Kamera merupakan mata anda. Bagaimana kamu akan mengambil gambar, komposisi, imajinasi yang kamu gunakan untuk mengambil gambar. semua foto saya terinsipirasi dari lukisan, komposisi, angle, saya seperti melukis. Semua yang saya ambil adalah kehidupan natural sehari hari,” ungkapnya.

Dituturkan pula seringkali ketika berkeliling, ia mengambil gambar yang berkulit gelap. “Saya tertarik dengan orang-orang berkulit gelap. Ini adalah contoh dari Wamena di Papua. Saya merasa sangat senang bahwa orang-orang menyukai dan mengekspresikan emosi maupun merasakan dan mengerti apa yang saya rasakan. Melalui foto kita dapat mengerti perbedaan yang ada dan keunikan yang terlihat dari adanya perbedaan itu,” ujarnya.

Stephane yang kini menetap di Canggu Bali, menggeluti bidang desain interior dan meneruskan minatnya sebagai fotografer. Ia menjadi mahasiswa di Spanyol pada usia 19 tahun, dan setahun kemudian mengambil kelas fotografi pertamanya saat kuliah di daerah teluk San Francisco.

Saat itu, fotografi baginya hanyalah hobi, sebuah cara untuk mengembangkan keterampilan artistiknya. Namun ketika di Bali kecintaannya pada fotografi menjadi-jadi. Dia mulai melakukan perjalanan untuk mengabadikan gambar yang dia dambakan, mengembangkan gaya khasnya. Beberapa pameran di Bali diikutinya. (bas)