STAH DNJ Rayakan Dies Natalis ke-27, Ari Dwipayana: Pendidikan Harus Membentuk Manusia Seutuhnya

(Baliekbis.com), Koordinator Staf Khusus Presiden RI, Ari Dwipayana menyampaikan orasi ilmiah dalam Dies Natalis ke-27 Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta pada Minggu (24/10/2021).

Dalam acara yang drayakan bersamaan Wisuda ke-19 Sarjana S-1 Prodi Pendidikan Agama Hindu dan Wisuda ke-6 Sarjana S-1 Prodi Ilmu Komunikasi Hindu tersebut, Ari Dwipayana mengangkat tema “Menjadi Manusia Tatwa.”

Dibalik kemajuan sains dan teknologi, kita tidak boleh melupakan manusia dan kemanusiaan. Mengutip apa yang disampaikan IBM Dharma Palguna, dari manusia, segala sesuatu bisa berawal, dan juga sekaligus bisa membuat semuanya berakhir. Manusia adalah pusat arah. Sebab manusia adalah pusat, maka segala sesuatu mengada darinya dan meniada kepadanya.

Oleh karena itu, Ari menekankan bahwa setiap proses pendidikan tidak boleh melupakan manusia dan kemanusiaan. Peserta didik harus ditempa untuk menjadi manusia seutuhnya, yang bukan hanya menguasai sains dan teknologi, tapi juga menjadikan pengetahuan mewujud dalam tubuhnya menjadi “Sastra Paraga”.

Selanjutnya, “sastra paraga” akan menuju :sastra-dresta”, di mana satra atau pengetahuan bisa dijadikan fondasi dalam membangun sistem sosial dan menyelesaikan persoalan hidup bersama. Dalam proses kebijakan, hal itu disebut sebagai knowledge based policy.

“PR besar kita yaitu mempersiapkan ekosistem dan sumber daya manusia yang siap menyambut Revolusi Industri 4.0, sehingga Indonesia tidak tergulung dan tenggelam oleh gelombang disrupsi. Sebaliknya, kita bisa berselancar menyiasati gelombang untuk menuju arah yang ingin kita tuju bersama,” tutur Ari.

Ari menegaskan bahwa manusia memiliki tiga unsur kepentingan, kepentingan teknis, kepentingan praktis dan kepentingan emansipatoris. Ketiganya bisa dirujuk untuk membangun fondasi pembelajaran dalam institusi pendidikan.

Fondasi teknis bisa membekali ketrampilan dan kapasitas untuk berinovasi dan menciptakan terobosan baru. Fondasi praktis membekali kapasitas adaptasi, sehingga mahasiswa mampu menyesuaikan diri di setiap lingkungan dan proses perubahan. Dan fondasi emansipatoris akan membentuk kepribadian yang menjunjung nilai-nilai luhur, keadilan dan kemanusiaan.

“Dengan mengadopsi tiga fondasi tersebut, saya ingin menekankan bahwa di tengah disrupsi dan perubahan yang begitu cepat, kita harus tetap merawat nilai-nilai luhur dan semangat kemanusiaan,” tandas Ari.

Menutup orasi ilmiahnya, Doktor Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada ini berharap agar STAH DNJ tumbuh menjadi Kampus Merdeka, penetas insan-insan berdikari yang mampu menentukan masa depannya. Dan untuk para peserta wisuda, Ari berpesan agar para alumni STAH DNJ menjadi manusia-manusia utuh, yang memiliki kemampuan inovasi, kapasitas adaptasi, wawasan budaya, visi kemanusiaan dan menjaga keberlanjutan lingkungan. (ist)